brabansuardika

Juni 10, 2013

ensamble geguntangan

Filed under: Tak Berkategori —— brabansuardika @ 11:35 am

Gamelan Geguntangan

Gamelan Geguntangan adalah barungan gamelan yang termasuk dalam barungan gamelan golongan  baru dimana didalam barungan ini sudah terdapat instrumen kendang yang memiliki peranan penting dan pembendaharaan pukulan kendang yang lebih dominan. Gamelan ini juga disebut sebagai gamelan Arja atau Paarjaan karena sering dipergunakan sebagai pengiring pertunjukan dramatari Arja yang diperkirakan muncul pada permulaan abad XX. Sesuai dengan bentuk Arja yang lebih mengutamakan tembang dan melodrama, maka diperlukan musik pengiring yang suaranya tidak terlalu keras, sehingga tidak sampai mengurangi keindahan lagu-lagu vokal yang dinyanyikan para penari. Melibatkan antara 10 sampai 12 orang penabuh, gamelan ini termasuk barungan kecil. Instrumen guntang, suling dan kendang merupakan alat musik penting didalam barungan ini.

 

Berbagai macam kegunaan atau fungsi dari Gamelan Geguntangan dapat dilihat dari tata penyajian yang dilakuakan dalam masyarakat Bali. Dalam kesenian Bali ada 3 jenis pengelompokan fungsi kesenian khususnya dalam seni pertunjukan, diantaranya bersifat Bali, Bebali dan Bali-balihan. Seperti apa yang disebut di atas pada mulanya gamelan ini diciptakan untuk mengiringi drama tari Arja yang dalam pengelompokan fungsi di atas termasuk Bebali yang dalam pertujukannya diiringi dengan gamelan Geguntangan  yang berlangsung sampai saat ini. Seiring perkembangannya, Gamelan Geguntangan kini lebih banyak digunakan untuk mengiringi pesantian misalnya geguritan, pupuh, ataupun jenis tembang yang lainnya. Dengan masuknya gamelan Geguntangan dalam mengiringi pesantian, memberi pengaruh khususnya bagi pecinta geguritan yang ada di Bali. Dengan perkembangan fungsi gamelan Geguntangan secara kwalitas saat ini lebih banyak sebagai hiburan atau yang sifatnya presentasi estetis. Ini disebabkan karena pertunjukan gamelan Geguntangan yang digunakan untuk mengiringi pesantian telah di rekam dan disiarkan melalui media elektronik seperti televisi dan radio. Ini menyebabkan semakin banyak masyarakat mengetahui hubungan antara musik iringannya dengan musik vokal atau tembang tersebut disamping sebagai hiburan.

Dewasa ini gamelan Geguntangan amat menarik perhatian masyarakat. Ini  dapat dibuktikan dengan kwantitas gamelan Geguntangan yang tersebar di beberapa wilayah di Bali. Dalam kehidupan masyarakat Bali gamelan ini sedang “naik daun” yang sangat di gemari oleh masyarakat Bali khususnya pengemar pesantian (geguritan,pupuh dan yang lainnya). Hampir disetiap desa atau banjar memiliki gamelan ini. Pesatnya perkembangan media elektronik yang menyiarkan gamelan Geguntangan yang digunakan untuk mengiringi pesantian maupun dramatari Arja dalam penyajiannya, dapat memotifasi masyarakat untuk memiliki gamelan ini. Melalui penyajiannya lewat siaran ataupun rekaman audio-visual, gamelan Geguntangan yang disajikan untuk mengiringi pesantian atau geguritan dapat disaksikan oleh masyarakat umum, sehingga melalui siaran tersebut dalam kenyataanya mampu menarik perhatian masyarakat umum khususnya penggemar seni.

 

 

Instrumen dari Gambelan Guntangan

Kendang

Kendang bali berbentuk truncated/bulat panjang dan memakai hourblass atau pakelit . kendang itu dibuat dari kayu nangka , jati , atau seseh yang dibungkus dengan kulit pada kedua ujung dan dicancang dengan jangat. Fungsi kendang adalah sebagai pemurba irama , mengatur cepat lambat dan perubahan dynamio.

Gong pulu

Gong pulu  berfungsi sebagai sebagai gong dan bermain imbalan dengan tawa-tawa.

 

Guntang

berfungsi sebagai kajar atau penentu cepat lambat jalannya tempo dalam memainkan sebuah repertuar lagu.

Klenang

Klenang bermain imbalan/alternating dengan instrument guntang.

 

Krenet

Pukulan krenet mngikuti pukulan kendang.

 

Cenceng Ricik

Rincik yaitu cengceng kecil yang berfungsi untuk memperkaya rythme.

Tawa-tawa

Tawa-tawa bermain imbalan dengan gong pulu.

Suling

Suling merupakan sebuah instrument dalam karawitan Bali,suling berasal dari dua suku kata yaitu Su yang dalam bahasa Bali berarti baik (luwih) dan Ling yang berarti tangis atau suara (dalam bahasa kawi), jadi Suling dapat diartikan suara tangisan yang baik. Suling dimainkan dengan cara yang sama seperti pada umumnya yaitu menggunakan system tiupan tanpa terputus-putus (ngunyal angkihan). Suling berfungsi untuk mengiringi pupuh yang dinyanyikan. Jika ditinjau dari segi estetika Suling dapat mendukung berbagai adegan yang diperankan, seperti adegan keras, sedih, gembira dan sebagainya, yang dapat mendukung suasana dengan melodi gending dan patet yang dipergunakan.

 

Laras dan tetekep

Laras yang dipakai dalam gamelan geguntangan ialah laras Pelog dan Selendro, sesuai dengan tembang yang dipergunakan. Masalah laras hanya terdapat pada suling, karena suling satu-satunya instrumen yang fix melody di dalam arja. Kemudian menyusul curing dengan laras pelog.

Gending- Gending atau Reportoar Lagu dalam Gamelan Geguntangan

Didalam Gamelan Geguntangan ada beberapa gending petegak yang biasa di gunakan untuk mengawali pementasan, di antaranya:

  1. Sekar Eled
  2. Pangecet Subandar
  3. Lenngker
  4. Godeg miring
  5. Sinom ladrang
  6. Selisir
  1. Asal-usulnya
  2. Berbicara mengenai asal-usul gambelan Geguntangan kita tidak bisa lepas dari pada sejarah timbulnya Arja. Hal ini tiada lain disebabkan oleh kenyatan bahwa gambelan Geguntangan merupakan bagian dari pada pertunjukan Drama Tari Arja.
  3. Untuk mengungkap instrumen guntang secara umum maka di dalam kidung yadnya yaitu buku yang dihimpun oleh Narendra Dewa Sastri pada bagian pengantas layon/Sudamala dalam bait ketiga dan lainnya ada disebutkan :
    “Widhyadara prasama tumurun, mapagin atmane,
  4. watek nawasanga sami, tatbuhane gemuruh,
  5. suling rebab mwang calempung, pareret, warapsarine,
  6. gong gending angalun alun, guntang kumarincing kareng
  7. wan caring munya kaklentingan.”
  8. “Widyadhara prasama angrubung, amundut kabeh,
  9. padha papandon rimihin, tatabuhane anglangan,
  10. sopacara munggahin ayun, angresing hati polah
  11. swaraning gumpit anglangan, curing rebab kecapine,
  12. guntang muri kaklentingan “
  13. Artinya :
    “Para bidadara semuaya turun, bersama menjemput atma
  14. para Dewa yang jumlahnya sembilan, bunyi gambelan gemuruh,
  15. suling, rebab beserta celempung, pareret bidadari
  16. lagu gambelan mengalun-alun, guntang kedengaran bergerincing disertai
  17. dengan suara caring
  18. “ Para bidadari semua mengerumun, semuanya memikul,
  19. didahului oleh para emban, suara gambelan mempesona
  20. didahului dengan upacara,yang membikin hati kusut,
  21. bunyi gumpit mempesona, curing rebab dan kecapi
  22. bunyi guntang berkelanting “ (Sastri, I caka 1883 :57)
  23. Dalam bait kidung yadnya diatas hanya disebutkan kata guntang sedangkan dalam gambelan geguntangan bukan saja terdapat dua buah guntang melainkan terdapat pula instrumen lain seperti kendang, cengceng, tawa-tawa, dan lain-lain.
  24. Seperti telah disebutkan diatas bahwa asal-usul gambelan geguntangan sangat erat hubungannya dengan timbulnya Arja
  25. Pertunjukkan Arja untuk pertama kali diduga terjadi tahun 1814 yaitu atas persembahan I Dewa Agung Manggis (Gianyar) dan I Dewa Agung Jambe (Badung), pada saat pelebon I Dewa Agung Gede Kusamba di Klungkung (Proyek penggalian/pembinaan Seni Budaya Klasik/Tradisional dan Baru, 1975, 14-15)
  26. Pada awal perkembangan Arja ini sama sekali tidak diiringi dengan gambelan, tapi mempergunakan tembang lelawasan sejenis kidung atau tembang gambuh. Dalam perkembangan selanjutnya yaitu setelah Arja Doyong di Singapadu maka timbullah Arja Pakangraras di Banjar Tameng Sukawati. Yang perlu dicatat bahwa semenjak timbulnya Arja Pakangraras ini Arja mulai diiringi dengan gambelan geguntangan
  27. Menurut informasi yang penulis terima dari Jro Nyoman Rawi bahwa adanya gambelan geguntangan di Desa Abuan karena munculnya sebuah Barong Landung yang gambelannya menyerupai dengan Barong Landung.
  28. Munculnya arja di Abuan adalah atas prakarsa dari Jro Nyoman Rawi. Beliaulah yang mendatangi pelatih dari Gianyar. Sekaa ini bertahan kira-kira sekitar 15 tahun yang akhirnya mengalami kemunduran. Karena adanya barong landung yang katanya seneng mesesolahan maka dengan dipaksa dan tidak terpaksa salah satu klian mencari seke arja dan geguntangan walaupun hasil daripada pementasan tidak maksimal. Tetapi lakon yang digunakan adalah Sampik Intai dan Sri Jaya Pangus karena terhubung dengan Barong landung itu.
  29. Kesenian arja di desa Abuan sampai sekarang masih ada dan berkat dari para penglingsir-penglingsir di Abuan yang mempunyai prinsip bahwa kesenian Arja harus tetap dilestarikan karena merupakan tetamianan dari para-para leluhur kita dan juga gambelnnya tidak boleh mengandung kontemporer dan harus dengan gambelan Arja atau disebut juga dengan geguntangan. Karena dari prinsip itulah maka setiap tahun pemain arja itu ada pelanjutnya
  30.  
  31.   Fungsinya
  32. Gambelan geguntangan mempunyai dua fungsi yaitu fungsi umum dan khusus, karena sesuai dengan perkembangan jaman sekarang. Selain untuk arja juga mempunyai fungsi yang lain
  33.        Fungsi Umum
  34. Fungsi umum dari pada gambelan geguntangan sangat banyak. Seperti sekarang gambelan geguntangan banyak mengiringi kidung-kidung interaktif contohnya yang ada di Bali TV dan juga seperti di Pura-Pura dipakai untuk Dharmagita yaitu mengiringi pesantian dengan pupuh-pupuh Sekar Alit yang hampir mirip dengan arja atau sering disebut dengan arja duduk dengan tanpa tarian. Dan ada juga gambelan geguntangan sering diiringi dengan pementasan Barong landung seperti yang ada di Desa Abuan
  35.  
  36.       Fungsi Khusus
  37. Gambelan geguntangan mempunyai andil yang sangat besar di dalam tugasnya sebagai iringan dalam pementasan Drama tari arja. Ini berarti bahwa gambelan geguntangan adalah bagian dari Dramatari Arja yakni sebagai iringan. Gambelan geguntangan disini adalah yang berfungsi sebagai gambelan iringan tari. Keduanya merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sama seperti di Abuan kalau gambelan geguntangan hanya dipakai untuk mengiringi Drama Tari Arja.

April 29, 2013

ensamble gamelan pelegongan bali

Filed under: musik tradisi —— brabansuardika @ 11:23 am

Gambelan pelegong yaitu salah barungan gamelan Bali yang biasanya dipakai untuk mengiringi tarian legong keraton. Kesatuan barungan ini terdiri dari pada jumlah alat-alat yang mempunyai nama-nama tersendiri dan fungsi terhadap kesatuan barungannya. Jenis alat yang pernah dipakai atau samapai kini masih dipergunakan untuk menjadikan barungan gamelan pelegongan itu antara lain:

  1. Gender rambat berbilah 13/14/15 dua tungguh.
  2. Gender barangan berbilah sama dengan yang diatas.
  3.  Jegogan bebilah 5 dua tunggug
  4. Penyacah berbilah 5 dua tungguh.
  5. Jublag berbilah 5 dua tungguh.
  6. Gangsa jongkok berbilah 5 empat tungguh.
  7. Ceng-ceng satu pangkon.
  8. Kajar satu buah.
  9. Klenong satu buah.
  10. Kemong satu buah
  11. Kendang krumpungan dua buah.
  12. Suling besar dua buah
  13.  Rebab satu buah
  14. Genta Orag.
  15. Gong satu buah

Gamelan pelegongan itu kalau dilihat bangun instrumennya kemudian bentuk-bentuk lagunya yang menunjukan ciri-ciri keasliannya ,maka dapatlah diyakinkan bahwa gamelan pelegongan itu tidak termasuk pada kelompok gamelan-gamelan jaman kuno (gamelan tua) di Bali. Gamelan pelegongan itu baru ada setelah adanya gamelan semar pegulingan yang berlaras pelog tujuh nada.

Barungan gamelan pelegongan seperti diatas masih terdapat hanya dibeberapa desa di Bali,dan sekarang gamelan seperti diatas itu disebut  gamelan legong kraton.

Perubahan sebutan itu disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:

Dengan majunya perkembangan yang diiringi dengan gamelan gong kebyar menyebabkan gamelan pelegongan itu terdesak sehingga banyak yang dilebur dijadikan gamelan gong kebyar. Tari-tarian yang diiringi dengan lagu-lagu gong kebyar sebagian besar dasar-dasar tariannya diambil dari legong yang suah ada sebelumnya. Lama agaknya tari-tarian jenis putri yang diiringi lagu gong kebyar iuu tidak mempunyai nama. Pada mulanya tari-tarian gong kebyar itu ikut memakai nama lagu iringannya,misalnya: tari kebyar dang,tari kebyar dung,tari kebyar deng,tari kebyar dong,dan tari kebyar ding.

Kemudian oleh bapak Nyoman Kaler almarhum dan bapak I Wayan Lotering,kedua-duanya tokoh seniman yang dikenalpaling banyak pengabdiannya dalam pembinaan seni pelegongan dan gong kebyar (sesudah Ida Bagus Bhuda dll).

Beliau itu mulai menciptakan nama-nama tari beserta lagunya masing-masing. Dengan demikian muncullah nama-nama Panjisemerang,Tari Candra Metu,Tari Margepati, Tari Demang Miring,Tari Puspa Warna,Tari Bayan Nginte,Tari Wiranata Dll.

Selanjutnya jejak beliau-beliau itu diikuti oleh pencipta-pencipta Tari Tani,Tari Tenun,Tari Nelayan,Tari Truna Jaya,Dan Tari Oleg Tamulilingan. Secara keseluruhan, tari-tarian jenis putri yang diiringi lagu-lagu gong kebyar disebut legong kebyar. Sedangkan tari legong yang sudah ada sebelumnya yang diiringi lagunya mempergunakan gamelan pelegongan sekarang disebut legong kraton. Demikian pula gamelannya dinamakan gamelan legong kraton.

Didalam lontar Ajigurnita,gamelan pelegongan itu dikatakan sekeluarga atau sejenis dengan gamelan bebaronga,gamelan joged pingitan,dan gamelan semar pegulingan.

Colin Mc Phee dalam bukunya’’ Musik In Bali’’ menyebutkan bahwa sesuai dengan maksud dan keadaannya,gamelan jenis itu khusus dapat dipergunakan untuk jenis Legong,Barong,Dan Calonarang.

Bentuk lagu-lagu pelegongan

Sesuai dengan bentuknya yang mengkhusus masing-masing barungan gamelan di Bali,maka lagu-lagu dari pada setiap jenis gamelan itu mempunyai pula susunan komposi sindiri- sindiri yang merupakan bentuk khas dari pada setiap jenis gamelan itu. Katakanlah gamelan-gamelan yang termasuk jenis tua di Bali misalnya: gambang,selonding,gongluang,gender wayang,dan sebagainya, semua mempunyai bentuk lagu yang berdiri sendiri termasuk pula tekhnik permainannya yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya masing-masing mempunyai ciri-ciri keaslian.

Demikian pula halnya lagu-lagu pelegongan mempunyai bentuk sendiri-sendiri dengan ciri-ciri keasliannya yang berbeda dengan lagu-lagu gamelan lainnya. Ciri khas dari lagu-lagu pelegongan itu yang pertama adalah penonjolan permainan melodi gender ian rambat,kemudian melodi kendang untuk bagian lagu pengawak dan susunan komposisi yang memberi peluang-peluang untuk tandak(seni suara vokal)yang baik sekali. Lagu-lagu pelegongan bilamana tidak disertai dengan tandak akan dirasakan kurang lengkap,atau kurang mantap.

Oleh karena itu,tandak kita masukkan sebagai ciri keaslian lagu pelegongan meskipun lagu gamelan lain masialnya lagu pegambuhan menganggappulla tandak itu sebagai ciri kelengkapannya. Adapun yang dimaksud lagu-lagu  pelegongan disini ialah lagu-lagu iringan tari legong kraton.Lagu-lagu yang diciptakan sebagai lagu petegakan atau lagu tanpa tari tidak dipersoalkan disini. Sebab lagu-lagu petegakan yang terpakai pad gamelan pelegongan misalnya lagu liar samas,solo,kesiar dll. Keliatan gubahan belakangan yaitu sesudah adanya lagu-lagu iringan tari seperti lagu-lagu lasem,pelayon kuntir,jobog,candrakanta,dll. Penyusunan lagu-lagu iringan legong keraton atau lagu pelegongan itu biasanya diintikan oleh tiga pokok lagu yaitu pengawak pengecet dan pekaad. Setelah adanya tiga inti tersebut kemudian dilengkapi denganbeberapa jenis melodi sebagai pembendaharaan susunan ttari yang diiringinya. Yang kita masukan melodi pelengkap disini adalah : pengalihan atau disebut juga gineman,pengawit,gabor bapang,lelonggoran,pengipuk,batel maya,pengetog,pemalpal,dan tangis. Melodi pelengkap  tersebut belum tentu selalu terpakai pada setiap komposisi lagu iringan tari pelegongan. Sebagai contoh,dibawah ini kami sebutkan nama-nama melodi menurut susunan komposisi yang disebut lagu pelayon:

  1. Pengalihan /gineman.
  2. Pengawit.
  3. Pengawak /inti.
  4. Pengecet/inti.
  5. Lelonggoran/juga disebut bapang longgor.
  6. Pemelpal.
  7. Pekaad,habis.

Lagu-lagu yang masih bisa diingat/dicatat hingga sekarang kira-kira ada lima belas lagu antara lain:

  1. Lasem
  2. Pelayon
  3. Candra kanta
  4. Kuntir
  5. kuntul
  6. Jobog
  7. Guak macok
  8. Legodbhawa/sumarabhawa
  9. Tangis
  10. Kupu tarum
  11. Semarandana
  12. bramara
  13. gadung melati
  14. raja cina
  15. karang olong.

Diantara sekian banyak lagu-lagu pelegongan tersebut diatas,lagu lasemlah yang paling banyak mempergunakan melodi-melodi pelengkap didalam susunan komposisinya, dan  kebetulan  pula lagu lasem itu paling populer hingga sekarang.

Semua lagu yang disebutkan namanya diatas disebut dengan tabuh telu,sebab didalam  pengawak lagu-lagu itu terdapat tiga kali angsel/pukulan kemong setiap satu kempul/gong.

April 22, 2013

Sedikit Tentang Saya

Filed under: Tak Berkategori —— brabansuardika @ 12:01 pm

Nama saya I Ngurah Braban Suardita ,bertempat tinggal di Br. Sindhu Sayan, Ubud, Gianyar, Bali. Tempat tanggal lahir Br.Sindhu, 01 April 1993. Riwayat pendidikan saya adalah (TK) taman kanak-kanan Kertha Yasa, (SD) Sekolah Dasar Negeri 3 Sayan  , (SMP) Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Ubud, (SMK) Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Sukawati  jurusan Karawitan , dan sampai saat ini saya sebagai mahasiswa di (ISI) Institut Seni Indonesia  Denpasar  jurusan karawitan. Saat ini saya berusia 20th. Hobi saya sejak kecil memang di tari dan karawitan. Dan sejak kecil saya sudah mempunyai 2 barung Gamelan Rindik. Karena di rumah saya dan keluarga saya seorang pengrajin Gamelan Rindik.  Dan saya sampai sekarang mempunyai sebuah sanggar Joged yang bernama Sanggar Bina Remaja. Sanggar sering pentas di seluruh Bali kecuali di Daerah Buleleng. Selain hobi di karawitan dan tari saya juga memiliki hobi di bidang  olah raga yaitu sepak bola.Dan kembai ke karawitan saya dulu pernah mewakili klungkung di ajang PKB ( Pesta Kesenian Bali ) Dalam acara pementasan genjek. Di dalam pementasan ini saya memainkan sebuah gamelan genjek yang sering juga di sebut dengan instrumen Rindik. Selain kegiatan itu saya mulai kegiatan saya dengan mengajar gamelan gong kebyar di salah satu banjar di desa Sayan yaitu di banjar Ambengan.

Tingkat Sekolah Dasar :

  1. Lomba dalam pertandingan sepak bola mendapat juara 3.

Tingkat SMP ( Sekolah Menengah Pertama ) :

  1. Juara 2 lomba Baleganjur Antar Sekolah Negeri di Gianyar

 

April 15, 2013

Halo dunia!

Filed under: Tak Berkategori —— brabansuardika @ 4:11 am

Selamat Datang di Blog Institut Seni Indonesia Denpasar. Ini adalah post pertama anda. Edit atau hapus, kemudian mulailah blogging!

Powered by WordPress WPMU Theme pack by WPMU-DEV.