komposisi musik bertemakan Dewi Uma dengan media Suling Bali

suling BaliKisah perjalanan Dewi Uma menginspirasikan semeton Nika Manu mengumpulkan generasi muda untuk menuangkan ide-ide kretif untuk berbuat dan mengurangi kegiatan negatif. Nika Manu lahir atas dasar pertimbangan dan dasil kegiatan rutin dari si penggagas, yaitu bersembahyang dan meditasi yang mendapatkan getaran batin (kleteg bayu).
Semeton Nika Manu mengajak generasi yang suka dan hobi bermain musik untuk menuangkan idenya dengan santai dan serius. Musik nika manu sebenarnya musik yang lahir dari suara bambu yang dilobangi yang akhirnya dapat menghasilkan beranekaragam bunyi diberi ukuran nada sesuai dengan keiginan dan nada tersebut ditata sedemikian rupa sehigga menghasilkan melodi, melodi dikomposisikan dan deberikan struktur sehingga menjadi lagu.
Musik nika manu hanya menggunakan alat atau instrumen yang berasal dari bambu yang dilobangi tanpa menambahkannjnstrumen lainnya, kenapa dekikian karena insvirasi awalnya muncul dari kisah kesedihan Dewi Uma yang akhirnya bisa terobati oleh suara bambu yang dilobangi yaitu sunari, maka dari itu semeton nika manu hanya menggunakan medium suling bali, yang tidak terlepas dari bambu yang dilobangi tersebut ( Karta I Wayan, hasil obrolan).
Nika manu sudah berjalan dan menghasilkan lagu yang berjudul “MUPU” artinya keberhasilan, maksudnya kebahagiaan seorang petani pada saat berhasil menanam padi dan sudah menghasilkan padi yang sesuai keiiginan petani. Lagu tersebut dikomposisikan oleh I Made Bariawan, S.Sn.


CUPAK LOBHA

kisah seorang kakak yang sembrono dan suka menjelek-jelekan adiknya,sampai-sampai menghalalkan segala cara demi kesenangan dirinya sendiri.


Istilah Karawitan Dan Gamelan di Jawa

  1. 1.        Istilah  Karawitan Dan Gamelan

            Di jawa, salah satu jenis seni bebunyian yang dianggap tua masih bertahan hidup dan berkembang sampai sekarang ini adalah karawitan (musik gamelan). Istilah karawitan nampaknya merupakan istilah yang termasuk gres,baru, namun penggunaannya semakin berkembang. Banyak orang memaknai karawitan berasal dari dasar kata rawit yang berarti kecil,halus atau rumit. Bertolak dari pengertian itu tidak mengherankan bila karawitan kemudian dapat dipergunakan untuk menyebut atau mewadahi beberapa cabang seni yang memiliki karakter yang halus,kecil,rumit,atau sejenisnya.

            Pengertian karawitan secara khusus dan lebih sempit memiliki beberapa unsur dibawah ini yaitu:

  • Menggunakan alat musik gamelan ,sebagian atau seluruhnya baik berlaras pelog atau slendro atau laras lain.
  • Mengunakan laras (tangga nada ) slendro atau pelog baik instrumen maupun vokal.

Gamelan merupakan seperangkat cicikan yang sebagian besar terdiri dari alat musik pukul atau perkusi,yang dibuat dari logam(perunggu,kuningan,besi atau bahan laiinnya),dilengkapi dengan ricikan- ricikan dari bahan kayu atau kulit dan yang lainnya.

            Kata nggambel (dalam bahasa jawa) dapat berarti memukul. Itulah kemungkinan mengapa gamelan dianggap sebagai suatu perangkat musik pukul atau perkusi(ansambel atau orkes, yang nama jenisnya tergantung dari jenis,jumlah,dan atau komposisi ricikan- ricikan serta fungsinya di masyarakat) walau pada kenyataannya perangkat gamelan juga melibatkan alat-alat musik non perkusi,seperti alat gesek,tiup,dan yang lainnya.

            Musik di Jawa Tengah dapat digolongkan atau dikelompokan yaitu;

  • Kelompok mayoritas bambu

     Karawitan dalam kelompok mayoritas bambu yaitu perangkat musik sebagian besar alat musiknya terdiri dari ricikan-rikikan yang bahannya dari bambu. Kelompok ini banyak digunakan di daerah Jawa Tengah dan di Jogyakarta.

     Perangkat musik mayoritas bambu ini dapat hadir dengan komposisi yang berfariasi,menurut jenis perangkat,fungsi,guna,dan lokus dimana perangkat itu hidup. Beberapa perangkat musik ini seringpula dilengkapi dengan ricikan lain,seperti:kendang,siter,dan lain-lain.

  • Kelompok mayoritas selaput kulit

     Karawitan dalam kelompok mayoritas selaput kulit  yaitu kelompok  musik yang suaranya bersumber dari getaran kulit yang dibentang pada suatu bingkai atau frame dari berbagai bahan biaanya dari kayu, dimainkan dengan cara dipukul,baik dengan tangan  maupun alat pemukul. Dalam kalangan musikologi yang biasa menggunakan klasifikasi instrunment menurut Sach, alat musik sejenis ini digolongkan dalam membranofon. Beberapa alat musik kelompok mayoritas selaput kulit  diantaranya adalah: trebang,genjring,rebana,jedor,bedug,kendang,ketipung,kenting,ketipung,kentung,dll.

 

  1. 2.     Ricikan Gamelan

     Ricikan gamelan sebagian besar terdiri dari alat musik perkusi logam(perunggu,kuningan,besi dll,) ini secar fisik dapat dibedakan menjadi dua kelompok antara lain:

  • Kelompok wilah/bilah

            Kelompok ini terdiri dari rangkain bilah logam atau kayu (untuk ricikan gambang),mulai dari yang berjumlah dua(gong komodong),enam (contoh:ricikan balungan),samapai 21 bilah( contoh:ricikan gambang), dengan sebagai bentuk dan ukuran,disusun urut mulai dari bilah yang berlaras paling rendah pada sisi kiri pengarawit, urut kekanan menuju bilah-bilah yang dilaras lebih tinggi.

  • Kelompok ricikan pencon

Kelompok ricikan ini sering juga disebut dengan ricikan bunderan, karena lakaran(bakalan ,embrio ) ricikan ini berawal dari bentuk bunder gepeng,semacam cakram. Ricikan-ricikan gamelan yang digolongkan dlam kolompok ini adalah semua jenis ricikan yang memiliki pencon,seperti beberapa jenis gong(ageng,siyem,suwukan)kempul,bende,penontong,konong,ketuk,kempyang, engkuk, kemong, (bonang), penembung,bonang barung, bonang penerus,  kenut, klenang, penitir, pengecer,dll.


Outline Tulisan Ilmiah:

INSTRUMEN CENG-CENG  DALAM GAMELAN BALEGANJUR:

IDENTITAS  DAN CIRI KHAS PERMAINANNYA

 

BAB. I  PENDAHULUAN……………………………………………………………………..

1.1    Latar Belakang………………………………………………………………………..

1.2    Rumusan Masalah……………………………………………………………………

1.3    Ruang lingkup……………………………………………………………………..

1.4    Tujuan Penelitian…………………………………………………………………..

1.5    Manafaat Penelitian……………………………………………………………..

1.6    Tinjauan Pustaka………………………………………………………………….

 

BAB.II  IDENTITAS CEN-CENG

          2.1  Pengertian Ceng-ceng……………………………………………………………

          2.2  Jenis Ceng-ceng………………………………………………………………………..

          2.3  Bahan Ceng-ceng………………………………………………………………….

          2.4  perenan /fungsi ceng-ceng pada baleganjur……………………………….

 

BAB. III CIRI KHAS PERMAINAN CENG-CENG

          3.1  Syarat pemain ceng-ceng………………………………………………………

          3.2  Jenis Teknik Permainan Ceng-ceng………………………………………….

          3.3  Ciri Khas Permainan Ceng-Ceng Pada Baleganjur……………………

 

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

          4.1  Simpulan……………………………………………………………………………….

          4.2  Saran……………………………………………………………………………………..

 

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..

DAFTAR INFORMASI………………………………………………………………………….

 

LAMPIRAN-LAMPIRAN

          Lampiran 1.foto teknik membuat ceng-ceng

          Lampiran 2.foto jenis-jenis teknik permainan ceng-ceng


HISTORY ,INSTRUMENTAL DAN PERKEMBANGAN GAMELAN GONG KEBYAR DI BANJAR TARO KELOD

1. Pendahuluan

            Ada sekitar 30 jenis barungan gamelan salah satunya adalah Gamelan Kebyar yang hingga kini masih aktif dimainkan oleh masyarakat Bali. Barungan-barungan ini didominir oleh alat-alat musik pukul, tiup dan beberapa instrumen petik. Instrumen-instrumen ini ada yang dibuat dari bambu, kayu dan perunggu (krawang). Gamelan-gamelan ini sebagian besar milik kelompok masyarakat, hanya beberapa saja diantaranya merupakan milik pribadi/perorangan. Berdasar jumlah pemain atau penabuhnya, gamelan Bali dapat dikelompokkan barungan alit (kecil), madya (sedang) dan barungan ageng (besar). Baruangan gamelan alit pada umumnya dimainkan oleh 4-10 orang, ruangan madya antara 11-25 orang, sedangkan barungan ageng memerlukan diatas 25 orang. Dilihat dari usia barungan dan latar belakang sejarahnya, para pakar karawitan Bali membagi jenis-jenis gamelan yang ada didaerah ini kedalam 3 (tiga) kelompok yaitu gamelan golongan tua, gamelan golongan madya, gamelan golongan modern.

            Gamelan kebyar merupakan satu bentuk karya dari gamelan golongan madya  seni budaya yang ekspresif dan dinamis diterima masyarakat dan berkembang ke seluruh Bali, bahkan sampai keluar Bali. Sebagai karya baru, kebyar mampu menampung berbagai inspirasi yang muncul sari bentuk-bentuk seni tradisional yang telah ada.

2. Historis Gamelan Gong Kebyar secara umum  dan yang ada di taro

            Pemberian nama “Kebyar” terhadap karya seni tersebut tepat, karena perangkat gamelan baru itu betul mampu mengekspresikan karakter kebyar, yaitu keras, lincah, cepat, agresif, mengejutkan, muda, enerjik, gelisah, semangat, optimis, kejasmanian, ambisius, dab penuh emosional.

            Gamelan baru pelog pancanada ini pada awalnya merupakan sebuah pengembangan dari asambel Gamelan Gong Gede, sebuah orkes agung gaya kuno yang sangat diperlukan pada hari-hari besar atau upacara odalan di pura. Gamelan tradisional ini merupakan sebuah asambel gamelan yang paling lengkap di Bali yaitu dengan banyak menggunakan instrument yang dimainkan kurang lebih enam puluh orang penabuh. Dalam perkembangannya menjadi Gamelan Kebyar ada beberapa instrument Gamelan Gong Gede yang dihilangkan, dikurangi, diubah bentuknya, dan ada pula yang tidak mengalami perubahan. Instrument yang dihilangkan

            Secara pasti kapan terjadi perubahan dari Gamelan Gong Gede menjadi Gamelan Kebyar pada saat ini belum diketahui. Namun demikian ada satu informasi Anak Agung Gede Gusti Jelantik (Bupati Buleleng) yang dituturkan kepada Colin McPchee pada tahun 1937 yang menyebutkan bahwa Gamelan Kebyar pertama kali didengar dikalangan masyarakat umum pada bulan Desenber 1915 ketika tokoh gamelan di Bali Utara menyelenggarakan kompetisi Gamelan Kebyar di Jagaraga Buleleng. Data ini mendekati apa yang dikatakan Made Bandem bahwa Gamelan Kebyar telah terwujud di Bali pada tahun 1914. ini berarti masyarakat bali Slatan, meraka lebih dahulu terbuka terhadap pengaruh-pengaruh modern, khususnya setelah Bali sepenuhnya dapat dikuasai pemerintah Belanda.

            Nah sekarang saya akan membicarakan sejarah berdirinya gamelan gong kebyar yang ada di di desa saya yaitu di desa Taro,awal mulanya gong kebyar yang di desa saya yaitu karna adanya banjar Cerik yang sekarang disebut tempek Dlodseme yang menyungsung barong yang dulunya hanya memiliki gamelan bebarongan tetapi mungkin karena tempekan tersebut kecil sehingga tidak kuat untuk memelihara gamelan dan nyungsung barong tersebut maka dikasilah banjar untuk nyungsungnya dan lama-kelamaan di belikan lah gamelan gong kebyar untuk meniringi upacara/pada saat ada odalan. Gamelan gong kebyar ini sepengetahuan saya umurnya sudah lumayan  lama,karena yang membeli pertama menurut kata kakek saya yaitu seumuran kumpi dari kakek saya itu.

3. Instrumental Gamelan Kebyar

            Gamelan ini dipakai untuk mengiringi tari-tarian atau memainkan tabuh-tabuhan instrumental. Secara fisik Gong Kebyar adalah pengembangan kemudian dari Gong Gede dengan pengurangan peranan, ataupun peniadaan beberapa buah instrumennya. Misalnya saja peranan trompong dalam Gong Gebyar dikurangi, bahkan pada tabuh-tabuh tertentu tidak dipakai sama sekali, gangsa jongkoknya yang berbilah 5 (lima) dirubah menjadi gangsa gantung berbilah 9 (sembilan) atau 10 (sepuluh). Ceng-ceng kopyak yang terdiri dari 4 (empat) sampai 6 (enam) pasang dirubah menjadi 1 (satu) atau 2 (dua) set ceng-ceng kecil. Kendang yang semula dimainkan dengan memakai panggul diganti dengan pukulan tangan.

Barungan Gong Kebyar bisa diklasifikasikan menjadi 3 :

  1. Utama = Yang besar dan lengkap
  2. Madya = Yang semi lengkap
  3. Nista = Yang sederhana

Barungan yang utama terdiri dari:

Jumlah Satuan Instrumen
10 buah gangsa berbilah (terdiri dari 2 giying / ugal, 4 pemade, 4 kantilan)
2 buah jegogan berbilah 5 – 6
2 buah jublag atau calung berbilah 5 – 7
1 tungguh reyong berpencon 12
1 tungguh terompong berpecon 10
2 buah kendang besar (lanang dan wadon) yang dilengkapi dengan 2 buah kendang kecil
1 pangkon cengceng
1 buah kajar
2 buah gong besar (lanang dan wadon)
1 buah kemong (gong kecil)
1 buah babende (gong kecil bermoncong pipih)
1 buah kempli (semacam kajar)
1-3 buah suling bambu
1 buah rebab

Instrumen gamelan gong kebyar yang ada di Taro yaitu hanya ada:

  1. Dua kendang ( lanang dan wadon)
  2. Trompong                                         9. Bende
  3. Satu ugal                                           10. Riong
  4. Empat pemade                                 11.Sepasang gong( lanang wadong)
  5. Empat kantilan                                12. Bende.
  6. Sepasang penyacah                          13. Kempur.
  7. Sepasang jublag/calung                 14. Kajar
  8. Sepasang jegogan                             15. Kempli dan ceng-ceng.

            Dilihat dari embat-nya (warna suaranya) terdapat tiga Gamelan kebyar yang berkembang di Bali yaitu:

  • Gamelan kebyar yang bersumber dari Gong Gede,
  • dari gamelan palegongan,
  • dan yang murni buatan baru.

Yang pertama memiliki embat yang sesuai dengan embat gamelan gong gede yaitu agak rendah seperti yang banyak terdapat di Bali Utara, kelompok kedua menggunakan embat sama dengan embat gamelan palegongan (sumbernya) yaitu agak tinggi seperti yang sebagian besar terdapat di Bali bagian selatan, Gamelan-gamelan kebyar yang murni buatan baru sebagian besar ber-embat sedang seperti yang terdapat di berbagai daerah di Bali dan diluar Bali. Kenyataan ini menunjukan bahwa belum ada standarisasi embat untuk Gamelan kebyar di Bali.Embat gamelan gong kebyar yang di Taro yaitu embat gamelan pelegongan saih slisir. Gending yang diketahui antara lain: tabuh gilak,tabuh telu,tabuh besik dan tabuh pat yang diwariskan dari kakek-kakek  yang sudah tiada hingga sekarang masih lestari gending-gendingnya.

4. Perkembangan Gamelan Gong Kebyar

Dalam periode tahun 1970 sampai dengan 1990an, seni karawitan Bali mengalami kemajuan yang cukup menggembirakan. Kemajuan seni karawitan Bali pada waktu itu memperlihatkan dua sisi yang menarik dan sangat menentukan masa depan dari seni karawitan di daerah ini.

Di satu sisi telah terjadi penyebaran gamelan keseluruh Bali, bahkan keluar daerah serta keluar negeri. Kondisi ini diikuti oleh munculnya komposisi-komposisi karawitan baru yang semakin rumit dengan teknik permainan yang semakin kompleks.

5. Kesimpulan

Dilihat dari sejarah, instrumental dan perkembangan Gong Kebyar di masa yang akan datang, bentuk-bentuk seni karawitan dan barungan gamelan Bali baru akan terus bermunculan. Adanya “kebiasaan” dikalangan seniman Bali untuk terus mencoba, mencari dan menggali ide-ide baru, baik dari dalam seni budaya tradisi mereka maupun dari unsur luar yang senafas, sangat memungkinkan akan terwujudnya perkembangan seni karawitan Bali yang lebih baik di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSAKA

Beratha, I Wayan,   Pembaharu Gamelan Gong Kebyar. Yogyakarta, Tarawang. 2002.

Bandem, I Made, Mengenal Gamelan Bali ( Akademi Seni Tari Indonesia Denpasar, 1982).

Ngurah Rai Mirsha, I Gusti ,et.al., Sejarah bali (Denpasar; Proyek Penyusunan Sejarah Bali Pemerintah Daerah Tingkat I Bali, 1986), hal. 165-202