Archive for the ‘Tulisan’ Category

KARAWITAN

Senin, April 9th, 2018

1.Apakah yang di sebut dengan gamelan ?

  • Gamelan ialah sebuah orkestra Bali yang terdiri dari bermaam-macam instrumen seperti gong,kempur,reyong,trompong,ceng-ceng,kendang,suling dan rebab yang mempunyai laras pelog dan slendro.

2.Coba jelaskan pengertian dari barungan ?

  • Barungan adalah untuk menyebutkan satu kelompok atau alat gamelan yang terdiri dari berbagai jenis-jenis instrumen dengan jumlah tertentu.

3.Pada tahun berapa gamelan Gong Kebyar mulai muncul di bali utara ?

  • Diperkirakan pada tahun 1914

4.Apakah yang di maksud dengan “GILAK” ?

  • Gilak adalah sebuah bentuk gending 8 ketuk dalam satu baris hitungan ke 4 adalah jatuhnya pukulan gong dan hitungan ke 5 dan ke 7 adalah jatuhnya pukulan kempur dan hitungan ke 8 terakhir adalah gong pengulangan.

5.Di sisi lain gamelan Gong Kebyar juga berfungsi sebagai ?

  • Sebagai alat seni pertunjukan
  • Sebagai sarana pendukung upacara
  • Sebagai sarana pendidikan

6.Di dalam pembuatan tabuh dalam gamelan Gong Kebyar ada istilah yang di sebut dengan

Uger-uger,menurut anda apa yang di maksud dengan uger-uger ?

  • Uger-uger artinya peraturan atau ketentuan tentang Tabuh lelambatan dapat ditinjau dari segi komposisi instrumen penentu orkestrasi.

7.Pengertian dari Karawitan yaitu ?

  • Sebuah musik instrumental yang menggunakan 2 laras yaitu laras pelog dan laras selendro

8.fungsi gamelan Angklung yang ada di bali ?

  • Untuk mengiringi upacara pitra yadnya
  • Upacara dewa yadnya menurut daerah masing masing.

9.Gamelan Gong Kebyar kalau dilihat dari dari segi bahannya dibuat dari pada “KERAWANG”

maksud dari kerawang itu adalah ?

  • Campuran antara timah murni dan tembaga kadang-kadang gamelan Gong Kebyar dapat di buat dari besi atau plat.

10.Menurut anda ada istilah Kebyar atau Makebyar dalam gamelan Gong ,Angklung,semara

Pegulingan,Semarandana dan masih banyak lagi gamelan yang ada di bali,coba kalian

uraikan penjelasan tentang kebyar atau makebyar dalam gamelan bali ?

  • Menurut saya Makebyar atau Kebyar adalah suatu istilah yang artinya suara keras yang datangnya secara tiba- tiba.

 

 

 

 

 

 

 

 

KOMUNITAS DEWARI SWARI

Senin, April 9th, 2018

KOMUNITAS DEWARI SWARI bisa disebut sebagai komunitas yang punya keberanian untuk mencoba keluar dari ikatan seni tradisi. Disini kami menampilkan garapan musik yang tak melulu berlindung di balik estetika baku seni tradisi, melainkan menciptakan estetika baru dengan mengolah bukan hanya potensi penari tapi pemusik mengeksplore gamalen baru.

TRADISI SIAT SARANG DI DESA SELAT

Rabu, Maret 14th, 2018

Tradisi Siat Sarang Di Desa Selat

Ritual yang digelar serangkaian upacara Usaba Dimel ini bermakna untuk membuang musuh-musuh yang bersarang dalam diri. Ritual siat sarang ini ditandai aksi saling lempar bersenjatakan sarang. Kedua kelompok pemuda saling serang dan melempar sekuat tenaga, hingga sarang yang dipakai senjata hancur berantakan. Selain untuk memuang mala (musuh atau kotoran dalam diri secara niskala), ritaul siat sarang ini juga bermakna untuk menyomiakan (menetralisasi) pengaruh jahat bhuta kala di areal sekitar.

Siat berarti = Pemukul,Perang,Berkelahi

Sarang berarti = Daun Enau yang di anyam dan dipakai dari bekas pembuatan sarang.

Tradisi Siat Sarang ini rutin dilaksanakan krama Desa Pakraman Selat setahun sekali, tiga hari sebelum upacara Usaba Dimel. Kali ini, upacara Usaba Dimel akan dilaksanakan saat Penyajaan Galungan pada Soma Pon Dunggulan.

Menurut Kelian Desa Pakraman Selat, Jro Mangku Wayan Gede Mustika, ritual Siat Sarang merupakan satu rangkaian aci petabuhan (upacara pacaruan) dengan kurban godel (anak sapi) dan anjing blangbungkem (loreng coklat). “Ini rutin dilaksanakan setahun sekali jelang upacara Usaba Dimel,” jelas Jro Mangku Mustika. Prosesi siat sarang sendiri berawal dari rumah masing-masing krama pagi harinya, di manba mereka ngunggahang (mempersembahkan) satu kemasan tenge (berisikan kemasan daun gegirang, bambu, gunggung, dan aba) yang dihias bergambar makhluk bhuta kala. Kemasan itu dipersembahkan di pekarangan rumah masing-masing.

Menjelang sore, beberapa tenge yang terpasang di pekarangan rumah dikumpulkan lagi oleh keluarga bersangkutan, lanjut dimasukkan ke dalam sarang. Nah, sarang tersebut selanjutnya ditempatkan di lebuh (dekat pintu halaman rumah). Esensinya, untuk memancing agar kekuatan bhuta kala masuk ke dalam sarang. Selanjutnya, sarang dibawa ke Pura Bale Agung untuk mendapatkan labaan (pemberian kepada makhluk yang lebih rendah tingkatannya) berupa banten pacaruan, sekaligus menyomiakan sifat-sifat bhuta kala.

Setelah dipersembahkan di Pura Bale Agung, maka sarang tersebut diambil kalangan teruna (pemuda) Desa Pakraman Selat untuk dijadikan sarana perang.Kalangan teruna yang terlibat dalam ritual Siat Sarang ini mengenakan kain dengan saput poleng, berpakaian adat madya mereka terbagi dalam dua kelompok mereka mencari klompoknya masing-masing.Instruksi untuk mulai berperang diberikan langsung Kelian Desa Pakraman Selat, Jro Mangku Mustika. Sesaat sebelum kedua kelompok teruna saling serang, Jro Mangku Mustika mengingatkan mereka agar bersemangat mengusir sifat-sifat bhuta kala yang melekat di dalam diri.

Musuh-musuh dalam diri yang harus dibuang sebagaimana dimaksudkan antara lain, Tri Mala, Tri Mala Paksa, Catur Mada (empat kemabukan), Panca Wisaya (lima jenis racun), Panca Ma (madat, mabuk, mamotoh, madon, maling), Sad Ripu (enam musuh dalam diri: kama, lobha, krodha, moha, mada, dan matsarya).

Selain itu, ritual Siat Sarang ini juga bermakna mengusir kekuatan Sad Atatayi (enam pembunuh kejam), Sapta Timira (tujuh macam kegelapan), Asta Dusta, Dasa Mala (sepuluh kotoran), dan Asuri Sampat (sifat keraksasaan.) Makanya, selama berperang (Siat Sarang) tidak ada peserta yang emosi, karena yang diperangi sesungguhnya kekuatan bhuta kala dalam diri.

Propesi siat sarang ini bukannya di lakukan di satu Desa saja,tetapi di lakukan di masing- masing banjar yang ada di Desa Pekraman Selat.Hampir sama dengan Perang Pandan desa Tenganan bedanyan, siat sarang menggunakan sebagai senjata.Sedangkan di desa Tenganan menggunakan daun Pandan untuk berperang.

Setiap tradisi pasti memiliki makna.Siat sarang sendiri melambangkan penolak bala atau memerangi bhuta kala dan roh-roh jahat.Sebagai warga Indonesia ataupun Bali patutnya kita bangga dengan peninggalan leluhur khususnya di bidang kebudayaan,kewajiban bagi kita menjaga dan meneruskan ke cucu-cucu kita.