Tabuh Telu Pamungkah Tunjuk

  • Senin, April 2nd 2018

https://i.scdn.co/image/395b73cc53d9d7b99ae1c1d33cb952c8cfd70ecc

Pemungkah berarti awalan, sesuai judulnya tabuh ini selalu dimainkan pertama sebelum mengambil tabuh lainnya.

Asal-usul :

            Tabuh telu Pemungkah ini berasal dari Desa Tunjuk Kabupaten Tabanan, dimana tabuh ini sampai sekarang masih sering digunakan pada saat upacara keagamaan. Tabuh ini selalu dimainkan pertama sebelum memainkan tabuh yang lainnya. Tabuh ini pertama kali dibawa ke Desa Tunjuk oleh Kak Sukra dan Kak Jeger dari Malkangin kabupaten Tabanan , kira-kira pada tahun 1920. Tabuh-tabuh lelambatan di Desa Tunjuk sangat mirip dengan tabuh lelambatan yang ada di desa Pangkung Tabanan dan Desa Pejaten karena dibawa atau dilatih oleh orang yang sama.

Struktur :

            Struktur tabuh telu Pemungkah ini berbeda dengan tabuh telu yang lainnya, struktur tabuh telu pada umumnya berisi pengisep (ngubeng), pengawak , dan pengecet. Sedangkan tabuh telu Pemungkah ini tidak berisi pengisep dan pengecet. Tabuh telu Pemungkah ini hanya berisi pengawit dan pengawak. Uniknya pengawit tabuh ini diawalih oleh pukulan kendang setalah pengrangrang, tabuh telu pada umumnya pengawitnya pasti diawali dengan pukulan terompong, dan setelah pengawit tabuh ini langsung ke bagian pengawak tanpa ada pengisep terlebih dahulu, dan pengawak tabuh ini memiliki tiga pola melodi yaitu melodi bagian satu , melodi bagian dua dan melodi bagian tiga. Melodi bagian satu tabuh ini terus diulang-ulang, didalam permainannya disini ada istilah diombak-ombakkan (dinamika) atau ngunjab dalam istilah balinya. Gangse pertama ngombak setelah gangse ngombak kemudian kendang dan ceng-ceng yang ngombak terus begitu sampai pemain kendang memberi kode / clue dimana tempo akan diturunkan sedikit oleh pemain kendang otomatis pemain terompong akan memindahkan kemelodi kedua. Melodi bagian dua sama halnya dengan melodi bagian satu sama teknik permainannya yaitu diombak-ombakkan, kembali untuk meindahkan kemelodi bagian tiga ada kode dari pemain kendang dengan menurunkan sedikit temponya, melodi bagian tiga juga sama demikian. Pada saat mengakhiri gending ini gending ini tidak utuh atau tidak genap, mengakhiri tebuh ini berada ditengah-tengah , magsudnya gending yang seharusnya genap dipotong ditengah-tengah untuk mengakhiri tebuh ini, sebenarnya masih tersisa lagi satu baris dan belum kena pukulan gong tapi sudah diakhiri. Jadinya pokulan gong mendahului, kalau kita cari ditabuh telu pada umumnya akhiran dari tabuh ini kurang lagi satu baris karena kesanlah yang memberikan bahwa gending itu sudah berhenti dan ini kembali kepada rasa indah. Dan uniknya lagi pada zaman petua-petua di Desak Tunjuk stuktur kempul dan kempli tabuh ini ada tiga kempul dan tiga kempli dalam satu gong tapi sekarang sudah memakai dua kempul dan dua kempli dan dua pukulan gong menyerupai gilak , ini terjadi karena perkembangan zaman karena penabuh saat ini sudah banyak mendengar tabuh-tabuh lelambatan dari daerah lain.

Narasumber :

I Made Arnawa. S.skar

 


 

Notasi :

Pengawit

Kendang

K  P  K  P  K  P  K  P  K  du  K  P  K  P  K  P  K  da

K  P  K da . da . da da du da du da du da (du)

Melodi

(3)  . . . 3 . . . 3  . . . 4 . . . (3)

+           –            +

. . . 4 . . . 3  . 3 . . 3 3 . (3)

Pengawak

Bagian satu

(3)  . 4 . 3 . 4 . 3 .1 . 7 . 4 . (5)

+            –            +

. 1 . 7 . 1 . 7  . 5 . 4 . 3 . (1)

 

(1)  . 3 . 1 . 4 . 3 . 5 . 4 . 3 . (1)

+           –            +

. 1 . 7 . 1 . 3 . 5 . 4 . 3 . (1)

 

Bagian dua

(4) . 5 . 4 . 5 . 4  . 7 . 5 . 3 . (4)

+           –             +

. 7 . 5 . 3 . 4  . 5 . 4 . 5 . (4)

 

.5 . 4 . 5 . 4   . 5 . 7 . 3 . (1)

+            –            +

. 1 . 3 . 4 . 5 . 7 . 5 . 3 . (4)

 

. 5 . 4 . 5 . 4 . 7 . 5 . 1 . (7)

+            –           +

. 3 . 1 . 5 . 4 . 7 . 5 . 4 . (3)

 

(3) . 4 . 3 . 5 . 4 . 5 . 4 . 5 . (7)

+            –           +

. 3 . 1 . 5 . 4 . 7 . 5 . 4 . (3)

 

Bagian tiga

(5) . 7 . 5 . 7 . 5 . 1 . 7 . 4 . (5)

+           –            +

. 1 . 7 . 4 . 5 . 7 . 5 . 7 . (5)

 

. 7 . 5 . 7 . 5 . 5 . 4 . 3 . (1)

+           –            +

. 1 . 3 . 4 . 5 . 1 . 7 . 5 . (4)

 

(4) . 5 . 4 . 7 . 5 . 4 . 3 . 7 . (1)

+             –           +

. 4 . 3 . 4 . 5 . 1 . 7 . 5 . (4)

(4) . 5 . 4 . 7 . 5 . 4 . 3 . 7 . (1)

 

Sorry, the comment form is now closed.

Top