Perkembangan Gambelan Angklung Pura Dalem Soka

Perkembangan Gambelan Angklung di Pura Dalem Soka dari tahun 1940 sampai sekarang ,Sudah ada peningkatan dari tahun ketahun contohnya : Sedikit demi sedikit Gambelan Angklung yang pada awalnya besi sudah bias digantikan dengan krawang ,begitu juga Tungguh atau Plawah  pada awalnya yang bahannya kayu Taep dan tidak di ukir, sedangkan Angklung yang masih aktif sekarang bahannya sudah diganti menggunakan kayu Tewel dan di ukir sejak tahun 1996,Hanya saja Saih Gambelan yang dulu dengan Gambelan yang ada sekarang itu SAMA.

Dari segi Gending yang ada dari tahun 1940 sampai Gending-gending yang ada pada zaman sekarang tidak jauh berbeda ,Hanya saja di Modifikasi karena Gending Angklung di Pura Dalem Soka kebanyakan yang monoton, Supaya Orang yang mendengarkan tidk mempunyai rasa jenuh atau bosan untuk mendengarkan Gending-gending yang ada.

Sejarah Angklung Pura Dalem Soka

Awal mula penglingsir Pura Dalem Soka mempunyai gagasan untuk membuat suatu gambelan, yang menjadi tujuan pokok untuk mengiringi upacara saat odalan di Pura Dalem Soka, karena terbentur dalam masalah pendanaan maka penglisir Pura Dalem Soka membuat suatu gambelan yang  barungannya kecil yaitu angklung. Hasil rapat pengempon Pura Dalem Soka sepakat untuk membuat angklung tetapi tidak bisa memakai bahan krawang dan salah satu pengempon pura seorang pande besi yang sanggup membuatkan satu barung gambelan angklung besi. Maka berdirinya angklung besi pada zaman penjajahan dikirakan tahun 1940  – 1946 yang melatih pada tahun itu adalah Nang Krenteng (Alm) dari pacung grana  dan A.A. Ngurah Brata(Alm) dari puri carangsari.

Karena berjalannya waktu, angklung  Pura Dalem Soka sering ngayah di puri carangsari dalam upacara Pitra Yadnya maupun Manusa Yadnya maka diberikanlah hadiah atau ucapan terima kasih berupa 2 (dua) tungguh instrument gangsa pemade. Seiringnya waktu sekitar 5 tahun maka mulailah diganti sedikit demi sedikit gambelan besi menjadi gambelan krawang, semua karena ada donator dari pengusaha kacang bawang atas nama I Wayan Retin, termasuk ikut pengempon Pura Dalem Soka menyumbangkan 1 tungguh (gong) krawang yang masih berjalan sampai sekarang. Yang  melanjutkan melatih di Pura Dalem Soka :

  1. Dari tahun 1951 – 2005 A.A. Bagus Putra dari A.A. Ketut Brata (Alm) Puri Carangsari.
  2. Dari tahun 2006 – 2015 I Wayan Mundri.
  3. Dari tahun 2016 – 2017 I Gusti Ngurah Agus Ardana.

 

2.2. Jenis-jenis Instrument yang ada pada tahun 1940 di Pura Dalem Soka:

  • 4 (empat) buah Instrument Gangsa Pemade
  • 4 (empat) buah Instrument Gangsa Kantil
  • 2 (dua) buah Instrumea Jegog
  • 8 (delapan) pencon Riong dijadikan 2(dua) Instrument
  • 1 (satu) tungguh Instrument (Gong)
  • 1 (satu) tungguh Instrument Kempur
  • 1 (satu) Instrument kemong
  • 1 (satu) Instrument Klenang
  • 1 (satu) Instrument Tawa-tawa
  • 1 (satu) pasang Instrument Kendang Cedugan
  • 1 (satu) pasang Instrument Kendang Keklentangan
  • 1 (satu) Instrument Kecek

TARI TENUN

Tari tenun merupakan tarian yang menggambarkan perempuan Bali dalam membuat kain tenun (sejenis  kain tradisional Bali Timur). Dan membuat kain tenun dari proses memintal benang sampai pada menenun dengan perasaan tenang dan gembira. Tarian ini pada umumnya dibawakan oleh tiga orang penari atau lebih. Tari tenun diciptakan oleh I Nyoman Ridet dan I Wayan Likes pada tahun 1962.

Tari ini menggambrkan bahwa bali memiliki kebudayaan dan kegiatan yang unik dalam bermasyarakat. Dalam tari ini disimbulkan betapa harmonisnya dan giatnya rakyat Bali dalam kehidupan. Dari sejarah ini terdorong inspirasi bagi pengarang Tari Tenun ini untuk menciptakan maha karya tari yang sampai sekarang ini masih di lestarikan oleh generasi muda Bali demi tetap eksisnya kebudayaan di Bali. Dengan ini, dapat mendatangkan ketertarikan para wisatawan dengan adanya kesenian yang unik contohnya Tari Tenun.

Fungsi Tari Tenun

Tari tenun berfungsi untuk melestarikan kebudayaan tenun-menenun yang ada di Bali dan juga melestarikan alat-alat tradisional yang di pergunakan dalam menenun.

Bentuk Penyajian

Pada umumnya, tari tenun di tarikan lebih dari 1 orang, umtuk itu bentuk penyajiannya akan menggunakan bentuk berkelompok. Didalam menyajikan rati apapun,diperlukan kekompakan yang sangat baik begitu juga dalam penyajian tari tenun, karena jika antara penari yang satu dengan penari yang lain tidak melakukan gerakan dengan serempak, maka penyajiannya akan terlihat kurang baik.

Jatayu dalam Ramayana

Pertolongan Jatayu

Ketika Sita menjerit-jerit karena dibawa kabur oleh Rawana, Jatayu yang sedang berada di dahan sebuah pohon mendengarnya. Ia melihat ke atas, dan tampak Rahwana terbang membawa Sita, puteri Prabu Janaka. Jatayu yang bersahabat dengan Raja Dasarata, merasa bertanggung jawab terhadap Sita yang merupakan istri putera sahabatnya, Sri Rama. Dengan jiwa ksatria meluap-luap dan berada di pihak yang benar, Jatayu tidak gentar untuk melawan Rawana. Ia menyerang Rahwana dengan segenap tenaganya. Namun Jatayu sudah renta. Ketika ia sedang berusaha menyelamatkan Sita dari Rahwana, sayapnya ditebas dengan pedang. Jatayu bernasib naas. Tubuhnya terjatuh ke tanah dan darahnya bercucuran.

Gugurnya Jatayu

Ketika Sang Rama dan Lakshmana sedang menelusuri hutan untuk mencari Dewi Sita, tampak oleh mereka darah berceceran. Setelah dicari asalnya, mereka menemukan seekor burung tanpa sayap sedang sekarat. Burung tersebut mengaku bernama Jatayu, yang berusaha menolong Dewi Sita karena diculik Rahwana. Namun usahanya tidak berhasil sehingga Dewi Sita dibawa kabur ke Alengka. Melihat keadaan Sang Jatayu yang sekarat, Sang Rama memberi hormat untuk yang terakhir kalinya. Tak lama kemudian Jatayu menghembuskan napas terakhirnya

 

Makna Nyepi

Jika kita renungi secara mendalam perayaan Nyepi mengandung makna dan tujuan yang sangat dalam dan mulia. Seluruh rangkaian Nyepi merupakan sebuah dialog spiritual yang dilakukan umat Hindu agar kehidupan ini selalu seimbang dan harmonis sehingga ketenangan dan kedamaian hidup bisa terwujud. Mulai dari Melasti/mekiis dan nyejer/ngaturang bakti di Balai Agung adalah dialog spiritual manusia dengan Alam dan Tuhan Yang Maha Esa, dengan segala manifetasi-Nya serta para leluhur yang telah disucikan. Tawur Agung dengan segala rangkaiannya adalah dialog spiritual manusia dengan alam sekitar dan ciptaan Tuhan yang lain yaitu para bhuta demi keseimbangan bhuana agung bhuana alit. Pelaksanaan catur brata penyepian merupakan dialog spiritual antara diri sejati (Sang Atma) umat dengan sang pendipta (Paramatma) Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dalam diri manusia ada atman (si Dia) yang bersumber dan sang Pencipta Paramatma (Beliau Tuhan Yang Maha Esa). Dan Ngembak Geni dengan Dharma Shantinya merupakan dialog spiritual antara kita dengan sesama.

Sehingga melalui Perayaan Nyepi, dalam hening sepi kita kembai ke jati diri (mulat sarira) dan menjaga keseimbangan/keharmonisan hubungan antara kita dengan Tuhan, Alam lingkungan (Butha) dan sesama sehingga Ketenangan dan Kedamaian hidup bisa terwujud.

Hari Raya Nyepi merupakan hari raya umat Hindu yang dirayakan setiap Tahun Baru Saka. Dimana pada hari ini umat hindu melakukan amati geni yaitu mengadakan Samadhi pembersihan diri lahir batin. Pembersihan atas segala dosa yang sudah diperbuat selama hidup di dunia dan memohon pada yang Maha Kuasa agar diberikan kekuatan untuk bisa menjalankan kehidupan yang lebih baik dimasa mendatang.

Hari Raya Nyepi jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang diyakini saat baik untuk mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa dan dipercayai merupakan hari penyucian para dewa yang berada dipusat samudra yang akan datang kedunia dengan membawa air kehidupan (amarta) untuk kesejahteraan manusia dan umat hindu di dunia.

Makna Hari Raya Nyepi
Nyepi asal dari kata sepi (sunyi, senyap). yang merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan kalender Saka, kira kira dimulai sejak tahun 78 Masehi. Pada Hari Raya Nyepi ini, seluruh umat Hindu di Bali melakukan perenungan diri untuk kembali menjadi manusia manusia yang bersih , suci lahir batin. Oleh karena itu semua aktifitas di Bali ditiadakan, fasilitas umum hanya rumah sakit saja yang buka.