Archive for April, 2013

Tradisi Mageret Pandan (Perang Pandan Berduri) | Sejarah Seni Tradisional Bali

Senin, April 22nd, 2013

Tradisi Mageret Pandan (Perang Pandan Berduri)

Tradisi sakral Bali Aga ini menggunakan pandan berduri dan sangat tajam ini adalah unik dan menurut ramagita, Tradisi Mageret pandan atau Perang Pandan (Mekare-kare) dilakukan selama tiga hari dan juga tradisi ini merupakan sarana latihan ketangkasan seorang prajurit dalam masyarakat Tenganan sebagai penganut Agama Hindu aliran Dewa Indra sebagai Dewa Perang.

Perang Pandan (Makare – kare), http://endrone.blogspot.com

Yang terpenting dalam perang pandan tersebut tidak ada menang kalah. Kalau ada yang sampai terluka akibat goresan pandan akan diobati dengan obat yang telah disediakan yang berasal dari cuka kunir dan isen. Tak heran jika Perang pandan ini menjadi tontonan menarik bagi wisatawan lokal dan mancanegara.

Kepercayaan warga Tenganan agak berbeda dengan warga Bali pada umumnya dimana Umat Hindu Bali yang menjadikan Tri Murti sebagai dewa tertinggi. Namun bagi warga Tenganan, Dewa Indra sebagai dewa perang adalah dewa dari segala dewa.

Menurut sejarahnya Tenganan adalah hadiah dari Dewa Indra pada wong peneges, leluhur desa Tenganan Karangasem Bali.

…..

melaluiTradisi Mageret Pandan (Perang Pandan Berduri) | Sejarah Seni Tradisional Bali.

Babad Bali – Wayang Wong

Senin, April 15th, 2013

SENI DRAMA DAN TARI

Wayang Wong

»Seni Drama-tari «

Wayang Wong pada dasarnya adalah seni pertunjukan topeng dan perwayangan dengan pelaku-pelaku manusia atau orang (wong). Dalam membawakan tokoh-tokoh yang dimainkan, semua penari berdialog, semua tokoh utama memakai bahasa Kawi sedangkan para punakawan memakai bahasa Bali. Pada beberapa bagian pertunjukan, para penari juga menyanyi dengan menampilkan bait – bait penting dari Kakawin.

Di Bali ada dua Jenis Wayang Wong, yaitu Wayang Wong Ramayana, dan Wayang Wong Parwa. Wayang Wong Ramayana kemudian disebut Wayang Wong saja, ialah dramatari perwayangan yang hanya mengambil lakon dari wira carita Ramayana. Hampir semua penari mengenakan topeng. Diiringi dengan gamelan Batel Wayang yang berlaras Slendro.

Terdapat di desa-desa:

Mas, Telepud, Den Tiyis (Gianyar),

Marga, Apuan, Tunjuk, Klating (Tabanan),

Sulahan (Bangli),

Wates Tengah (Karangasem),

Bualu (Badung),

Prancak, Batuagung (Jembrana)

Wayang Wong Parwa yang biasa disebut Parwa yakni dramatari wayang wong yang mengambil lakon wira carita Mahabrata (Asta Dasa Parwa). Para penarinya umumnya tidak mengenakan topeng, kecuali para punakawan, seperti Malen, Merdah, Sanggut, Delem. Diiringi gamelan Batel Wayang yang berlaras Slendro. Parwa terdapat di desa-desa:

Sukawati, Teges, Pujung (Gianyar)

Blahkiuh (Badung).

Sumber: Team Survey ASTI [Kembali 1 langkah] [Kembali ke atas]

© Yayasan Bali Galang. All rights reserved.

melaluiBabad Bali – Wayang Wong.

Tradisi Tajen | Tabuh Rah | Sabung ayam di Bali

Senin, April 8th, 2013

Tradisi Tajen | Tabuh Rah | Sabung ayam di Bali.

Tradisi Tajen di Bali

Sudah sejak lama tradisi tajen atau sabung ayam sudah tumbuh dan berkembang di Bali, awalnya berkembang dari rangkaian upacara dewa yadnya yang dinamakan upacara Tabuh Rah, yang mana tabuh rah ini mempersyaratkan adanya darah yang menetes sebagai simbol / syarat menyucikan umat manusia dari ketamakan atau keserakahan terhadap nilai-nilai materialistis dan duniawi. Tabuh rah juga bermakna sebagai upacara ritual buta yadnya yang mana darah yang menetes ke bumi disimbolkan sebagai permohonan umat manusia kepada Sang Hyang Widhi Wasa agar terhindar dari marabahaya, kemudian terjadi pergeseran makna ritual dan tabuh  atau tajen ini kemudian mengarah kepada judi. Memang acara Tajen atau sabung ayam di Bali cukup dikenal dan digemari dikalangan masyarakat Bali, terutama oleh kaum prianya, walaupun jelas-jelas judi itu melanggar hukum, namun dibeberapa tempat sabung ayam ini masih berlangsung walaupun sembunyi-sembunyi untuk menghindari aparat.

Tradisi Tajen di Bali

Beberapa waktu terakhir ini, malah muncul wacana bahwa tajen ataupun sabung ayam ini akan dibuatkan Perda alias peraturan daerah, banyak yang pro dan tentunya lebih banyak yang kontra dengan wacana tersebut. Sebelum judi menjadi kegiatan haram bagi  kepolisian, tajen digelar secara bebas dan terbuka, kadang di suatu tempat membuat arena khusus untuk pergelaran tajen.Tapi kegiatan ini terlalu bebas bagi masyarakat, tidak membatasi kalangan usia, sehingga anak-anak yang secara kebetulan lewat dan menyaksikan kegiatan ini, tentunya akan berpengaruh buruk juga.

Bali sebagai tujuan wisata, banyak tamu asing yang kebetulan lewat dan melihat aktifitas ini, ini mungkin perlu mendapatkan penjelasan yang benar dari pemandu wisatanya. Kalau kita lihat kehidupan dan aktifitas seputar tempat tajen akan banyak dijumpai orang berjualan nasi, kopi, buah-buahan, bakso dan lain-lain. Bebotoh dan penonton menikmati sekali makanan yang dijajakan oleh para pedagang tersebut. Selain pedagang, yang bisa mengais rejeki di tempat tajen adalah tukang ojek, tukang parkir, tukang sapu, dan tukang karcis. Itulah sebabnya, para pembela tajen senang mengatakan bahwa uang yang berputar di tempat tajen tidak lari keluar pulau, melainkan hanya berputar dikalangan masyarakat. Maksudnya barangkali menyindir togel (toto gelap) yang menyedot uang masyarakat dan uang tersebut lari keluar pulau. Untuk memberantas tajen memang sangat dilematis sekali, sekarang kita saja, masyarakat Bali yang harus menilai, apakah tajen ini perlu dilestarikan atau tidak.

Babad Bali – Gong Gede

Senin, April 8th, 2013

Gong Gede juga termasuk barungan ageng namun langka, karena hanya ada di beberapa daerah saja. Gamelan Gong Gede yang terlihat memakai sedikitnya 30 (tigapuluh) macam instrumen berukuran relatif besar (ukuran bilah, kendang, gong dan cengceng kopyak adalah barung gamelan yang terbesar yang melibatkan antara 40 (empatpuluh) – 50 (limapuluh) orang pemain. Gamelan yang bersuara agung ini dipakai untuk memainkan tabuh-tabuh lelambatan klasik yang cenderung formal namun tetap dinamis, dimainkan untuk mengiringi upacara-upacara besar di Pura-pura (Dewa Yadnya), termasuk mengiringi tari upacara seperti Baris, Topeng, Rejang, Pendet dan lain-lain.

Beberapa upacara besar yang dilaksanakan oleh kalangan warga puri keturunan raja-raja zaman dahulu juga diiringi dengan gamelan Gong Gede. Akhir-akhir ini Gamelan Gong Gede juga ditampilkan sebagai pengiring upacara formal tertentu yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah dan untuk mengiringi Sendratari.

Gong Gede berlaras Pelog lima nada, dengan patutan atau patet tembang, dengan instrumentasi yang meliputi (sesuai yang ada di Kintamani dan STSI Denpasar):

melaluiBabad Bali – Gong Gede.

Sedikit Tentang Saya

Senin, April 8th, 2013
Nama: I gede Anom Gryahasta Diptawan
tempat tanggal lahir: Lembongan, 17 maret 1994
umur:18 th
agama:Hindu
Alamat: Br kangin, desa lembongan,nusa penida klungkung.
nama ayah : imade mudita
nama ibu : niluh nyoman nyiriani
pekerjaan ayah: petani rumput laut
pekerjaan ibu petani rumput laut
anak pertama (1)
Disaat SMK tepatnya di smk negeri 3 sukawati yang dulu dikenal dengan nama (kokar/smki) saya sering diajak ikut pergelaran ataupun ngayah ngayah dipura dari sanalah pengalaman saya bertambah dan bisa menyatu dengan teman” disana. hal yang paling berkesan bagi saya adalah saat ikut peran dalam pelaksanaan penutupan PKB(Pesta kesenian Bali) 2011 yang di tutup oleh gubernur bali. yang mempersembahkan drama tari kolosal yang berjudul (Rama Moksah) penampilan kami siswa siswi smk negeri 3 sukawati pada saat itu sangat memukau penonton yang ada di panggung terbuka arda chandra art center denpasar bali.
saya sangat senang sekali karna bisa dapat kehormatan untuk ikut serta ambil peran di dalam menabuh bersama teman teman.
karna dari sanalah saya mendapatkan pengalaman yang sangat berharga bagi saya.
        satu lagi hal yang sangat tidak bisa terlupakan di benak saya, yaitu pada ujian akhir garapan d smki tempat dulu saya bersekolah, berjuta juta pengalaman yang saya peroleh, dari cara awal didalam membuat gending, cara menentukan uger uger gending, hingga cara mengkompose gending agar enak  didengar. dari sanalah saya belajar untuk membuat karya karawitan.