Archive for the ‘Lainnya’ Category

tari kecak

Senin, Juni 10th, 2013

Tari Kecak

Kecak (pelafalan: /’ke.t@3;ak/, secara kasar “KEH-chahk”, pengejaan alternatif: Ketjak, Ketjack), adalah pertunjukan seni khas Bali yang diciptakan pada tahun 1930-an dan dimainkan terutama oleh laki-laki. Tarian ini dipertunjukkan oleh banyak (puluhan atau lebih) penari laki-laki yang duduk berbaris melingkar dan dengan irama tertentu menyerukan “cak” dan mengangkat kedua lengan, menggambarkan kisah Ramayana saat barisan kera membantu Rama melawan Rahwana. Namun demikian, Kecak berasal dari ritual sanghyang, yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada pada kondisi tidak sadar, melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat. Para penari yang duduk melingkar tersebut mengenakan kain kotak-kotak seperti papan catur melingkari pinggang mereka. Selain para penari itu, ada pula para penari lain yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana seperti Rama, Shinta, Rahwana, Hanoman, dan Sugriwa. Lagu tari Kecak diambil dari ritual tarian sanghyang. Selain itu, tidak digunakan alat musik. Hanya digunakan kincringan yang dikenakan pada kaki penari yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana. Sekitar tahun 1930-an Wayan Limbak bekerja sama dengan pelukis Jerman Walter Spies menciptakan tari Kecak berdasarkan tradisi Sanghyang dan bagian-bagian kisah Ramayana. Wayan Limbak memopulerkan tari ini saat berkeliling dunia bersama rombongan penari Bali-nya.

History/Sejarah
Sekitar tahun 1930-an Wayan Limbak bekerja sama dengan pelukis Jerman Walter Spies menciptakan tari Kecak berdasarkan tradisi Sanghyang dan bagian-bagian kisah Ramayana. Wayan Limbak memopulerkan tari ini saat berkeliling dunia bersama rombongan penari Bali-nya.

Story/Cerita

 

 

Tari Kecak merupakan salah satu tari Bali populer yang diciptakan pada tahun 1930-an dan dimainkan biasanya oleh laki-laki. Tarian ini dipertunjukkan oleh banyak (puluhan atau lebih) penari laki-laki yang duduk berbaris melingkar dan dengan irama tertentu menyerukan “cak” dan mengangkat kedua lengan, menggambarkan kisah Ramayana saat barisan kera membantu Rama melawan Rahwana. Namun demikian, Kecak berasal dari ritual Sanghyang, yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada pada kondisi tidak sadar, melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat. Para penari yang duduk melingkar tersebut mengenakan kain kotak-kotak seperti papan catur melingkari pinggang mereka. Selain para penari itu, ada pula para penari lain yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana seperti Rhama, Shinta, Rahwana, Hanoman, dan Sugriwa. Lagu tari Kecak diambil dari ritual tarian Sanghyang. Selain itu, tidak digunakan alat musik. Hanya digunakan kincringan yang dikenakan pada kaki penari yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana.

tarian sakral bali

Senin, Juni 10th, 2013

Tari Sang Hyang

 

Salah satu kesenian Bali yang berkar pada kebudayan pra-Hindu adalah tari sang hyang. Tari ini maih hidup sampai sekarang dan kini dapat dijumpai kurang lebih dua puluh macam tari Sang Hyang. Tarian tersebut banyak di dapat di desa- desa pegunungan, semua jenis tari Sang Hyang terdiri atas dua atau tiga penari dan mereka dapat mencapai tance ( kerawuhan). Pertunjukan tari Sang Hyang sangat beraneka ragam wujudnya, masing-masing memiliki unsur improvisasi sesuai dengan budaya yang berkembang di sekitarnya. Tipe kerauhan ini juga amat berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.

Jenis-jenis tari Sang Hyang meliputi, Sang Hyang Dedari , Sang Hynag Jaran, Sang Hyang celeng, Sang Hyang lelipi, Sang Hyang Bojog, Sang Hyang penyalin, Sang Hyang Kuluk, Sang Hyang Sampat, Sang Hyang Penyu, Sang Hyang Samba, Sang Hyang memedi, Sang Hyang Deling dan lain-lain. Jika Sang Hyang itu mulai kerauhan penyanyi wanita yang sedang menyanyikan gending-gending Sang Hyang berhenti dari tugasnya dan mereka diganti oleh penyanyi pria yang disebut cak. Penari cak yang terdiri atas para penyungsung pura tersebut menyanyikan ritme cak, ecak , ecak , ecak dengan patron prekusif yng amat unik.

Perlu di perjelas bahwa sesungguhnya tidak semua tari Bali memiliki unsur kerauhan. Unsur kerauhan juga ada dalam tari Bali yang bersifat sekuler yang dilatih secara teknis dan srius namun secara konseptual kedaan seperti ini disebut ketakson. Untuk tarin-tarin yang bersifat kerauhan atau sakral, penari di tuntut untuk dapat kerauhan ( nadi ) , sedangkan kemampuan untuk menari adalah soal belakang. Untuk tarian profesional persyaratan ini menjadi terbalik, karena kondisi seperti ini dapat membingungkan dalam tarian Bali , sepeti terlihat dalam tarian sekuler yang ditambahkan degan kerauhan begitu saja untuk menarik wisatawan asing. Disini sifat-sifat kerauhan itu secara mudah disebut dengan metode berekting.

 

 

 

Drama Tari Gambuh

 

Salah satu warisan budaya Bali yang amat mengesankah adalah Gambuh. Ini merupakan drama tari paling tua dan dianggap sebagai sumber drama tari Bali, gambuh terselamatkan hingga kini dengan perubahan kecil dari aslinyaratusan tahun yang lampau. Didalam gambuh kita masih melihat tersimpannya tata cara dan ide-ide kebudayaan Majapahit dan kehidupan budaya yang tinggi dari kerajaan Bali dari abad ke -14 sampai ke -16. Para penguasa majaphit dan keluarga raja pada waktu itu sangat menghargai, memelihara kesenian dan tari secara serius di dalam isitana.

Gambuh telah diayomi dari tahun ke tahun, namun dalam pengayoman terebut drama tari Gambuh  “ dibalinisasikan “. Dari pengelihatan pertama, orang- orang yang akan dapat menyaksikan bahwa tata busana adat Bali telah diadaptasi ke dalam Gambuh. Gambuh memasukan unsur cerita kedalam tarian bali karena taria Bali pada zaman pra-Hindu tidak memiliki cerita. Dari cerita akan timbul pengertian tentang struktur dramatis, dan struktur akan memperkenalkan elemen komposisi. Gambuh juga memperkenalkan imajinasi musik yang tinggi dan imni menyebabkan hubungan erat antara tarian dan musik berkembang dalam drama dan tari Bali.  Tari Bali yang berasal dari zaman pra-Hindu hanya diiringi musik sederhana yang terdiri atas pukulan-pukulan ritmis, nyanyian yang diulang- ulang  dan perbendaharan musik yang sederhana.

Gambuh mengandung persamaan dengan opera barat dlam hal cerita yang diungkapkan oleh penari dalam bentuk nyanyian dan dialog.  Seni suara vokal bagi para penari dalam pementasan tidak lah begitu sukar ,biasanya terdiri atas nyanyian panjang dengan ritme yang bebas  dan harmonis seiring dengan nada-nada gambelan yang sedang mengiringi tarian itu.

Sebuah pertunjukan gambuh yang semprna biasanya memakai tiga atau empat pegunem : pengipuk ( percintaan ), tetengisan ( sedih ), dan pesiat (adegan perang biasanya mengakiri pergelaran itu ) .

 

 

Sendratari Ramayana dan Mahabrata

 

Sendra tari merupakan singkatan dari “ seni, drama dan tari” di Indonesia istilah sendra tari dipakai untuk menggantikan kata “ balet ” , yaitu tari klasik barat yang pementasannya menggantungkan keharmonisan antara musik dan tari, sedangkan cerita diungkapkan tanpa dialog, cukup dengan gerak-gerak berarti. Adapun sendratari yang pertama dipertunjukan di Bali adalah  sendra tari Jayaprana , gubahan I Wayan Bratha seorang guru tari dan karawitan.

Sendaratari Mahabrarata dan ramayana sebgai kasus dalam perubahan ini dapat dimengerti oleh masyarakat secara luas karena sendratari sebagai ciptaan baru masih bersumber pada tarian-tarian klasik Bali dan tidak pernah tercabut dari akar kebudayaan. Sendratari Mahabrata dan Ramayana yang semula dicetuskan pada pesta kesenian Bali tahun 1979 dan penggarapannya dilakukan secara kolosal tenyata merupakan awal perubahan baru dalam tari Bali. Sampai pada pementasan ketiga sendratari ini masih mendapat kritik yang cukup tajam dari para pengamat tari Bali.

Berawal dari gagasan tersebut dan untuk menghadapai para pemeran yang hampir dua ratus jumlahnya, perancang sendratari Mahabrata dan Ramayana garapan lolosal ini menyusun suatu skenario yang lebih lengkap. Skenario ini disusun oleh sebuah tim yang ditunjung oleh Pemerintah Daerah Tingat 1 Propinsi Bali. Tim skenario sendratari ini pada awalnya dipipmpin oleh I Gusti Bagus Nyoman Panji dan dilanjutkan oleh I Made Bandem dengan anggota-anggota seperti I Wayan Simpen AB, I Gusti Ngurah Suparta, I Wayan Dibia, I Nyoman Sumadhi, I Dewa Ngakan Made Sayang, I Ketut Kodi, I Nyoman Astita dan seniman-seniman terkemuka lainnya.

Musik yang dipergunakan untuk mengiringi Sendratari Mahabrata dan dan Ramayana adalah beberapa gambelan yang dirangkai menjadi sebuah barungan gambelan sebaagai pengiring gambelan itu. Jenis – jenis barungan gambelan yang serig digunakan seperti gambelan gong gede, gong kebyar, semarapegulingan dan lain-lain.