Biografi I Made Murna, S.SKar

Sosok seniman yang lahir 2 Agustus 1964 , merupakan   seniman yang berada di Desa Sumerta Kaja khususnya di Banjar Pande. Beliau menyelesaikan pendidikan dasar di SD 1 Sumerta pada tahun 1977 , Sekolah Menengah Pertama  di SMP  PGRI 3 Denpasar pada tahun 1981  , Sekolah Menengah Atas di SMA TP 45 Denpasar pada tahun 1984, dan perguruan tinggi di STSI Denpasar tahun 1989.

Beliau mulai berkecimpung dalam bidang seni  khususnya karawitan  sejak dari SD karena berdampingan dengan lingkungan seni. Sekitar tahun 70an terbentuklah sekaa gong kebyar anak-anak yang waktu itu dibina oleh I Made Ebuh dan Ebeh serta dibina juga oleh pembina ASTI Denpasar yaitu I Gusti Lanang dan Pande Gede Mustika. Pada tahun 1980 beliau mengikuti festival gong kebyar anak-anak setingkat kabupaten. Selain mengikuti festival beliau juga pernah mengisi acara-acara  di hotel bersama sekaa gong Kumara Budaya. Instrumen yang paling beliau kuasai adalah instrumen kendang, beliau biasanya sering berpasangan dengan Putu Sudana. Saat duduk dibangku SMA beliau sudah masuk dalam  sekaa gong remaja . selain mengikuti  pelajaran yang di dapat beliau juga mengikuti kegiatan ekstra yang ada di SMA TP 45, materi yang diberikan adalah Janger, Sendratari Ramayana dan tari-tarian lepas yang dipentaskan pada akhir tahun pelajaran (perpisahan). Beliau mengikuti lomba janger antar SMA TP 45 se-Bali. Janger SMA TP 45 Denpasar mendapat juara 1 dengan bimbingan dari pak Ngurah Yadnya sebagai pelatih.

Setelah tamat SMA beliau melanjutkan pendidikan di STSI Denpsar dengan berbekal kemampuan yang dimiliki dari SD sampai SMA dan kemampuan yang di dapat dari lingkungan sekitar seperti latihan-latihan di banjar. Di STSI beliau sering mendapat bimbingan dari almarhum pak Lemping. Pada saat pergelaran di luar jam kelas instrumen yang paling sering beliau mainkan ialah instrumen kajar dan kantil. Di STSI beliau masuk dalam penabuh inti, dan beliau sering di ajak dalam misi kesenian keluar daerah bahkan sampai ke luar negeri. Kondisi pada saat kuliah di STSI Denpasar hubungan dosen dengan mahasiswa seperti keluarga. Pada tahun 1986 saat beliau menginjak di semester IV  beliau di ajak ke Hongkong membawa tari-tarian lepas, tahun 1988 saat beliau duduk di semester VII beliau diajak ke Australia dalam rangka Word Expo di Brisbane membawa Tari Kecak, tari-tarian lepas, dan Tari Barong. Tahun 1987 beliau ikut dalam SEA GAMES di Jakarta membawa Adi Merdangga.

Karya yang pernah beliau buat diantaranya adalah pada tahun1989 beliau membuat Gending Baleganjur di Banjar Pande yang di pakai dalam rangka HUT Universitas Warmadewa dan mendapat juara 1 dan juga beliau membuat gending baleganjur dalam rangka Puputan Badung dan mendapat juara 1. Pada tahun 1990 beliau membuat gending baleganjur dan ogoh-ogoh dalam rangka PKB dan mandapat Juara 1 dan sekalian baleganjur yang diwakili oleh Kabupaten Badung dengan Ogoh-ogoh yang diwakili oleh Kabupaten Gianyar yang mewakili Provinsi Bali dalam rangka Festival Kesenian Rakyat di Jakarta.

Beliau tamat di STSI tahun 1989 dengan sebuah karya yang pada saat itu seni karawitan dan seni tari di gabung yang wajib menggarap pragmen tari atau sendratari dimana garapan tersebut menggunakan durasi waktu satu jam.dalam sebuah garapan tersebut beliau membuat sebuah karya sendratari yang berjudul “ DIRASMARA” garapan ini mengisahkan keturunan raja nelayan yang bernama Sang Dasapati akan mengadakan upacara pengukuhan bagi kedua putra-putrinya yang dipungut semasih bayi. Kedua anaknya tersebut bernama Sang Rukmaratha dan Dyah Rukmawathi. Sebelum upacara di mulai Sang Rukmaratha menghiasi adinya dengan kumis dan jenggot palsu agar tidak ada yang melamar. Setelah upacara selesai Dyah Rukmawathi pergi mandi ke sungai Yamuna bersama dayang-dayangnya, ketika itu Sang Gatotkaca sedang menikmati keindahan alam dan melihat wanita cantik sedang mandi. Melihat hal itu Sang Gatotkaca pura-pura menjatuhkan dirinya, yang kebetulan jatuh di hadapan Sang Rukmaratha yang gelisah menunggu adiknya dari mandi. Maka ia ditolong oleh Sang Rukmaratha tetapi Sang Gatotkaca tidak mau bergerak dan Dyah Rukmawathi sangat kaget melihat kakaknya memangku seseorang dalam keadaan sakit. Sang Rukmaratha menyuruh adiknya menunggu karena ia mau mencari obat. Sang Gatotkaca yang sebenarnya tidak sakit, tahu benar dengan kedatangan Dyah Rukmawathi. Seketika itu ia bangun dan menyampaikan keinginannya meminang Dyah Rukmawathi. Melihat hal tersebut Sang Rukmaratha menyambutnya dengan tantangan adu keperwiraan dan terjadilah perang, dalam peperangan tersebut Sang Gatotkaca kalah dan ia meminta bantuan kepada ayahnya ( Bima ). Kemudian Bima terlibatlah dalam perang dan akhirnya Sang Rukmaratha kalah, ketika mau dibunuh datanglah Rsi Narada yang menjelaskan bahya Sang Gatotkaca tidak diperbolehkan meminang Dyah Rukmawathi karena masih dalam hubungan keluarga dekat. Mendengar nasehat itu semuanya menjadi sadar dan akhirnya  saling memaafkan.demikian lah sedikit cerita yang beliau angkat dalam garapan sendratari yang berjudul DIRASMARA.

pada taun 1989 beliau langsung diangkat menjadi tim pembina Kabupaten Badung. Tahun 1991 beliau bersama tim pembina Kabupaten Badung membawa misi kesenian ke Korea dengan membawa tari kecak, tari-tarian lepas dan sendratari Ramayana. Pada tahun 1992 beliau bersama Hotel Bali Sunday dalam rangka Festival Masakan yang berisi tentang Kesenian berangkat ke Korea. Pada tahun 1992 beliau bersama sekaa gong  Darma Astuti  Banjar Pande mendapat kesempatan pementasan ke Jepang dengan rombongan kecil sebanyak 18 orang selama seminggu, atas kerja sama dengan pelukis dan pematung modern “ Ida Bagus Alit” pementasan ini di lakukan di 3 museum di jepang yaitu Yakui Kurashike City Art Museum, Raka- Matsu Art Museum, dan Fukuyama Art Museum Japan.  Pada tahun 1993 beliau diangkat sebagai pegawai honorer di Kabupaten Badung. Pada tahun 1994, 1995 dan 1996 beliau berangkat bersama sanggar Suar Agung Jembrana ke Jepang dalam rangka  Expo membawakan gamelan Jegog. Tahun 1997 beliau bersama tim kesenian Pemda Badung berangkat ke Kanada dan Amerika dengan membawakan  tari kecak , calonarang dan tari-tarian lepas. Tahun 1998 beliau bersama tim keenian Pemda Badung membawa misi kesenian ke prancis  dengan membawakan tari kecak, calonarang dan tari-tarian lepas. Tahun 1999 beliau menikah dengan anak pertama dari I Wayan Sinti dan sudah di karuniai dua orang anak laki-laki. Tahun 2002 beliau bersama tim kesenian Badung berangkat ke India membawa tari kecak dan tari Nusantara . tahun 2005 beliau bersama tim kesenian Badung berangkat ke Thailand  dalam rangka festival Ramayana.  Tahun 2007 beliau bersama tim kesenian Badung  berangkat ke Cina membawa tari calonarang dan tari-tarian lepas. Dan pada tahun 2007 juga beliau diangkat sebagai Pegawi Negeri Sipi ( PNS ) di kabupaten Badung. Hingga sampai sekarang beliau masih tetap eksis dalam bidang kesenian khususnya karawitan baik di banjar maupun di luar.

 

 

Comments are closed.