“GAMELAN PALEGONGAN PERTAMA DI DESA ADAT UBUD“

Posted in Tulisan on Desember 20, 2011 – 11:20 am
Post a comment

Paddy Sandino-Sanggar Cudamany ngayah di Puri Menara Ubud , @2008-Ubud

Ubud  …. ,

Desa Kecil yg padat keramaian ini terletak di tengah tengah kabupaten Gianyar. Ubud disebut sebagai Centre of The Arts yang telah menarik minat para wisatawan untuk berkunjung ke Ubud. Ada beragam kesenian di ubud . dan salah satunya yang akan kita bahas saat ini yaitu Kesenian Musik Tradisional yg disebut Gamelan (Karawitan) Bali.

Gamelan Bali sangat berpengaruh di bidang pariwisata. Banyak para turis asing sengaja datang ke Bali untuk belajar Gamelan Bali. Maka dari itu , begitu hebatnya pesona Gamelan Bali di mata dunia.  Banyak turis asing memilih Ubud sebagai tempat belajar Gamelan , karena di Ubud memilki cirri khasnya tersendiri , yaitu lewat gending-gending(lagu) yg lemah lembut yg  ditampilkan dengan ensamble(barungan) Palegongan.

Keberadaan Gamelan Palegongan di Ubud , tidak terlepas dari perjuangaan para seniman Ubud untuk mepertahankan jati dirinya.

Sebut beliau Tjokorda Agung Mas, beliau merupakan Tokoh seniman di Desa  Adat Ubud. Beliau merupakan orang yang  pertama memprakarsai adanya Gamelan Palegongan di Ubud. Pada tahun 1978 , beliau dengan keseriusannya untuk mengembangkan kesenian di Ubud, mencanangkan membuat 1 Barungan Gamelan Palegongan. walaupun dengan cara menyicil satu satu instrumen pada saat itu. “Pande Gabler asal Desa Blahbatuh,Gianyar , disinilah beliau membuat Gamelan Palegongan ini.

Pada saat itu , biaya total pembuatan gamelan palegongan ini sekitar 20 juta.

  • Perkiraan :

1 Gangsa berharga :  75 ribu

1 Kantilan :  60  ribu

1 Gender Rambat : 150 ribu

1 Gong : 700 ribu

1 Calung : 125 ribu

1 Jegogan :  173 ribu

 

Dan Pada akhirnya , Desa adat Ubud telah memiliki Gamelan Palegongan Pertama. Walaupun belum lengkap , karena Instrumen Kantilan baru 2 saja.

 

Fungsi Gamelan ini yaitu selain dipakai untuk mengiringi Upacara Keagamaan , Gamelan ini telah banyak menciptakan karya , baik Karya Tabuh ataupun Karya Tari. Salah satunya ialah Tari yang berjudul “Murda Swara” . tari dang ending Murda Swara ini diciptakan oleh Tjokorda Agung Mas. Dan Murda Swara itu juga merupakan suatu Yayasan Kesenian yang ada di Ubud. Gamelan Palegongan ini juga sempat mengiringi pementasan Sendra Tari Ramayana dan Raja Pala. Yang dibina Oleh Para Seniman Handal , yaitu : Tjokorda Agung Mas , Prof.Dr.I Wayan Rai.S.MA.,I.B.Gangga BA, Bapa Senen , Ketut Tama , Bapa Jagra , Bapa Mogog dan banyak lagi seniman lain yang ikut membina pada saat itu yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.

 

Gamelan ini dahulu pernah dipinjam oleh Dewa Berata , yg merupakan Pendiri Sanggar Cudamany , Pengosekan . Ubud. Yang pada saat ini sangat terkenal. Bahkan dunia sudah mengenal Sanggar ini. Dengan rasa Terima kasih untuk membalas peminjaman gamelan ini,beliau tidak tanggung untuk memberikan 2 buah Kantilan lagi sebagai pelengkap gamelan ini. Dan sekarang Gamelan ini sudah lengkap.

 

Sampai saat ini Gamelan Palegongan ini masih sangat berfungsi exsistensinya, selain digunakan untuk mengiringi gending-gending Palegongan, juga ering diggunakan untuk mengiringi Pementasan Calonarang,

 

Mungkin Gamelan ini merupakan cikal bakal berkembangnya Seni Karawitan di Desa Adat Ubud. Banyak sanggar terkenal di orbitkan karena gamelan ini. Salah satunya adalah Sanggar Bina Remaja Ubud. Yang sampai sekarang masih ada keberadaannya. Yang dulu dibawah naungan Yayasan Murda Swara.

 

Demikianlah Historical (Sejarah) Gamelan Palegongan pertama yang ada di Desa Adat Ubud. Jika ada kata-kata yang kurang berkenan , mohon maaf sebesar-besarnya. Tidak lupa kritik saran saudara sangat berarti bagi saya.

Terima Kasih .

 

 

 

 

 

 

 

Informan :
Tjokorda Bagus Astika ,

Tjokorda Putra Swastika , dan

Tjokorda Istri Sri Agung Astiti Sutedja S.St

#catatan : Mereka Bertiga merupakan Anak-Anak dari Tjokorda Agung Mas. (percakapan terjadi pada tanggal 11 Oktober 2011)


This entry was written by baguskrishna, filed under Tulisan.
Bookmark the permalink or follow any comments here with the RSS feed for this post.
Comments are closed, but you can leave a trackback: Trackback URL.