CONSEPTUAL OF “RAIN BEFORE THE RAINBOW” PIECE

Posted in Karya on Juli 7, 2013 – 2:18 am
Post a comment

 

    

 

Sebelum kami menjelaskan mengenai konsepsual karya kami, mungkin alangkah baiknya jika kami menjelaskan makna dari komposisi tersebut. Jadi dari terminologi kata, komposisi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris yaitu “Compouse”, adapun pengertian komposisi tersebut adalah rangkaian dari beberapa materi-materi yang nantinya bisa membentuk suatu wujud, dalam konteks kali ini  adalah berwujud sebagai karya musik Tabuh Kreasi baru yang menggunakan mediasi Gong Kebyar. Kalau kita membahas mengenai Gong Kebyar, pastinya pemikiran kita tertuju pada wilayah Bali Utara, karena kita telah mengetahui bahwa Gong Kebyar lahir di wilayah tersebut. Kami akan coba paparkan sekilas mengenai komponis-komponis  yang terkenal pada masa-masanya. Pertama adalah karyanya Pan Wandres asal Buleleng yang berjudul Kebyar Legong, setelah masa Pan Wandres, dilanjutkan oleh Gede Manik, lalu Kariasa, mulai menyebar ke Bali Selatan dengan munculnya Bape Regog, Bape Berata, Gede Yudana mulai menyebar ke daerah Gianyar, Pak Gandra asal Peliatan, Nyoman Windha, Gede Yudana, Subandi, Dewa Alit. Semua komponis yang saya sebutkan tadi merupakan seorang “Local Genius” telah berhasil membius masyarakat Bali menurut periode masanya. Dari hal tersebut, pada periodisasi kekinian (Post Modern) kami mencoba membuat sebuah tawaran Tabuh Kreasi Baru yang lain dari pada yang lain. Penekanan kami ini dalam konteks komposisi yang berbeda, karena kami berpikir bahwa akan sangat sulit untuk membandingkan karya-karya para sesepuh Gong Kebyar terdahulu dengan karya kami apabila kami membuat komposisi yang mirip seperti karya-karya beliau diatas. Jadi kami mempunyai visi dan misi yang sama, yaitu dengan mencari jati diri komponis muda pada masa ini agar bisa menunjukan kreatifitas yang berkualitas dan berpondasi pada karya-karya kekebyaran yang telah ada sebelumnya. Karya ini terinspirasi dari pengalaman kami ketika sedang duduk-duduk santai di lingkungan kampus ISI Denpasar, ketika itu hujan sedang turun dengan sangat deras, tanpa sengaja kami mengamati proses-proses kejadian hujan tersebut. Ternyata tidak hanya hujan yang bisa kami lihat, tetapi ketika hujan mulai reda, dengan kondisi sedikit grimis dan mulai adanya sinar matahari ketika itu juga kami dapat menyaksikan pelangi yang menghiasi langit. Fenomena tersebutlah yang menginspirasi kami untuk membuat suatu garapan Tabuh Kreasi dengan judul:

“RAIN BEFORE THE RAINBOW”

Tabuh Kreasi ini kami bagi menjadi tiga bagian yang ditandai oleh penggunaan, tanpa urutan tertentu, beberapa bagian yang menonjolkan setiap kelompok dari setiap instrumen gamelan Gong Kebyar. Bagian-bagian dan transisi diantaranya sering terkesan mendadak, dan tidak metris serta penuh dengan ciri khas kebyar yaitu perubahan tempo dan tekstur. Hanya ketika mendekati bagian akhir komposisi, seluruh instrumen bermain bersama. Diantara sub genre kebyar, tabuh kreasi baru menunjukan tingkat inovasi musical yang tertinggi dan paling konsisten disamping penggunaan topik yang beragam.

Seperti judul karya Tabuh Kreasi yang kami tawarkan diatas berjudul “Rain Before The Rainbow” yang artinya hujan sebelum pelangi. Adapaun penjelasannya seperti ini; Hujan adalah peristiwa turunnya air dari langit ke bumi. Awalnya air hujan berasal dari air dari bumi seperti air laut, air sungai, air danau, air waduk, air rumpon, air sawah, air comberan, air susu, air jamban, air kolam, air ludah, dan lain sebagainya. Selain air yang berbentuk fisik, air yang menguap ke udara juga bisa berasal dari tubuh manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, serta benda-benda lain yang mengandung air.

Air-air tersebut umumnya mengalami proses penguapan atau evaporasi akibat adanya bantuan panas matahari. Air yang menguap / menjadi uap melayang ke udara dan akhirnya terus bergerak menuju langit yang tinggi bersama uap-uap air yang lain. Di langit yang tinggi uap tersebut mengalami proses pemadatan atau kondensasi sehingga membentuk awan. Dengan bantuan angin awan-awan tersebut dapat bergerak kesana-kemari baik vertikal, horizontal dan diagonal.

Terjadinya pelangi adalah karena pembiasan cahaya. Ketika dibiaskan, cahaya akan berubah arah. Biasanya. pembelokan ini terjadi ketika cahaya pindah dari medium satu ke yang lain.

 

Hal ini terjadi karena cahaya bergerak dengan kecepatan berbeda dalam medium berlainan. Ketika memasuki prisma kaca, cahaya akan dibelokkan. Begitu pula jika keluar dari prisma. Selain membiaskan cahaya, prisma memisahkan cahaya putih menjadi komponen warnanya. Warna cahaya yang berlainan ini berbeda frekuensinya, sehingga memiliki kecepatan tempuh berbeda ketika memasuki suatu zat. Cahaya yang kecepatannya rendah di dalam kaca akan dibelokkan lebih tajam ketika pindah dari udara ke kaca, karena perbedaan kecepatannya berlainan. Tak mengherankan jika komponen yang membentuk cahaya putih dipisahkan berdasarkan frekuensinya ketika melewati kaca. Pada prisma, cahaya akan dibelokkan dua kali, ketika masuk dan keluar, sehingga penyebaran cahaya terjadi.

Tetesan air hujan dapat membiaskan dan menyebarkan cahaya mirip sebuah prisma. Dalam kondisi yang tepat, pembiasan cahaya ini membentuk pelangi. Dari peristiwa yang menyebabkan sinar monokromatik menjadi 7 sinar polikromatik yang dikenal dengan mejikuhibiniu, yaitu Merah, Jingga, Kuning, Hijau, Biru, Nila, Ungu. Pelangi dapat kita lihat jika matahari cukup rendah di kaki langit (karena itu mengapa pelangi tidak terjadi di siang yang terik), dan kita harus berada membelakangi matahari untuk melihat pelangi.

Dari penjelasan Hujan dan Pelangi diatas, kami ingin mencoba bereksperimen dengan memperhitungkan aspek-aspek musikalnya lewat dasar pemikiran ide kami diatas, yaitu pada bagian pertama kami mencoba mengexplorasi proses awal terjadinya hujan dimana terjadi penguapan air dari dasar bumi yang dibantu oleh adanya panas bumi dan populasi udara. Pada bagian I kami lebih menekankan suasana yang dinamik, dengan tempo yang cepat dan kebyar. “Akord (keserentakan suara) hebat”  adalah konvensi musical dan orkestrasi yang disebut dengan anamatope, yaitu byar. Byar dimainkan dengan aksen keras dan bersama (tutti sforzando) oleh seluruh instrumen metalofon dengan bilah perunggu, memukul nada yang sama pada masing-masing wilayah nada, yang keseluruhannya mencakup lebih dari empat oktaf dari gamut (keseluruhan wilayah nada) gamelan. Di samping itu, riyong, perangkat ricikan yang tediri dari dua belas gong berpencon yang diletakkan diatas rancakan horizontal, dimainkan oleh empat musisi. Byar tersebut tidak berfungsi sebagai harmoni melainkan merupakan perpanjangan warna suara dari nada tertentu dari laras yang dimainkan oleh seluruh instrumen bilah dan pencon. Pada bagian II kami berintrepetasi tentang keadaan cuaca yang mendung akibat panas bumi yang berhasil membuat air menguap ke permukaan udara yang menyebabkan langit menjadi gelap. Pada bagian ini kami lebih menonjolkan tekstur figurasi jalinan, dimana mereka bergantian dengan melodi melodi unisono secara tak terduga , dan muncul kontinuitas motorik dari garis melodi sebagai ritme silang yang menonjol. Intinya kami bereksperimen pada instrumen melodi, yaitu jegogan, calung, dan penyacah. Ketiga instrumen tersebut sudah mempunyai rentetan melodi yang berbeda, tapi sangat berhubungan satu sama lainnya dan terjadi interaksi figurasi jalinan antar nada-nada yang dihasilkan. Suasana mendung menunjukkan kegalauan yang teramat besar, jadi kami ingin menimbulkan suasana yang haru akibat kegelepan. Pada Bagian terakhir yaitu pada bagian ketiga, kami ingin memvisualisasikan tentang adanya pelangi, sesuai dengan judul yang coba kami tawarkan yaitu Rain before The Rainbows, yang artinya Hujan sebelum Pelangi. Pada bagian III kami lebih menonjolkan komposisi yang riang gembira. Karena kami ingin menonjolkan sesuai dengan konsep kami, yaitu pelangi. Pelangi merupakan fenomena alam yang terjadi akibat adanya pembiasan sinar matahari yang menyinari rintik-rintik hujan.

Demikian konsepual dari karya kami yang berjudul “Rain Before The Rainbow” yang bisa kami paparkan, jikalau ada kesalahan dalam pemahaman kami, dalam penyajian karya kami ataupun dalam proses kami berkarya, kami mohon dengan sangat agar bapak bisa membimbing kami. Karena menurut kami, komponis mudalah yang nantinya akan bisa mengembangkan dan mengharumkan seni dan budaya khususnya di bidang Gamelan Bali.

Sekian dan Terima Kasih.

Salam Kreatif

 

 


This entry was written by baguskrishna, filed under Karya.
Bookmark the permalink or follow any comments here with the RSS feed for this post.
Comments are closed, but you can leave a trackback: Trackback URL.