Cikal Bakal Tabuh Longgoran

This post was written by aridarmayasa on April 14, 2018
Posted Under: Tak Berkategori

Tabuh longgoran

Cikal bakal lahirnya/ munculnya tabuh longgoran ini diperkirakan lahir bersamaan dengan perkiraan munculnya Gong Kebyar pada abad ke 19 kurang lebih pada tahun 1915 di Desa Bungkulan, Buleleng Singaraja,5, Gong Kebyar di gunakan membarung ( lomba/parade tetabuhan red.) di Desa Jagaraga, Kecamatan Sawan Bulelengdan bahkan untuk lebih menguatkan lagi bahwa Gong Kebyar lahir di Desa Bungkulan.Tabuh longgoran sebagai salah satu sarana yang selalu harus ada didalam rangkaian ritual Upacara Dewa Yadnya, sebagai pengejawantahan suara Bajra sang Wiku atau Genta suara pitu Untuk sebagian umat saat melaksanakan persembahyangan ( mebakti ) tanpa alunan suara lagu-lagu longgoran yang dimainkan secara agung dan terasa ada atmosfir maghis, yang menentramkan hati, jika sudah lewat fase lagu-lagu yang ber-irama menyerupai lagu mars yang di bawakan kelompok marching band. Tabuh longgoran menurut beberapa penggiat pelaku tabuh Lelonggoran, bahkan salah satu dari pelaku tersebut adalah seorang cucu dari sang Maestro, I Gusti Bagus Suarsana yang kebetulan juga seorang seniman tabuh mengatakan :

Adalah I Gusti Nyoman Panji Gede (sudah moring acintya, Alm, red) yang pada saat menekuni, menggubah, mengajarkan tabuh longgoran pada anak didiknya di seantero desa Bungkulan juga di pelosok jazirah Buleleng yang di kenal dengan istilah Dauh Enjung ( kalopaksa,tangguwisia,anturan,tukad mugga, buleleng barat red.) dan Dangin Enjug,(Jinengdalem, Penarukan, sangsit, Jagaraga, menyali dan desa bungkulan buleleng timur red.) diperkirakan berusia 50 (lima puluh) tahun, sekitar tahun 1930 an. Beliau I Gusti Nyoman Panji Gede, selain piawai mengarang lagu secara otodidak, beliau juga piawai mengarang/ membuat lagu di tempat berlangsung acara mebarung ( perlombaan) ada salah satu karya beliau yang boleh dikatakan sangat sakral dan memiliki nilai maghis yakni gubahan tabuh yang diberi nama tabuh “ Sudha Mala.longoran di kenal di desa Bungkulan khususnya dan Buleleng bahkan Bali pada umunya. Dengan demikian jangan sampai masyarakat Buleleng sendiri terlebih masyarakat Bungkulan mendengar Tabuh longgoran sangat asing, bahkan jauh lebih akrab dengan aneka tabuh Lelambatan dan kreasi baru, bahkan musiknya Kitaro. Bahwa kita butuh apresiasi sah-sah saja.

Kini , dengan perjalanan waktu, tabuh longgoran, selain komunitas pengusung genre musik ini sudah mulai tergerus jaman, karena faktor alam, usia, segmen/pasar yang membutuhkan untuk eksisnya genre longgoran untuk tetap bertahan, ia semakin tergerus dan tergilas dengan aliran musik “kekebyaran” ber genre pop, maka Tabuh longgoran perlahan namu pasti akan semakin mengecil kerlip cahayanya di jagat karawitan Bali. Tabuh longgoran, kejayaan riwayatmu dulu, dan kini hanya sesekali masih dimainkan setidaknya di Pura Pemaksan komunitas sang Maestro I Gusti Nyoman Panji Gede,di Banjar Jero Gusti Bungkulan, Kecamatan Sawan Buleleng Singaraja Bali.

 

Comments are closed.

Previose Post: