Archive for the ‘sejarah Karawitan’ Category

GAMELAN NO NAME

Senin, November 4th, 2013

NO NAME GAMBELAN

DI CERAKEN’S

04102013657

No Name Gambelan adalah barungan gambelan baru yang coba di buat oleh Made Subandi di tahun 2010 dan dibiayai olehnya sendiri. Gambelan ini dibuat dengan tujuan untuk menghadirkan suasana baru dalam karawitan Bali yang nantinya diharapkan bisa digunakan sebagai media ungkap baru yang yang efisien dan simple. Gambelan ini berlaraskan selendro 5 nada dan sekilas gambelan ini menyerupai barungan gambelan angklung dan suaranyapun jika tidak diperhatikan kedengaran seperti suara barungan angklung, akan tetapi ada perbedaan yang kurang bisa disadari bila sesorang yang mendengar tidak peka terhadap nada-nada, memang laras dalam gamelan ini adalah laras selendro, akan tetapi jarak antara satu nada dengan nada yang lainnya agak berjauhan disbandingkan jarak nada dalam barungan gamelan angklung. Ada 12 buah riong dalam gambelan ini, urutan nada pada riong menyerupai riong dalam barungan gong kebyar dan pada setiap tungguh gangsa terdapat 5 bilah, setiap tungguh urutan nadanya berbeda antara satu tungguh dengan tungguh yang lainnya sesuai dengan kebutuhan pemain (polos dan sangsih) yang difikirkan oleh penggagas gambelan ini.

Gambelan ini no name, karena menurut Bapak Made Subandi baginya nama tidaklah penting, yang lebih penting adalah manfaat gambelan tersebut. Apalah artimya sebuah nama yang bagus bila tidak ada manfaatnya. Dari uraian di atas maka munculah sebuah ide untuk membuat suatu barungan gambelan yang di dalamnya terdapat beberapa jenis instrument yang pada umumnya instrument tersebut sudah ada dalam barungan gambelan lain, akan tetapi dalam barungan gamelan ini sangat diperhitungkan akan keefisienan dari masing-masing instrument tersebut.

Instrument no name gambelan :

1.      Gangsa Polos

Dalam barungan no name gamelan terdapat 2 tungguh gangsa polos (ngumbang, isep)  yang larasnya selendro dengan urutan nada :

-Ndong, ndeng, ndung, ndang, nding

 

2.      Gangsa Sangsih

 

 

Dalam barungan no name gamelan terdapat 2 tungguh gangsa sangsih (ngumbang isep) yang larasnya selendro dengan urutan nada :

-ndeng, ndung, ndang, nding, ndong

 

 

 

3.      Kantil polos

Dalam barungan no name gamelan terdapat 2 tungguh kantil polos (ngumbang, isep) yang larasnya selendro dengan urutan nada :

-Ndong, ndeng, ndung, ndang, nding

 

4.      Kantil Sangsih

Dalam barungan no name gamelan terdapat 2 tungguh kantil sangsih (ngumbang isep) yang larasnya selendro dengan urutan nada :

-ndeng, ndung, ndang, nding, ndong.

 

 

 

 

5.      Suwir

Dalam barungan no name gamelan terdapat sepasang suwir ( ngumbang, isep) yang berlaras selendro dengan urutan nada :

Ndong, ndeng, ndung, ndang, nding

6.      Jegog

Dalam barungan no name gamelan terdapat sepasang jegog ( ngumbang, isep) yang berlaras selendro dengan urutan nada :

Ndong, ndeng, ndung, ndang, nding

7.      Riong

Dalam barungan no name gamelan terdapat 1 plawah riong yang berlaras selendro dengan urutan nada :

Ndeng, ndung, ndang, nding, ndong, ndeng, ndung, ndang, nding, ndong, ndeng, ndung.

8.      2 buah kendang krumpungan (lanang wadon.)

2 buah kendang angklung (lanang, wadon)

9.       1 kajar trenteng

10.   4 suling cenik dan 4 suling gede

-Dalam barungan gamelan ini suling cenik dan gede menggunakan tekep ndung (bila ditutup semua  lubang nadanya sama dengan nada ndung pada gamelan)

11.   1 kecek

12.  1 buah klenang

13.  1 buah klentong

14.  1 buah gong

 

Salah satu alasan kenapa nada pada gangsa dan kantil antara polos dan sangsihnya urutan nadanya berbeda, dikarenakan pemikiran tentang keefisienan, setelah dipertimbangkan lebih matang ketika seorang pemain gangsa yang sedang bermain polos jarang memukul bilah pada bagian nada yang tertinggi, justru sebaliknya ketiaka seorang pemain gangsa bermain saangsih tentu saja nada yang lebih dominan yang dimainkan adalah nada- nada tinggi, itu sebabnya kenapa gangsa dan kantil disetting seperti itu urutan nada-nadanya.

Sampai sekarang belum ada lagu yang khusus di bawakan dengan barungan gambelan ini, karena pada pementasan- pementasan sebelumnya lagu- lagu yang di bawakan adalah lagu-lagu angklung dan semara pegulingan yang ditransfer ke laras selendro sesuai dengan laras gambelan ini.Tetapi rencananya bulan Oktober tahun ini Made Subandi dan seorang temannya composer dari jepang Yasuko Takei akan membuat komposisi khusus untuk barungan no name gamelan.

 

Fungsi No Name Gamelan :

-Sebagai media baru untuk merekonstruksi lagu-lagu karawitan yang terdahulu

-Sarana untuk menunjang konsep ngayah dalam agama Hindu

-Sebagai media ungkap baru yang simple dengan hasil yang maksimal

           

Biografi Seniman I Made Subandi

Senin, November 4th, 2013

MADE SUBANDI SANG KOMPOSER

subandiMade Subandi adalah seorang composer music Bali. Karya-karya musiknya sangat terkenal di kalangan masyarakat Bali maupun di dunia. Made Subandi lahir di Desa Batuyang, 23 Februari 1966, Dia merupakan anak kedua dari empat bersaudara, putra dari pasangan Made Dig dan Ni Wayan Saba (alm). Made Subandi mulai masuk sekolah Dasar pada tahun 1973/1974,dia sekolah di SD Negeri 2 Batubulan Kangin dan lulus SD 1980/1981, dia sekolah di sekolah dasar selama 8 tahun karena sempat ketinggalan kelas 2 kali. Masuk SMP Silachandra pada tahun 1981/1982 dan lulus tahun 1983/1984. Sekolah kejuruan di SMKI pada tahun 1984/1985 dan lulus tahun1987/1988, kemudian melanjutkan kuliah di ISI Denpasar pada tahun 1988/1089 dan menyelesaikan S1 pada tahun 1992/1993.

Made Subandi mulai mengenal gambelan sejak SD, gambelan yang pertama kali dia mainkan adalah gambelan geguntangan. Saat itu dia ikut sebagai penabuh geguntangan untuk mengiringi lomba janger di SD, berawal dari sana dia kemudian tertarik belajar gender wayang yang diajar oleh ayahnya sendiri Made Dig. Ketertarikannya terhadap gambelan diakuinya karena factor genetik hal ini disebabkan karena ayahnya sendiri merupakan seorang seniman gambelan Bali khususnya gender. Di samping belajar bermain gambelan, Made subandi kecil juga sempat belajar mengukir di Br.Tangkeban Batuyang. Pada saat itu seingatnya dia tidak pernah pentas di panggung yang besar, kegiatan pementasan yang sering dia lakukan lebih cenderung untuk ngayah, dan bermain gender di tempat-tempat upacara agama.

Pada saat dia beranjak kejenjang Sekolah Menengah Pertama, semua kegiatan yang dilakukan hampir sama seprti di SD bahkan kegiatan untuk ngayah maupun pentas semakin banyak, dan menurutnya sudah dari sana dia mengakui semakin focus untuk belajar gambelan Bali oleh karena itu dia sangat berkeinginan untuk melanjutkan ke SMKI yaitu Sekolah kejuruan dimana disana diajarkan tentang kesenian.

Pada tahun 1984 Made Subandi mulai sekolah di SMKI menurutnya disanalah dia mulai mengenal bermacam-macam jenis gambelan, misalnya : gong jawa, semar pegulingan, gong gede dll. Tetapi basic instrument yang Made Subandi benar-benar mendapat sentuhan yaitu dalam belajar gender wayang, dia mengakui banyak ilmu yang didapat selama sekolah di SMKI, misalnya tentang teori karawitan, belajar notasi, fellingnya sudah mulai berbeda dirasakan karena ingin membenahi diri dengan belajar yang lebih banyak, dan dia akui ternyata banyak ilmu yang di dapat di sekolah tidak dia dapat di rumah, misalnya “pola-pola pupuh kekendangan yang saat itu di ajar oleh Pak Sinti dan Pak Tut De Asnawa”,Kata Made Subandi. Akan tetapi semua dasar tentang kendang sudah diajarkan oleh orang tuanya sendiri, dan di SMKI juga Made Subandi belajar berkomposisi untuk pertama kalinya, seingatnya saat itu dia membuat garapan baleganjur untuk lomba dalam rangka ulang tahun sekolah, Made Subandi mencoba membuat sebuah komposisi dari pengalamannya melihat dan mendengar pertunjukan-pertunjukan yang pernah dia tonton sebelumnya.

Setelah lulus dari SMKI Made Subandi akhirnya melanjutkan ke ISI Denpasar, di ISI ilmu yang didapatkannya lebih detail, dan yang paling penting banyak dia dapat di ISI adalah pengalaman berproses. Komposisi yang Made Subandi garap di ISI adalah iringan untuk ujian salah satu mahasiswa pedalangan yang saat itu menggunakan barungan gambelan semar pegulingan. Banyak juga dia membuat iringan-iringan mahsiswa jurusan tari di ISI, menurut dia mungkin karena dia dikenal sosok yang berbakat oleh teman-temannya,dan karena itu dia dipercaya untuk membuatkan iringan tariannya pada saat ujian TA di ISI. Resepnya yang pertama kali dia berikan adalah rajin-rajin mendengar garapan-garapan yang sudah ada, baik yang ada di dalam negeri maupun music- music barat, dan diakuinya juga sentuhan yang banyak dia dapat adalah dari Pak Tut de Asnawa. Selain itu komposisi dalam garapan-garapan music instrumental yang dia buat juga melalui proses belajar di ISI contohnya membuat komposisi selonding pada saat itu, akan tetapi menurutnya tetap basic di dalam dirinya adalah gender wayang. Dan karena kuliah di ISI juga Made Subandi akhirnya berangkat ke Swedia pada tahun 1990, tahun 1991 Made Subandi pergi ke Jepang untuk berkolaborasi dengan seniman Jepang (Prembon Gusti Sumarsa, Abian Kapas). Sampai akhirnya dia memperoleh gelar S1 pada tahun 1992.

 Banyak kegiatan yang dia lakukan setelah lulus dari ISI Denpasar. Pada tahun 1997 pergi ke India (PEMDA Gianyar). 1998-1999 mengajar di USA di sanggar Sekar Jaya. Sepulangnya dari Sekar Jaya Made Subandi pergi ke Cina 1999( PEMDA Bali) dalam rangka kolaborasi dengan Club Food. Setelah itu dia kembali ke Sekar Jaya untuk mengajar disana selama 1 tahun sampai tahun 2000. Pada tahun 2000 Sepulangnya Made Subandi kemudian memulai tournya keliling Eropa untuk pementasan wayang yang berjudul Thef Of Sita di bawah naungan Arma Ubud yang bekerja sama dengan musisi Australi Paul Galbroski. Pada Tahun 2012-2013 dia kembali ke Sekar Jaya USA untuk mengajar di sana lagi. Dan pada bulan September 2013 baru saja dia pergi ke Jepang untuk pementasan kolaborasi music.

Untuk di Bali Sendiri, dia juga sudah banyak menghasilkan karya-karya, misalnya karya-karya dalam ajang PKB yaitu:

1.      Tahun 1995, Sandya Gita Duta Kabupaten Gianyar

2.      Tahun 1996, Tabuh kreasi Sardula Duta Kabupaten Klungkung

3.      Tahun 1997, Tabuh kreasi Ciung Kala Duta Kodya Denpasar

4.      Tahun 1998, Tabuh Kreasi Labuh Tiga Duta Kodya Denpasar

5.      Tahun 2002, Tabuh Kreasi Palu Gangsa Duta Kabupaten Gianyar

6.      Tahun 2004, Iringan Fragmentari Samuan Tiga Duta Kabupaten Gianyar

7.      Tahun 2006, Iringan Fragmentari Duta Kabupaten Gianyar

8.      Tahun 2007, Iringan Fragmentari Lebur kangsa Duta Kabutaen Gianyar

9.      Tahun 2011, Tabuh Kreasi Ulu candra Duta Kabupaten Gianyar

10.  Tahun 2012, Tabuh Kreasi Badeng dan Iringan Fragmentari Duta Kabupaten Gianyar

Masih Banyak lagi karya-karya Made Subandi di luar daripada itu baik dalam tabuh instrumental, iringan tari, wayang, music kolaborasi, music inovasi maupun kontemporer.

            Made Subandi mengakui selama dia berkarya maupun pergi ke luar negeri meskipun ia harus jauh dengan keluarga ia selalu merasa bahagia, menurutnya ini dikarenakan kecintaanya terhadap kesenian khususnya music. Komposer yang dikenal dengan gaya spontanitasnya dalam berkarya ini mangakui dulu saat pertama-tama membuat komposisi music pernah dia beberapa kali dia menuangkannya dalam notasi akan tetapi saat berhadapan dengan musisi inspirasinya yang baru selalu muncul sehingga hasilnya berbeda dengan yang ditafsirkan sebelumnya. Beranjak dari sanalah dia sampai saat ini selalu menuangkan sebuah komposisi dengan gaya spontanitas yang menjadi ciri khasnya sebagai composer. Dia menjelaskan sama sekali tidak ada hambatan dalam menciptakan sebuah komposisi music, hal ini dia nyatakan “ibarat sumur, semakin digali, semakin jernih air yang keluar didalamnya” kata Made Subandi. Digali yang dia maksudkan disini adalah belajar, kita sebagai seniman harus tetap belajar karena semakin banyak kita belajar semakin banyak yang kita tahu, secara otomatis semakin banyak pula yang kita tidak tahu, pesannya kepada saya saat mengakhiri wawancara pada hari Minggu,29 September 2013 lalu.

Demikian tentang Biografi I Made Subandi salah satu komposer yang mengabdikan dirinya untuk kesenian. Seluruh hasil dari cipta,rasa dalam pikirannya dia tuangkan dalam komposisi- komposisi musiknya sejak dulu hingga sekarang. Hal ini dilakukan untuk menjaga tetap eksisnya gambelan Bali di pulau Bali ini sendiri dan menjaga eksisnya keberadaan gambelan Bali di mata dunia. Apabila ada kesalahan yang kurang berkenan di hati para pembaca, saya minta maaf sebesar-besarnya. Sekian dan Terimakasih.