SEJARAH GAMELAN ANGKLUNG DI BANJAR UMAKEPUH BUDUK, MENGWI, BADUNG

This post was written by andiardiana on Maret 6, 2018
Posted Under: Tak Berkategori

Gamelan angklung adalah Gamelan khas bali yang sering digunakan dalam  prosesi/upacara kematian. Gamelan angklung menggunakan laras selendro dan tergolong  barungan madya yang di bentuk oleh instrument berbilah dan berpencon dari krawang, Di Bali Selatan Gamelan ini hanya menggunakan 4 (empat) nada sedangkan di Bali Utara menggunakan 5 (lima) nada. Berdasarkan konteks penggunaan Gamelan ini serta materi tabuh yang dibawakan angklung dapat dibedakan menjadi :

  1. Angklung klasik : Di mainkan untuk mengiringi upacara (tanpa tari-tarian)
  2. Angklung kebyar : Di mainkan untuk mengiringi pegelaran tari maupun drama. Satu barung Gamelan angklung biasa berperan sebagai keduanya, karena sering kali menggunakan penabuh yang sama. Di kalangan masyarakat yang luas Gamelan ini di kenal sebagai pengiring upacara Pitra Yadnya(ngaben). Di sekitaran Denpasar dan beberapa tempat lainnya, penguburan mayat di iringi dengan Gamelan angklung yang menggantikan fungsi Gamelan gong gede yang di pakai untuk mengiringi upacara Dewa Yadnya (odalan) atau juga upacara lainnya. Gamelan angklung 4(nada) ini juga terdapat di Banjar Umakepuh, desa Buduk, kecamatan Mengwi, kabupaten Badung. Dengan tugas ini saya akan menjelaskan eksistensi dari gamelan angklug tersebut.

SEJARAH GAMELAN ANGKLUNG DI BANJAR UMAKEPUH BUDUK,MENGWI, BADUNG

Menurut narasumber yang saya wawancarai “Drs I wayan Selat Wirata Spd, Br umakepuh, Buduk, Mengwi, Badung” mengatakan bahwa gamelan angklung yang terdapat di Banjar tersebut dibeli pada tanggal 20 januari 1997. Awal mulannya di banjar tersebut ada suatu partai yang berjanji akan membelikan satu barung gamelan jika calon partai tersebut menang dalam pemilihan. (Drs I wayan Selat Wirata Spd, 3 november 2017)

Dari saat itulah tokoh pengurus dari banjar melakukan musyawarah dengan kerama banjar. Dari keputusan rapat tersebut bahwa gamelan angklung lah yang di setujui dari krama banjar untuk dipilih yang diajukan kepada calon partai tersebut. Seiring jalannya waktu tibalah pada hari pemilihan, karena semangat krama banjar untuk selain memenangan calon partai dan yang lebih pentingnya mendapatkan satu barungan gamelan angklung untuk melestarikan seni budaya. Dan terwujudlah apa yang sudah di janjikan oleh calon partai tersebeut, karena calon tersebut menang bersih di Desa Buduk yang khususnya di banjar Umakepuh. Banjar tersebut pertama kali memiliki gamelan angklung pada saat itu. Dan dari saat itulah krama banjar membentuk sekhe angklung yang beranama “ Sekhe Angklung Kelanguan”.

Ciri – cirri gamelan angklung yang terdapat di Banjar Umakepuh Buduk, Mengwi, Badung dari awal sampai sekarang masih sama untuk bentuk pelawahnya, dan hanya ada perbaikan suara pada bilah di setiap instrument

 

Comments are closed.

Previose Post: