Sejarah Semara Pegulingan
Semara Pegulingan
Gamelan yang dalam lontar Catur Muni-muni disebut dengan gamelan semara aturu ini adalah barungan madya, yang bersuara merdu sehingga banyak dipakai untuk menghibur raja-raja pada zaman dahulu. Karena kemerduan suaranya, gamelan Semar Pagulingan (semar=semara, pagulingan=peraduan) konon biasa dimainkan pada malam hari ketika raja-raja akan ke peraduan (tidur). Kini gamelan ini bisa dimainkan sebagai sajian tabuh instrumental maupun mengiringi tari-tarian/ teater.
Masyarakat Bali mengenal dua macam Semar Pagulingan:
- Semar Pagulingan yang berlaras pelog 7 nada
- Semar Pagulingan yang berlaras pelog 5 nada
Kedua jenis Semar Pagulingan secara fisik lebih kecil dari barungan Gong Kebyar terlihat dari ukuran instrumennya. Gangsa dan trompongnya yang lebih kecil dari pada yang ada dalam Gong Kebyar. Instrumen yang memegang peranan penting dalam barungan ini adalah trompong yang merupakan pemangku melodi. trompong mengganti peran suling dalam Panggambuhan, dalam hal memainkan melodi dengan dibantu oleh rebab, suling, gender rambat dan gangsa barangan. Sebagai pengisi irama adalahJublag dan jegogan masing-masing sebagai pemangku lagu, sementara kendang merupakan instrumen yang memimpin perubahan dinamika tabuh.
( Sumber, https://senibaliku.wordpress.com/seni-suara/seni-kerawitan/semar-pegulingan)