isi denpasar

Desember 29, 2011

Komentar Video Menori

Filed under: Tak Berkategori —— bagusrismawan @ 11:56 am

Penata Nama       : Ni Luh Sylvia Rostina Sudira Nim : 200701005 Program Studi : Seni Tari

Sinopsis                : Menggambarkan keindahan Bunga Menori dengan pancaran putih kemilau, tumbuh di semesta ibu pertiwi, bagaikan keagungan Dewa Dewi, menjadi kembang penghias Puspalingga.

Penata Karawitan : I Gede Suweca, S.Sn Pendukung Tari : 1. Ni Luh Gede Dita Rini Rahayu (Mahasiswi UNDIKNAS University) 2. Kadek Yuning Meila Kesari (Siswi SMPN 2 Kuta Selatan) 3. Putu Mustika Saraswati (Alumni Politeknik Negeri Bali Jimbaran) 4. Herlina Arisetyani (Siswi SMAN 1 Kuta Selatan) Pendukung Karawitan : Sanggar Nara Iswara.

Komentar video:

Dari segi penataan lampu:

Terlihat masih kurang karena peletakan lampu hanya di bagian atas, menurut saya akan lebih bagus kalau ada beberapa lampu yang diletakkan dibagian depan bawah.

Dari segi sound sistem:

Kalau dilihat dari segi suara gamelan, suara gangsa dan kantil lebih menonjol dan suara yang lain kurang jelas, seperti kendang, kempur, klentong, calung, sehingga perlu menggunakan mikropun yang lebih merata supaya mendapatkan suara gamelan yang merata.

Biografi I Wayan Darta

Filed under: Tak Berkategori —— bagusrismawan @ 10:55 am

I Wayan Darta

Seniman Topeng Dari Banjar Kebon Desa Singapadu

Terdapat Seniman yang sangat kental akan Seni Topengnya yang bernama  Made Darta, anak ke-2 dari  Wayan Kantor dan Ni Made Gubrig.  saat itu beliau dilahirkan dalam keadaan sehat dan tinggal di lingkungan yang kaya akan Seni. Yaitu di Banjar Kebon, Desa Singapadu. Beliau lahir di Singapadu pada tanggal  31 Desember 1966. Ayah beliau ( I Wayan Kantor) dan Ibu beliau ( Ni Made Gubrig ) sangat menanti-nanti kehadiran beliau. Suatu ketika beliau beranjak besar saat usia balita. Kakek beliau yang bernama Kak Rangkus ( alm. )adalah Seniman topeng terkenal di desa Singapadu, Sang Kakek selalu mengajak beliau ke berbagai acara topeng yang dilakoni oleh kakek beliau. Kakek beliau sangat menyayangi beliau. Hingga suatu ketika beliau menonton pertunjukan topeng yang ditarikan oleh kakek beliau, beliau merasa terkesima akan wibawa kakek beliau saat menarikan tari topeng tersebut. Dari sana lah muncul minat beliau dalam menarikan tari topeng tersebut, karena sang kakek mengetahui minat beliau, sang kakek mengajarkan pada beliau cara menari topeng. Saat sang kakek mengajarkan beliau, hanya dalam hitungan 1 kali gerakan, beliau sudah dapat menguasai tarian tersebut. Sang kakek menyadari akan bakatnya tersebut, maka dari saat itu sang kakek bertekad untuk mengajarkan ilmu tentang Seni Topengnya kepada cucu tersayangnya yaitu beliau. Semakin besar beliau semakin mahir menari dan terus menari. Suatu ketika kakek beliau telah tiada, saat itu beliau sangat bersedih akan meninggalnya Kakek yang beliau sayangi dan selalu mengajaknya menari saat muda dulu. Dari sana lah timbul tekad beliau untuk meneruskan Seni Topeng yang telah diajarkan oleh Kakek beliau. Saat usianya beranjak remaja beliau memutuskan untuk mengemban pendidikan di SMK I pada tahun 1986 sampai 1987 saat itu sekolah SMK I beralamat di jalan Ratna. Dan pada jaman itu juga belum terlalu banyak adanya sepeda motor seperti jaman sekarang. Orang pada jaman itu lebih banyak berjalan kaki dan bersepeda gayung saja. Karena jarak antara rumah beliau dengan sekolah beliau terpaut jauh sekitar 5 kilo meter dari Singapadu beliau memutuskan untuk menaiki sepeda gayung untuk bersekolah dari kelas 1 sampai kelas 3. Tapi bersyukurlah beliau saat menginjak kelas 4 dan saat beliau akan tamat, SMK I dari jalan Ratna telah pindah ke Batubulan. Saat itu beliau merasa sedikit lega karena tidak harus menaiki sepeda gayungnya lagi dengan jarak yang begitu jauh dan ditambah panas teriknya matahari. Tapi semua kerja keras beliau dengan belajar secara tekun di SMK I  membuahkan hasil. Ia menjadi murid teladan saat itu. Pertama kali pentas beliau diajak oleh Guru beliau yang bernama Pak Sayang, saat itu beliau pentas di BPG ( Balai Pendidikan Guru ) yang berada di YangBatu. Saat itu beliau menarikan Tari Topeng Keras dan Tari Topeng Penasar. Ketika usianya telah beranjak Dewasa muncul rasa ketertarikan antara lawan jenis pada diri beliau. Saat itu beliau menyukai gadis yang bernama Ni Made Nendri. Ternyata tidak disangka-sangka gadis tersebut satu desa dengan beliau yaitu Desa Singapadu Banjar Kebon. Dan tidak lama berselang beliau pun menikah. Mereka dianugrahi 2 orang anak kepada Tuhan. Anak pertama beliau bernama Eka Yuni yang telah berumur 19 tahun, dan anak kedua beliau yang bernama Dek Uni.  Keluarga mereka sangat harmonis, tidak ada perselisihan maupun pertengkaran. Kesehariannya beliau sering menerima tawaran pentas di berbagai acara contohnya : acara pawiwahan, potong gigi, dan bekerja di Barong Sila Budaya Batubulan. Ketika saya mewawancarai beliau pada siapa beliau akan menurunkan bakat yang dimiliki beliau hanya menjawab “ tiang ten medue ten medue oka lanang, bakat saya akan gunakan untuk mengabdi untuk kepentingan orang lain” ujarnya.

Sejarah Gambelan Di Br. Kebon, Singapadu

Filed under: Tak Berkategori —— bagusrismawan @ 10:52 am

Sejarah Singkat Gambelan di Br. Kebon, Singapadu

Di Desa Adat Kebon terdiri dari empat banjar adat, yaitu Banjar Kebon, Sengguan, Mukti, dan Bungsu. Di dalam Banjar Kebon terdapat sebuah barungan gambelan gong  kebyar lengkap yang merupakan peninggal dari zaman ke zaman yang tidak tahu pasti tahun datang atau adanya gong kebyar kuno yang sudah sangat tua usianya, di mana barungan gambelan ini di tempatkan di puri yang pada zaman itu menjabat selaku bendesa adat begitu seterusnya, setiap kepemimpinan di mana barungan gambelan ini digunakan untuk kegiatan uapacara adat yaitu odalan di pura kayangan  tiga yang berada di Desa Adat Kebon dan untuk keperluan kegiatan adat lainnya.

Dalam perkembangan  zaman dirasakan oleh masing-masing anggota krama karena terlalu banyaknya uapacara adat dimasing-masing banjar, maka di putuskan lah membeli barungan gambelan gong kebyar dimasing-masing banjar. Begitu pula dengan Banjar Serongga Kaja sepakat untuk membeli seperangkat barungan gong kebyar sekitar tahun 1989. Sejak datangnya gambelan di Banjar Serongga Kaja mulai aktif mencari tabuh baru yang siap untuk ngayah megambel di pura yang ada di kawasan Desa Serongga maupun di luar Desa Adat Kebon.

Gending-gending Yang Dimainkan

 Gending-gending yang dimainkan sebagian besar adalah gending lelambatan klasik, ada pun tabuh yang dicari adalah tabuh-tabuh lelambatan klasik, seperti buaya mangap, galang kangin, tabuh gari, kala mara, dan gedung melati yang dibimbing oleh Pande Kadek Sudarsana, beliau bukanlah seniman yang mengenyam pendidikan, melainkan belajar dari alam atau berburu pengalaman. Beliau sangat berperan besar di banjar saya sebagai pelatih dan pencetus ada nya sekehe gong, mulai dari sekehe gong anak-anak, sekehe gong pkk, dan sekehe gong remaja. Sekehe di banjar saya lebih menjurus ke ngayah megambel di pura dari pada megambel di luar pura.

 Barungan gong kebyar

Gambelan di Banjar Kebon memiliki instrument seperti berikut :

–         Satu tungguh terompong, dalam barungan gambelan gong kebyar memiliki sepuluh buah pencon/moncol dari nada ndang rendah sampai ndung tinggi. Instrument ini dimainkan dengan dua buah panggul, ada punteknik permainan terompong yaitu ngempyung, ngembat, silih asih, nguluin, nerumpuk, ngantu, niltil, ngunda dan ngoret.

–         Satu tungguh instrument riyong. Instrument riyong memiliki 12 pencon/moncol memiliki nada ndeng rendah sampai ndung tinggi. Instrument ini dimain kan oleh empat orang, masing-masing orang membawa dua panggul. Ada pun teknik pernainan riyong : cecandetan, kotekan, tetorekan yang mengacu pada permainan polos dan slangsih yang dalam lontar Prakempa disebut gegebug (Bandem, 1991:16). Lebih lanjut dalam lontar ini gegebug rereyongan disebut I gajah mina namanya. Riong pertama dan ketiga bermain polos, kedua dan keempat bermain slangsih. Setiap pemain riyong memiliki wilayah nada untuk dapat memainkan teknik-teknik di atas.

–         Dua buah Instrumen Ugal. Instrumen ugal/giying adalah sebuah instrument yang mempunyai jumlah bilah 10 (sepuluh) buah dengan susunan nada-nadanya dari kiri ke kanan. ndong, ndeng, ndung, ndang, nding, ndong, ndeng, ndung, ndang, dan nding. Instrumen ini dimainkan oleh seorang pemain dengan alat pemukul (panggul). Fungsi dalam barungan adalah sebagai pembawa melodi dan memulai sebuah gending yang dibawakan. Selain itu instrument ugal dapat mengendalikan atau memimpin sebuah lagu untuk pemberian keras lirih/nguncab-ngees sebuah gending. Beberapa tehnik pukulannya adalah: Ngoret, Ngerot, netdet, ngecek, neliti, ngucek, gegejer, oncang-oncangan dan ngantung.

–         Gansa pemade dan gangsa kantil. Barungan Gong Kebyar memiliki empat instrument gangsa pemade dan empat instrument gangsa kantil. Instrumen ini memiliki sepuluh nada dalam. tungguhnya, dan urutan nadanya sama dengan instrument ugal.

Hanya saja instrument kantil lebih tinggi oktafnya dari gangsa

pemade. Jadi secara estetika perbedaan oktaf tersebut untuk

seimbangan dan harmonisasi. Kedelapan

instrumen ini berfungsi membuat jalinan-jalinan/kotekan dalam

sebuah gending. Pemberian ilustrasi oleh instrument ini dapat

memperkuat lagu pokok. Beberapa teknik gagebug/pukulan yang diterapkan dalam instrument gangsa seperti: teknik pukulan nyogcag, bebaru, tetorekan, norot, ngoret, niltil, ngucek, oncangoncangan dan lain –lain sesuai dengan kebutuhan gendingnya.

–         Dua instrumen Penyacah: Instrumen ini mempunyai jumlah bilah

sebanyak tujuh buah dengan susunan nada: ndung, ndang, nding, ndong, ndeng, ndung, ndang. berfungsi sebagai pemangku lagu/mempertegas jalannya melodi (pukulannya lebih rapat dari jublag).Secara fisik ukurannya lebih kecil dari instrument Jublag. Teknik permainannya sangat melodis pada setiap matra lagu.

–         Dua instrument Jublag. Instrumen jublag adalah suatu instrument yang memiliki jumlah bilah lima buah, dengan susunan nada nding, ndong, ndeng, ndung, ndang. Besar kecilnya nada diambil dari instrument ugal/giying. Funfsinya dalam sebuah barungan adalah sebagai pemangku lagu, memperkuat/mempertegas melodi pada ruasruas gending. Teknik pukulan yang diterapkan adalah: neliti, magending, nyele/nyelah.

–         Dua instrument Jegogan. Instrumen Jegogan merupakan instrument bilah yang paling besar ukurannya dalam barungan Gong Kebyar. Instrument ini memiliki bilah sebanyak lima buah

dengan susunan nada nding, ndong, ndeng, ndung ndang. Instrumen ini berfungsi sebagai pemangku lagu dan memberikan aksentuasi kuat pada ruas-ruas gending (pukulannya lebih jarang dari jublag)

–         Satu Kempur: Merupakan instrument berpencon yang besarnya

memiliki diameter 50-60 cm. Dengan digantung pada sebuah

sangsangan, instrument ini berfungsi sebagai pemangku irama (ritme) dan sebagai pematok ruas-ruas gending serta sebagai pemberi aksen-aksen sebelum jatuhnya gong. Pola pukulannya dapat memberikan identitas ukuran tabuh yang dibawakannya. Seperti: tabuh pisan satu kempur dalam satu gong, tabuh dua, ada dua kempur dalam satu gongannya, dan seterusnya.

–         Satu instrument Kemong: Instrumen kemong adalah merupakan

instrument berpencon yang dalam settingya digantung pada

sangsangan kecil yang disebut trampa. Fungsinya dalam barungan adalah untuk pengisi ruas-ruas lagu. Biasanya penerapan pukulan kemong pertanda gending yang dibawakan telah mencapai setengah dari gending secara utuh (kecuali pengawak palegongan). Pola pukulannya adalah: Tunjang sari,

–         Dua buah Gong lanang dan wadon: Instrumen gong adalah

instrument berpencon yang ukurannya paling besar dalam Gong

Kebyar. Terbuat dari kerawang dan memiliki ukuran diameter 65 – 90 cm. Dilihat dari fungsinya, instrument ini berfungsi sebagai

finalis lagu (menghakhiri lagu). Sebagai finalis lagu instrument ini memiliki jenis pukulan yang disebut Purwa Tangi.

–         Kendang Lanang Wadon: di atas telah dipaparkan tentang

instrument kendang. Akan tetapi dalam sebuah barungan

kendang berfungsi sebagai pemurba irama. Disamping itu

kendang dapat mengatur tempo, keras liris gending dan lain-lain.

Beberapa pukulan kendang antara lain: Motif bebaton, gegulet,

jejagulan, bebaturan, gupekan, milpil, dan lain-lain.

–         Beberapa suling dengan berbeda ukuran: Suling merupakan

instrument melodis yang dalam komposisi lagu sebagai pemanis

lagu. Teknik permainan bisa simetris dengan lagu ataukah

memberikan ilustrasi gending baik mendahului maupun

membelakangi melodi gending.

–         Satu Cengceng Kecek: Secara fisik cengceng gecek memiliki dua

bagian yaitu: dua alat pemukul (penekep) disebut bungan

                        cengceng, dan cengceng tatakan. Dalam tatakan terdapat kurang

lebih lima buah cengceng yang diikat pada pangkonnya. Untuk

memunculkan suara, cengceng penekep dipegang oleh dua tangan

dan dimainkan dengan dibenturkan sesuai tekniknya. Adapun

beberapa jenis pukulannya adalah: pukulan malpal, ngecek,

ngelumbar dan lain-lain. Sedangkan fungsinya dalam barungan

adalah untuk memperkaya ritme/angsel-angsel tanpa memakai

tehnik jalinan.

–         Satu buah kajar: Instrumen ini merupakan salah satu

inmstrumen bermoncol/pencon yang berfungsi sebagai pembawa

irama. Adapun jenis pukulannya adalah pukulan Penatas lampah

yang artinya pola pukulan kajar yang mengikuti pola ritme yang

ajeg dari satu pukulan ke pukulan berikutnya dalam jangka

waktu serta jarak yang sama.

–         Satu buah rebab: Instrumen rebab merupakan instrument gesek

yang dalam barungan gamelan sebagai penyeimbang/ harmonisasi

lagu. Instrumen ini membutuhkan pengeras suara karena secara

kualitas suara sangat nyaring, namun tidak mampu menimbulkan

suara keras. Sehingga instrument rebab sangat tepat

diharmoniskan dengan suling, dan pada saat pementasan dibantu

oleh pengeras suara.

 

Kegunaan Dan Manfaat

          Ada pun kegunaan dan manfaat gong di banjar saya adalah digunakan untuk latihan dan digunakan juga sebagai ngayah megambel di pura di desa Adat Kebon maupun di luar Desa Adat Kebon. Ada pun kegiatan lainnya adalah pernah mengikuti Pesta Kesenian Bali tahun 2002 yaitu festival gong kebyar anak-anak dan pernah menjadi pendamping uji coba duta Kabupaten Jembrana pada tahun 2005 dan mendampingi uji coba duta Kabupaten Gianyar pada tahun 2003, pernah juga mengikuti gong kebyar dewasa untuk mewakili Kabupaten Gianyar pada tahun 2008

Powered by WordPress WPMU Theme pack by WPMU-DEV.