Tulisan

GAMBELAN BUMBANG

  • Posted on April 5, 2018 at 1:20 pm

GAMBELAN BUNGBANG

 

Secara organologi yaitu ilmu tentang alat-alat musik, gamelan bungbang di klasifikasikan ke dalam kelas idofoon yaitu alat musik pukul. Gamelan bungbang adalah sebuah barungan (satu set) gamelan bambu yang diklasifikasikan dalam seni karawitan Bali sebagai gamelan anyar. Hal ini dikarenakan gamelan bungbang diciptakan setelah abad ke dua puluh dan merupakan pengembangan dari gamelan – gamelan yang sudah ada sebelunya, terutama pada teknik permainan dan lagu-lagu yang dimainkan.

Gamelan bungbang diciptakan pada tahun 1985 dan dipentaskan untuk umum pertama kali pada tanggal 16 november 1988 pada saat pawai pembukaan lomba desa di Desa Sesetan Denpasar Bali. Pada awalnya gamelan bungbang bernama timbung kemudian setelah dua tahun, tepatnya pada tanggal 15 Juni 1987 nama timbung diubah menjadi bungbang yang dikutip dari kakawin Bharatayuda yang bunyinya: “Pering bungbang muni kanginan manguluwang yeaken tudungan nyangiring” yang terjemahan bebasnya adalah bambu berlubang tertiup angin suaranya merdu meraung-raung bagaikan suara suling. Gamelan bungbang diciptakan oleh almarhum I Nyoman Rembang seorang maestro karawitan Bali yang dilahirkan pada tanggal 15 Desember 1930 di Banjar Tengah Sesetan Denpasar Bali .            I Nyoman Rembang adalah seorang yang tidak hanya ahli dalam praktek gamelan Bali terutama pada gamelan bambu, beliau juga dikenal sebagai seorang guru dan cendikiawan dalam penelitian gamelan Bali. Selain itu I Nyoman Rembang juga sempat menjadi pengajar di Summer School Berkeley California USA selama 5 bulan pada tahun 1974. I Nyoman Rembang meninggal dunia pada hari senin 30 Agustus 2001 sekitar pukul 19.00 di kediamannya di Denpasar pada usia ke 71 tahun.

Gamelan bungbang pada awalnya diciptakan untuk mengiringi tari ikan hias. Warna dan gerak-gerik ikan hias dalam aquarium di Hotel Tanjung Sari Sanur Bali, menarik perhatian I Nyoman Rembang untuk menciptakan tarian ikan hias, kemudian beliau mencoba memikirkan instrumen apa yang tepat untuk mengiringi tarian ikan hias tersebut. Gamelan bungbang tercipta setelah I Nyoman Rembang mendengarkan suara butir-butir air yang jatuh dari mulut keran di bak air dalam kamar mandi, yang bunyinya klak, klik, kluk…

Instrumen pokok dari gamelan bungbang adalah alat-alat musik pukul berbentuk setengah kulkul (kentongan) yang terbuat dari bamboo yang ukurannya bervariasi mulai dari 90 cm untuk yang paling panjang dan 10 cm untuk yang paling pendek.

Dalam memainkan gamelan bungbang, teknik yang digunakan hampir sama dengan teknik memainkan gamelan pada umumnya di Bali yaitu menonjolkan permainan melodi dan kekotekan (terjalin). Untuk dapat memainkan gamelan bungbang memerlukan sedikitnya 40 orang penabuh (pemain pemusik). Dalam memainkan gamelan bungbang semua pemain atau penabuh dituntut untuk menguasai atau menghafal lagu secara keseluruhan, dikarenakan setiap penabuh hanya membawa atau memainkan satu buah instrumen bungbang sehingga dalam memainkan gamelan ini antara penabuh yang satu dengan yang lain akan saling melengkapi atau saling ketergantungan.

Seiring berjalannya waktu seka atau kelompok yang masih mempertahankan dan dapat memainkan gamelan bungbang hanya dapat ditemui di Br. Tengah Sesetan yaitu Seka Gong Wirama Duta. Seka ini adalah seka yang memainkan pertama kali gamelan bungbang. Pada proses pembuatan gamelan bungbang tidak ada sesuatu yang khusus kecuali pada pemilihan bambu yang dipergunakan sebagai bahan pembuatan gamelan bungbang. Bambu yang digunakan adalah bambu petung untuk nada-nada rendah (jegogan) serta bambu jajang untuk nada-nada madya dan tinggi (pemade dan kantil).

 

Golongn

 

        Bumbang adalah sebuah barungan gambelan bambu yang masih relatif sangat muda usianya. Barungan gamelan yang mirip Tektekan ini di ciptakan pada tahun 1982 bisa di katakan bahwa gambelan ini di golongkan sebagai gambelan Baru.

Sistem

Keunikan dari gamelan Bumbang adalah kemampuannya membawakan lagu-lagu atau komposisi musik yang diambil dari berbagai jenis seni pertunjukan, baik lagu-lagu yang berlaras pelog maupun slendro. Sistem nada setiap 1 buah memiliki nada tersendiri memungkinkan barungan ini memainkan lagu-lagu dari laras yang berbeda-beda. Gamelan bungbang merupakan satu-satunya gamelan bambu yang mampu membawakan lagu-lagu atau komposisi musik yang berlaras pelog maupun slendro. Dalam gamelan yang terbuat dari kerawang (besi) hanya gamelan semare pegulingan yang dapat memainkan kedua laras tersebut. Jadi gambelan bumbang adalah gambelan yang berlaras pelog 7 Nada.

 

Jenis Dan Nama Instrumen

Instrumen pokok dari gamelan bungbang adalah alat-alat musik pukul berbentuk setengah kulkul (kentongan) yang terbuat dari bamboo yang ukurannya bervariasi mulai dari 90 cm untuk yang paling panjang dan 10 cm untuk yang paling pendek. Berdasarkan ukurannya instrumen pokok gamelan bungbang dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:

 

1.Bungbang pangede atau jegogan, mempunyai ukuran paling besar dengan nada paling rendah.

2. Bungbang madya atau pemade, mempunyai ukuran sedang dengan nada satu oktaf di atas bungbang pangede atau jegogan.

3. Bungbang alit atau kantilan, mempunyai ukuran paling kecil dengan nada tinggi melengking.Selain instrument pokok yang terbuat dari bambu, untuk melengkapi barungan (satu set) gamelan bungbang biasanya dilengkapi dengan instrument pendukung seperti :

4.  Sepasang kendang

5  Sepasang cenceng kecil

6.  Sebuah gong pulu yang berbentuk bilahan

7.  Sebuah gong (bermoncong) yang berukuran menengah

8.  Beberapa buah suling.

Pembuatan Gambelan Bali

  • Posted on Maret 13, 2018 at 11:23 am

Gamelan merupakan salah satu diantara begitu banyaknya seni adiluhung dalam budaya Bali. Tidak hanya dalam budaya Bali, seni instrumen musik yang makin digemari di luar negeri ini juga lahir dan berkembang dalam tradisi jawa dan Sunda. Meski makin digemari, namun belum banyak orang yang mengetahui bagaimana orang-orang terdahulu membuat gamelan. Proses pembuatan gamelan ternyata tidak semudah yang dibayangkan, karena harus melewati berbagai tahapan yang rumit.

Dalam proses pembuatan gamelan, setidaknya terdapat lima tahap yang harus dilalui. Kelima tahap tersebut antara lain, tahap melebur campuran, mencetak, menempa, dan melakukan pemeriksaan terakhir atau yang biasa disebut dengan proses membabar. Setelah membabar, ada satu proses penting lagi yang harus dilakukan untuk menghasilkan satu set gamelan yang sempurna, yaitu proses menyesuaikan tangga nada.

Dalam proses melebur, seorang pengrajin gamelan akan mempersiapkan kowi, yaitu wadah sejenis mangkuk yang terbuat dari tanah liat. Dalam proses ini, dipersiapkan perapian yang dilengkapi dengan alat pemanas untuk menghasilkan panas yang maksimal. Kowi tersebut kemudian diisi dengan logam dan campuran lainnya, seperti tembaga emas dan atau perak untuk menghasilkan warna lempeng dan suara yang bagus.

Setelah bahan dasar pembuatan gamelan sudah jadi, tahap berikutnya adalah mencetak. Dalam tahap mencetak, bahan dasar logam dilebur kembali untuk dicetak menjadi bentuk bilah atau bulat..

Alat musik gamelan yang sudah dicetak kemudian masuk ke tahap menempa atau membentuk untuk menghasilkan bentuk yang sempurna. Tahap menempa merupakan tahap yang paling rumit dalam proses pembuatan gamelan. Dalam tahap ini, pengerjaan dilakukan oleh orang yang benar-benar memahami seluk-beluk gamelan, mengingat proses menempa tidak dilakukan sembarangan, melainkan menggunakan berbagai teknik memukul menggunakan palu pemukul yang beraneka macam.

Gamelan yang sudah ditempa kemudian diperiksa kembali pada tahap membabar. Pada tahapan ini jika masih terdapat kecacatan pada bentuk akan diperbaiki kembali. Setelah tahap membabar, secara fisik alat musik gamelan yang dibuat sudah selesai, namun belum secara fungsi. Oleh karena itu dibutuhkan satu tahapan lagi untuk menghasilkan gamelan dengan fisik dan fungsi yang sempurna, tahap tersebut

adalah menyesuaikan tangga nada.

Setelah disesuaikan dengan tangga nada, bilah dan bulatan siap dipasang pada pelawah. Pada tahap inilah pembuatan berbagai alat instrumen gamelan telah selesai secara fisik maupun fungsinya., melengkapi pembuatan gamelan dengan berbagai ritual, seperti menentukan hari baik dan menyediakan sesajian. Hal tersebut tentu untuk menghasilkan gamelan yang tidak hanya sempurna secara fisik dan fungsi, namun juga sempurna secara filosofis.

 

Top