Wujud Kebudayaan dalam Kesenian Gamelan Pegambuhan di Bali

WUJUD KEBUDAYAAN DALAM KESENIAN GAMELAN PEGAMBUHAN

DI BALI

Kebudayaan Bali adalah sebuah sistem pengetahuan dan gagasan pengatur tingkah laku yang menjadi karakter masyarakat Bali. Di antara unsur-unsur Kebudayaan Bali, kesenian menduduki peringkat yang paling menonjol, karena dalam sistem kesenian terkait dengan seluruh unsur yang lain (Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta, PT. Reneka Cipta, (2009: hlm. 164-170).

Berbicara tentang Kesenian Bali, perhatian orang tak pernah dari seni karawitan khusunya gamelan. Hal ini disebabkan karena di Bali hingga saat ini terdapat banyak jenis perangkat gamelan dari yang paling sederhana hingga yang paling kompleks. Salah satunya adalah gamelan Pegambuhan, gamelan yang dikatakan oleh para ahli mempunyai pengaruh yang besar terhadap gamelan-gamelan lainnya yang ada di Bali.

A.    Sekilas Tentang Gamelan Pegambuhan

I Gede Arya Sugiartha dalam bukunya yang berjudul Gamelan Pegambuhan “Tambang Emas” Karawitan Bali (2008), mengutarakan bahwa gamelan Pegambuhan lahir sebagai iringan dramatari Gambuah setidak-tidaknya pada akhir abad ke-15. Gamelan Pegambuhan termasuk ke dalam gamelan golongan madya yang ditandai dengan penggabungan yang harmonis dari beberapa jenis instrumen, dan ini memberikan bentuk yang berbeda dengan perangkat-perangkat gamelan golongan tua yang terdiri dari instrumen-instrumen yang sejenis dan jumlahnya pun tidak banyak (I Gede Arya Sugiarta, Gamelan Pegambuhan “Tambang Emas” Karawitan Bali, Denpasar, Isi Denpasar & Sari Kahyangan (2008)).

instrumen gamelan pegambuhan terdiri dari: instrumen yang sifatnya melodis seperti suling pegambuhan, dan rebab; dan instrumen yang bersifat ritmis seperti kempur, kajar, kelenang, kenyir, gumanak, ricik, kangsi, gentorag, dan sepasang kendang kerumpung (Penggolongan gamelan yaitu masa Bali kuno, Bali madya, dan Bali kuno. Lihat bukunya, I Made Bandem, Panitithalaning Pegambuhan).

Gamelan Pegambuhan oleh para ahli karawitan Bali umumnya disebut gamelan berlaras pelog 7 nada. Ketujuh nada tersebut yaitu: dong, deng, deung, dung, dang, daing, dan ding. Dari ketujuh nada tersebut dapat diturunkan  beberapa nada fungsional yang dikenal dengan istilah tetekep. Dalam suling Pegambuhan dikenal lima macam jenis tetekep yaitu tetekep selisir, tetekep tembung, tetekep sundaren, tetekep baro, dan tetekep lebeng. Variasi dalam tetekep merupakan hal yang esensial dalam gamelan Pegambuhan. setiap tetekep memiliki karakter masing-masing sebagai bahan acuan pembentukan kesan musikal yang ingin ditampilkan, terutama dalam mengiringi dramatari (I Gede Arya Sugiarta, Gamelan Pegambuhan “Tambang Emas” Karawitan Bali, Denpasar, Isi Denpasar & Sari Kahyangan (2008: hlm. 50-63)).

Berdasarkan struktur bentuk, gending Pegambuhan terdiri dari tiga bagian pokok yaitu kawitan, pengawak, dan pengecet. Struktur ini biasanya disebut dengan Jajar Pageh. Kawitan artinya awal merupakan bagian awal dari sebuah lagu. Bagian ini terdiri dari gineman dan pemalpal. Pengawak berarti badan merupakan bagian inti dari sebuah lagu. Kemudian pengecet yaitu bagian akhir dari sebuah lagu (I Gede Arya Sugiarta, Gamelan Pegambuhan “Tambang Emas” Karawitan Bali, Denpasar, Isi Denpasar & Sari Kahyangan (2008: hlm. 64)

Dalam pertunjukan dramatari gambuh, lagu Pegambuhan dikategorikan menjadi dua bagian pokok yaitu lagu pategak dan lagu iringan tari. Beberapa lagu petegak misalnya Tabuh gari, Langsing Tuban, Sumambang Bali dan sebagainya. Lagu iringan tari misalnya perong cendong untuk iringan condiong, Subandar untuk irigan Kakan-kakan, Semambang Bali untuk iringan Putri, Sekar Gadung untuk iringan arya, Bapang Gede untuk iringan Demang-Tumenggung dan sebagainya.

B.    Wujud Sistem Budaya, Sistem Sosial, Dan Kebudayaan Fisik Dalam Gamelan Pegambuhan

Sebelumnya telah kita pelajari tentang tiga wujud kebudayaan dan unsur-unsur kebudayaan yang diuraikan oleh koentjaraningrat dalam bukunya yang berjudul “Ilmu Antropologi”, dalam buku itu juga diungkap bahwa wujud kebudayaan dengan unsur-unsur kebudayaan memiliki keterkaitan, dikatakan tiap-tiap unsur kebudayaan menjelma dalam tiga wujud kebudayaan tersebut. Dengan demikian kami mencoba untuk menguraikan kesenian ke dalam tiga wujud kebudayaan tersebut.

Kesenian sebagai salah satu unsur kebudayaan yang sifatnya universal dapat diuraikan ke dalam sub-subunsurnya, yaitu seni rupa, seni sastra, seni pertunjukan dan sebagainya (Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta,  PT. Reneka Cipta, (2009: hlm. 150-170)). Gamelan Pegambuhan adalah salah satu bagian dari seni pertunjukan yang ada di Bali, tentu akan ada ide gagasan sebagai wujud sitem budaya, aktivitas sosial sebagai wujud sistem sosial dan peralatan fisik yang menjadi bukti fisik mengenai gamelan Pegambuhan ini. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini kami akan menguraikan lebih rinci masing-masing wujud kebudayaan dalam gambelan Pegambuhan.

 1.       Wujud Sistem Budaya Dalam Gamelan Pegambuhan

Sistem budaya berwujud sebagai ide, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan sebagainya. Sifatnya abstrak, tidak dapat diraba atau difoto. Lokasinya ada dalam alam pikiran masyarakat tempat budaya itu hidup.

Dalam gamelan Pegambuhan, sistem budaya ini dapat berwujud ide-ide gending sebagai perbedaharaan komposer dalam menciptakan (berkarya), gending-gending gamelan pegambuhan yang telah ada, aturan-aturan (pakem) yang berkaitan dengan komposisi gending gamelan pegambuhan, nilai-nilai dan fungsi sosial gambelan Pegambuhan bagi masyarakat itu sendiri dan sebagainya. hal itu ada dalam benak seke gambuh dan khususnya para tokoh-tokoh gamelan Pegambuhan.

 2.       Wujud Sistem Sosial Dalam Gamelan Pegambuhan

Sistem Sosial berwujud sebagai tindakan berpola dari manusia itu sendiri, terdiri dari aktuvitas-aktivitas berinteraksi, berhubungan, dan bergaul satu sama lain dari detik ke detik, dari hari ke hari, dari tahun ke tahun, selalu menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.

Dalam kaitannya dengan gamelan Pegambuhan, sistem sosial dapat berwujud serangkaian aktivitas-aktivitas berinteraksi antara seniman-seniman gamelan Pegambuhan mulai dari proses penuangan gending melalui latihan secara rutin, pementasan-pementasan dramatari gambuh dimana sudah tentu gamelan pegambuhan sebagai iringannya, penyiaran-penyiaran melalui televisi atau radio, segala bentuk respon penonton segabai bentuk apresiasi, dan aktivitas-aktivitas manusia lainnya yang berkaitan dengan gamelan pegambuhan.

Dewasa ini, beberapa sekehe gambuh yang masih aktif seperti Gambuh Pedungan,  Gambuh Batuan, Gambuh Tumbak Bayuh, Gambuh Karang Gede Nusa Penida, dan Gambuh Isi Denpasar sering diundang oleh pemerintah dalam rangka memeriahkan Pesta Kesenian Bali (PKB) yang diadakan setiap tahun pada bulan Juni dan Juli di Taman Budaya Denpasar.

 3.       Kebudayaan Fisik Dalam Gamelan Pegambuhan

Kebudayaan fisik berupa seluruh hasil  fisik dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia  dalam masyarakat. Sifatnya paling kongkret dan berupa benda-benda yang dapat diraba dan dilihat.

Dalam kaitannya dengan gamelan pegambuhan, kebudayaan fisik berwujud alat-alat sarana dan prasana terkait dengan pertujukan gamelan pegambuhan seperti semua instrumen gamelan pegambuhan (suling pegambuhan, rebab, kempur, kajar, kelenang, kenyir, gumanak, ricik, kangsi, gentorag, dan sepasang kendang kerumpung), ruang untuk pertunjukan dramatari gambuh sperti panggung dan sebagainya. Selain itu, ada benda-benda yang dibuat untuk tujuan dokumentasi gending gamelan pegambuhan dan pementasan dramatari yang berupa kaset, vcd, dvd dan sebagainya. Ada juga buku-buku yang berupa kumpulan gending-gending pegambuhan dan buku karangan para peneliti mengenai gamelan gambuh yang ditujukan sebagai sarana pendidikan kesenian dan sebagai upaya dalam rangka  melestarikan gamelan Pegambuhan.


About The Author

Comments

2 Responses to “Wujud Kebudayaan dalam Kesenian Gamelan Pegambuhan di Bali”

  1. rtp slot hari ini

    Wujud Kebudayaan dalam Kesenian Gamelan Pegambuhan di Bali | Bayu Angga Adi Putra

  2. A片 berkata:

    ????

    goodddd thankssss youuuu