April 23rd, 2018

 

Sang Kalika Maya

Sang Kalika Maya, Sisya Sanghyang Durga Birawi, penghuni Setra Gandamayu. Keberadaaannya di Sentra Ganda Mayu untuk menjaga keseimbangan setra. Sang Kalika Maya terkenal karena kemampuan ilmu hitam/ pengeleakan yang dimiliki. Tak ayal, begitu banyak orang dari berbagai penjuru desa datang menghadap, memohon agar berkenan dijadikan murid Sang Kalika Maya. Diceritakan kalau ada manusia yang berbuat tidak sesuai dengan tata karma / swadarma-nya pun semisal ada manusia yang melakukan upacara yadnya tanpa didasari oleh rasa iklas dan suci, maka Sang Kalika Maya akan memberikan hukuman. Zaman Kali Yuga, zaman dimana sifat manusia tamak dengan keinginan / kama, sifat-sifat satwan / kebenaran sudah diselimuti oleh rajas, tamas.

Sang Kalika Maya menceritakan pada muridnya, ia masih teringat akan tugas yg diberikan padanya. Dari dalam hatinya, ia melihat bahwa seorang manusia yang bernama Ki Dukuh Macan Gading sedang persiapan dalam melaksanakan upacara yadnya yang didasari oleh sifat angkuh, menyombongkan diri. walau upacara yadnya dilakukan penuh dengan kemegahan duniawi, namun sang dukuh lupa bagaimana seharusnya bersikap dalam melaksanakan upacara yadnya. Upacara yadnya yang dilakukan, baik dalam dewa, rsi, manusia, pitra maupun butha yadnya (panca yadnya – 5 korban suci ), harus didasari oleh rasa iklas, tulus dan suci. Jika tidak, sia-sialah yadnya tersebut. Tugas Sang Kalika Maya –lah yang akan memberikan hukuman akibat kelalaian tingkah Ki Bendesa Macan Gading.
Di Setra Gandamayu, malam pekat yang tak biasanya, deras hujan mengguyur tanah kering, mengalirkan air bercampur tanah basah, guntur menggelegar, petir menyambar menyilaukam mata. Sang Kalika Maya berdiri bersama para sisya, berdoa kehadapan Sanghyang Durga Birawi. Memohon anugrah agar dapat membuat wabah penyakit di Desa Gading Wana. Mereka bersiap menggagalkan upacara yadnya yang sedang digelar oleh Ki Bendesa Macan Gading di Desa Gading Wana. Wabah di Gading Wana Desa Gading Wana yang sedang hingar binger oleh persiapan upacara yadnya mejadi geger. Kehidupan yang tenteram berbah menjadi suasana menyeramkan. Tidak ada masyarakat yang berani keluar rumah di malam hari. Persiapan upacara menjadi kacau. Bahan-bahan yang menjadi persiapan untuk upacara menjadi cepat busuk. Berbagai perlengkapan upacara yang lain menjadi rusak tak menentu. Banyak warga yang tiba-tiba jatuh sakit dan tak berselang lama, meninggal. Ki Dukuh Macan Gading menjadi risau, kebingungan akan kejadian aneh yang menimpa masyarakatnya. Rasa sedih tak tertahankan menyaksikan masyarakatnya dalam keadaan menderita akibat sesuatu yang tidak jelas. Dalam keadaan pasrah, ia teringat akan saudaranya, Ki Bendesa Manik Mas. Segeralah ia berangkat menuju Desa Mas, meminta bantuan Ki Bendesa Manik Mas.
Pertemuan Kalika Maya

Di tengah perjalanannya, Ki Dukuh Macan Gading bertemu dengan Sang Kalika Maya. Sang Kalika Maya menanyakan kenapa Ki Dukuh Macan Gading begitu tergopoh-gopoh dalam perjalanannya. Ki Macan Gading mengatakan bahwa ia terburu-buru untuk bertemu saudaranya , Ki Dukuh Manik Mas di Desa Mas. Sang Kalika Maya, yg sudah tahu dengan apa yg terjadi kembali menyindir, kenapa saat puncak upacara yadnya yg Ki Dukuh Macan Gading lakukan, justru ia pergi meninggalkannya. Ki Dukuh Macan Gading yg terkenal karena kesaktiannya, seakan lari dari tanggung jawab yg sedang ia hadapi.. begitu Sang Kalika Maya menyindir sikap Ki Dukuh Macan Gading. Ki Dukuh Macan Gading sadar, ia sedang berhadapan dengan siapa. Sang Kalika Maya, seorang dengan dengan kemampuan ilmu hitam / pengeleakan tingkat tinggi.

Berkat kemampuannya, Ki Dukuh Macan Gading juga mampu mengetahui bahwa wabah penyakit yang menimpa masyarakatnya akibat ulah dari Sang Kalika Maya. Sang Kalika Maya menyangkal dan mempertanyakan hal apa yg bisa dijadikan alasan untuk dapat menuduh bahwa dirinyalah yang menjadi sebab wabah penyakit di desa. Sesuatu yang diucapkan tanpa dasar yang kuat merupakan sebuah fitnah dan itu pasti menyakitkan. Justru ia mempertanyakan, bukahkan setiap upacara yg dilakukan harus mendapat restu dari Tuhan. Bukan melaksanakan upacara yang asal-asalan. Setiap tindakan tanpa didasari oleh pengetahuan adalah sesuatu yang sia-sia. Upacara yang dilakukan seharusnya didasari oleh pengetahuan, disesuaikan dengan desa kala patra (tempat waktu dan keadaan) serta berpedoman pada tri hita karana (tiga hubungan yang harmonis) yang akan mengarahkan kita pada kebahagiaan. Harta kekayaan yang dimiliki adalah sesuatu yang palsu. Walau mendapat anugrah, walau berasal dari keturunan terhormat, kalau sesana tidak mencerminkan anugrah, kalau perilaku tidak layak menyandang gelar terhormat, ibarat berjalan tanpa pengetahuan, sia-sia apa yang telah dilakukan. Merasa panas karena didera oleh manusia “hitam” seperti Sang Kalika Maya. Harga diri dari keturunan, kemampuan dan pengetahuan serasa tiada mampu menahan cercaan. Beragam cercaan pernyataan, Ki Dukuh Macan Gading merasa tersudutkan. Pikiran sempit menyelimuti dan pembicaraan tidak akan menyelesaikan permasalahan.. Mengasah sebatas mana kemampuan masing-masih adalah jalan keluar terbaik diantara keduanya. Mereka bersiap untuk mengadu kesaktian.

cak subali sugriwa

April 1st, 2018

Cak Subali Sugriwa

Sebuah drammatari baru, Cak Subali Sgriwa, ternyata mendapat sambutan yang cukup hangat dari kalangan masyarakat. Garapan baru yang berpangkal pada dramatari Cak ini adalah ciptaan I Wayan Dibya bersama para mahasiswa dan dosen Asti Denpasar pada tahun 1976. Pengaruh Cak ini sudah nampak pada pertunjukan akhir-akhir ini. Pola-pola gerak, teknik kekilitan suara Cak dan konfigurasi Cak Subali Sugriwa. Cak Subali Sugriwa adalah sebuah garapan baru melakonkan pertempuran Subali dan Sugriwa. Kisah ini diawali dengan kedatangan Hyang Indra ke tempat Subali dan Sugriwa bersemedi. Hyang Indra meminta kepada kedua putra Rsi Gotama ini untuk membunuh raksasa Lembu dan Maisasura. Jika mereka berhasil akan diberikan hadiah seorang putri bernama Dewi Tara. Ketika Subali masuk untuk menyerang kedua raksasa ini, cairan merah dan putih pun keluar dari dalam Goa yang ditafsirkan oleh Sugriwa bahwa kakaknya sudah mati terbunuh.

Sementara tektik kekilitan suara Cak-Cak-Cak masih dipergunakan didalam Cak Modern, formasi lingkaran berlapis-lapis mengiringi lampu seperti yang biasa dilakukan pada Cak Tradisional, ditiadakan atau dikurangi.

Sumber : buku selayang pandang

gambelan semara dhana

April 1st, 2018

Deskripsi gambelan semara dhana

Gamelan Smara Dhana ini muncul pertama kali di desa Ubud Gianyar yaitu bertempat di Puri Saren Ubud pada tahun 1988. Gamelan ini diciptakan oleh Bapak Wayan Beratha seorang seniman asal Denpasar. Menurutnya gamelan ini dibuat berdasarkan ide yang bersumber dari pengalaman di dalam penggarapan sendratari yang mulai dari Pesta Kesenian Bali yang pertama tahun 1979. Pada waktu itu sipentaskan sendratari SMKI dengan mempergunakan cerita Mahabrata yang mengambil judul “Sayembara Dewi Ambara”, iringannya memakai 2 jenis barungan gamelan yaitu gamelan gong gede dan semar pegulingan. Bentuk garapan seperti ini dipentaskan setiap tahun sekali, dengan demikian dari tahun ke-tahun, cerita-cerita yang dipergunakan  sebagai garapan sendratari semakin berkembang dan bertambah unik dengan berbagai bentuk adegan, otomatis iringannyapun bertambah dari 2 barungan gamelan menjadi 3 barungan. Melihat dari pengalaman tersebut di atasa, untuk menghemat tenaga maka timbul ide dari Bapak Wayan Beratha untuk membuat satu jenis barungan gamelan lagi yang diberi nama Gong Smara Dhana. Pemberian nama ini tidak bersumber pada salah satu buku, lontar atau prasasti, melainkan timbul dari hati nuraninya sendiri.

Arti Kata Smara Dhana dalam

Smara Dhana merupakan istilah yang banyak dipinjam dalam dunia karawitan, khususnya karawitan Bali. Secara umum karawitan dibedakan atas karawitan vokal dan karawitan instrumental. Karawitan vokal yang dimaksud adalah salah satu bentuk keseniaan yang mempergunakan suara manusia sebagi media ungkap, di Bali dikenal dengan sebutan “Tembang”. Lebih lanjut dijelaskan, tembang adalah seni suara yang diwujudkan melalui seni suara manusia, dan perwujudan ini merupakan suatu pernyataan keindahan melalui suara. Tembang pada hakekatnya adalah jalinan antara melodi, cengkok, wilet dan gregel dalam bentuk seni duara yang mempergunakan laras selendro maupun pelog. (Bandem, 1983:57). Smara Dhana dalam kaitannya dengan karawitan vokal merupakan salah satu jenis dari bentuk tembang macapat yang lazim digunakan untuk adegan suasana sedih khususnya dalam pertunjukan tari arja. Demikian juga dalam karawitan instrumental, sebelum barungan gamelan Smara Dhana dibuat, di dalam lagu-lagu lelambatan klasik pegongan yang menggunakan instrument barungan Gong Kebyar maupun Gong Gede, terdapat juga jenis lagu yang sudah ada yang diberi nama Smara Dhana yaitu digolongan ke dalam lelambatan Tabuh Pat yang komposernya bersifat anonym. Selain itu juga kata Smara Dhana juga merupakan salah satu bentuk dan jenis tari legong yang diambil dari kakawin “Smaradahana”, mengisahkan kemurkaan (kemarahan) Siwa, karena Batara Kamajaya dan Batari Ratih berthasil menggoda dan menggoyahkan tapaNya dengan panah “Panca Wiyasa”, tatkala sorga kedatangan musuh raksasa yang bernama Nilaruraka. Saking marahnya Batara Siwa, lalu Batara Kamajaya dan Batari Ratih dibunuh dan dikutuk agar Batara Kamajaya menjelma pada setiap orang laki, dan Batari Ratih pada setiap orang perempuan. (Poerbatjaraka, 1957:20-21). Menurut Bapak I Wayan Baratha, kata Smara Dhana dipilah menjadi “Semara dan Dhana”. Semara berarti suara, sedangkan Dhana berarti kaya. Jadi kata Smara Dhana dapat diartikan “kaya akan suara.

 

Sistem laras

Semara Dhana satu oktaf mempergunakan laras pelog 5 nada, dan satu oktaf lagi mempergunakan laras pelog 7 nada yang sama dengan gamelan Semara Pagulingan.

  1. Pelog tujuh (7) nada sebagai oktaf ; dong,deng,deung,dung,dang,daing,ding
  2. Pelog lima nada ; dong,deng,dung,dang,ding

Dari rangkaian pelog tujuh (7) nada yang dimiliki kemudian timbulah sebuah patet atau patutan. Adapun jenis-jenis patutan yang berhubungan dengan tujuh (7) nada skala, salah satunya dalam gamelan Smara Dhana adalah sebagai berikut:

  1. Selisir                        123-56-
  2. Selendro Gde          -234-67
  3. Baro                          1-345-7

4.Tembung                  12-456-

  1. Sunaren                   -23-567
  2. Pengenter alit          1-34-67
  3. Pengenter                12-45-7
  4. Lebeng                    1234567

 

Periodisasi

Gambelan semara dhana merupakan gambelan golongan baru.barungan gambelan ini nampak pada ciri ciri yang menonjolkan permainan kendang.gambelan ini muncul pertama kali pada tahun 1988 di desa ubud kabupaten gianyar.

 

Bulan jatuh di pejeng

Maret 26th, 2018

Pura Penataran Sasih terletak di Banjar Intaran, Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Pura ini memiliki sejarah yang panjang. Di pura ini menyimpan mitos, salah satunya tentang Bulan Pejeng. Nekara perunggu terbesar yang berada di Pura Penataran Sasih ini berukuran 186,5 cm dan dengan garis tengah 160 cm. Nekara tersebut dianggap sangat suci dan dipuja penduduk. Nekara tersebut di letakkan di sebuah pelinggih yang di sebut Ratu Sasih. Orang-orang mempunyai kepercayaan bahwa nekara ini adalah bagian bulan yang jatuh dari langit. Sehingga Pura Penataran Sasih berasal dari nama bulan (sasih=bulan). Nekara ini dimungkinkan sebagai sarana upacara untuk memohon hujan agar hutan-hutan menjadi rindang, menumbuhkan tanaman bahan makanan dan obat-obatan, sungai mengalirkan air yang jernih, dan adanya bulan bersinar sejuk merupakan panorama alam yang indah dan memukau.

Sumber-sumber tradisional menyebut, benda ini adalah bulan yang dahulu kala jatuh dari langit, yang membuat Desa Pejeng menjadi terang-benderang sepanjang hari, sehingga para pencuri tidak dapat beraksi. Para pencuri jadi marah, lalu bulan itu dikencingnya, sehingga tidak bersinar lagi sampai sekarang. Sementara itu, ada yang menceritakan bahwa Bulan Pejeng adalah subang Kebo Iwa, seorang tokoh legendaris yang dengan segala kesaktiannya dapat memahat sejumlah kekunaan seperti candi tebing Gunung Kawi di Tampaksiring. Dari beberapa referensi dan sumber yang ada menyebutkan bahwa Pura Penataran Sasih merupakan pura tertua yang merupakan pusat kerajaan pada zaman Bali Kuno. Seorang arkeologi, R. Goris dalam buku “Keadaan Pura-Pura di Bali” menyebutkan bahwa pusat kerajaan pada zaman Bali Kuno terletak di Bedulu, Pejeng.

Pura Penataran Sasih merupakan pura penataran sekaligus sebagai pemujaan awal terjadinya kehidupan di dunia. Sedangkan menurut ahli ilmu purbakala, Von Heine Geldern yang dikutip oleh Prof. I Gst. Gede Ardana dalam bukunya “Penuntun ke Obyek-obyek Purbakala” menyatakan bahwa nekara tersebut merupakan hasil Kebudayaan Dongson dari Vietnam Utara. Maka di duga Pura Penataran Sasih telah ada sejak jauh sebelum Hindu masuk ke Bali. Karena kebudayaan Dongson ada pada tahun 300 SM. Sementara itu adanya Hindu masuk ke Bali diperkirakan sekitar abad ke-8. Ini artinya tempat pemujaan yang bernama Pura Penataran Sasih ini sudah ada sebelum datangnya pengaruh Hindu ke Bali. Setelah adanya pengaruh Hindu di Bali, barulah Pura Penataran Sasih ini diperluas secara bertahap menurut konsep pemujaan Hindu oleh penguasa dan masyarakat Bali yang beragama Hindu pada saat itu. Sekali lagi bahwa nekara tersebut difungsikan sebagai sarana pemujaan agar alam menjatuhkan hujan menurut musimnya.

Nekara yang ada di Pura Penataran Sasih ini mengandung nilai simbolis magis yang tinggi. Pada nekara tersebut terdapat hiasan kedok muka yang disusun sepasang-sepasang dengan mata bulat membelalak, telinganya yang panjang, dengan anting-antingnya yang dibuat dari uang kepeng, dan hidungnya yang berbentuk segitiga. Bulan Pejeng ini dianggap sebagai subagnya Kebo Iwa. Nekara perunggu ini adalah hasil teknologi logam yang mencapai puncaknya pada akhir zaman prasejarah, yaitu pada masa perundagian, sekitar 2000 tahun silam. Jauh sebelum pengaruh Hindu masuk di Bali.Para ahli arkeologi berpendapat, hiasan kedok muka ini berfungsi simbolis magis atau religius magis, yaitu sebagai lambang leluhur yang arwahnya berdiam di puncak gunung atau bukit dan mempunyai kekuatan magis yang dapat menentukan nasib kaum kerabat atau masyarakat yang ditinggalkannya.

Hiasan kedok muka seperti itu juga terdapat pula pada sarkofagus (peti mayat) yang tersebar di seluruh Bali, dengan berbagai gaya dan mempunyai fungsi yang sama dengan kedok muka pada “Bulan Pejeng”. Mungkin juga hiasan ini mempunyai fungsi estetik dekoratif. Selain itu ada juga sarkofagus Bali yang memakai hiasan berbentuk geometris, yaitu bundar (agak bulat) dan persegi yang mungkin digunakan untuk mengikat tali pada saat peti mayat di turunkan ke liang kubur. Di sebuah pura di Desa Manuaba ditemukan lima buah fragmen cetakan batu untuk nekara tipe Pejeng, maka timbul dugaan bahwa nekara Pejeng adalah hasil industri logam lokal yang telah maju. Perkiraan ini di dukung kenyataan bahwa cetakan batu dari Manuaba memakai hiasan kedok muka yang memperlihatkan persamaan dengan kedok muka pada nekara Pejeng, walaupun mempunyai ukuran yang lebih kecil.

Nekara yang ada di Pura Penataran Sasih ini sebagai gendrang upacara yang dipukul dengan aturan religius sebagai sarana pemujaan agar hujan jatuh pada musimnya yang tepat. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan hiasan nekara dengan adanya binatang dan matahari dengan delapan sinar. Di samping itu hiasan nekara ada motif lajur-lajur lingkaran terpusat. Pada badan nekara terdapat gambar delapan kepala orang menghadap ke delapan arah. Karena dalam kitab suci agama Hindu pun keberadaan hujan sebagai sumber alam yang paling utama.

Dalam perkembangan selanjutnya, A.J. Bernet Kempers menyatakan bahwa Pura Penataran Sasih ini menjadi pura penataran sabagai pusat kerajaan di Bali yang berstana di Pejeng. Sedangkan sebagai pusat pura gunungnya adalah Pura Puncak Penulisan di Kintamani. Dalam agama Hindu diharapkan adanya perpaduan antara unsur kejiwaan yang disebut Purusa dengan unsur kebendaan yang disebut Pradana. Dua unsur yang berpadu itu akan mendatangkan kesuburan dan kemakmuran. Di Pura Penataran Sasih ini terdapat beberapa peninggalan purbakala, baik yang berasal dari tahun 300 SM maupun abad X Masehi dan pada abad XIV Masehi. Nekara yang biasa disebut Bulan Pejeng oleh masyarakat setempat ini merupakan peninggalan pada tahun 300 SM. Sedangkan berdasar pecahan prasasti yang dapaat di jumpai di pura ini menunjukan bahwa prasasti tersebut sudah ada sejak abad X Masehi. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan Huruf Kawi dan Bahasa Sansekerta yang digunakan oleh prasasti tersebut.

 

Sibelius 4

Maret 26th, 2018

Sibelius adalah sebuah program software khusus untuk mengetik notasi musik berupa not balok. Program ini dipakai oleh para penggubah lagu, arranger, musisi, videografer, DJ, penerbit lagu. Biasanya digunakan dalam menggubah atau mengedit musik klasik, jazz, pop, band, dan vokal.

Sejarah sibelius

Pada tahun 1986 Ben dan Jonathan Finn, saudara kembar yang berasal dari Britania Raya, memulai membuat perancangan program Sibelius untuk Acorn Archimedes. Penamaan Sibelius berasal dari nama seorang komposer Finlandia, Jean Sibelius, yang merupakan salah satu komposer favorit mereka. Alasan mengapa mereka menciptakan program tersebut karena mereka adalah mahasiswa musik yang kurang menyukai proses menulis dengan tangan.Oleh karena itu mereka membuat sebuah program yang dapat mempermudah penulisan musik.

Ben dan Jonathan Finn menjual produk mereka secara luas pada bulan April tahun 1993, dengan memori yang masih kecil, hanya kurang dari 1 MB, untuk sistem operas RISC. Pengguna pertama program Sibelius adalah Richard Emsley, komposer Inggris, yang menggunakannya sebelum rilis dan merekomendasikan Sibelius untuk dipakai oleh para musikus lainnya. Partitur yang pertama kali dicetak adalah Antara, oleh George Benjamin. Pengguna awal lainnya yang cukup dikenal kalangan masyarakat adalah John Rutter, dirigen Michael Tilson Thomas, dan penerbit Music Sales. Sejak itu, Sibelius dengan cepat mendominasi pasar Inggris.

Pada tahun 1998, versi pertama untuk Windows dirilis, yaitu Sibelius 1.0. Versi untuk Mac baru dirilis sebulan kemudian. Sibelius semakin dikenal banyak orang hingga membuka cabang di Amerika Serikat pada akhir tahun 1996, dan meraih kesuksesannya pada tahun 1999, dengan perubahan menjadi Sibelius 1.2.

Pada bulan Agustus 2006, Sibelius Software Ltd. diambil alih oleh Avid (perusahaan Amerika yang bergerak di bidang software dan hardware untuk produksi audio dan video). Avid terus merilis versi-versi Sibelius sebagai satu-satunya produk yang dapat menulis not balok serta mengintegrasikannya dengan beberapa software yang ada.

Pada bulan Juli 2012, Avid berencana untuk melepaskan konsumennya, menutup kantor Sibelius Software di London untuk mengembangkan lebih jauh di Kiev dan memberhentikan beberapa pegawai kerjanya.

 

Kronologi[sunting | sunting sumber]

  • 1986: Jonathan & Ben Finn memulai mendesain Sibelius 7 untuk Acorn Archimedes.
  • 1993: Perangkat lunak Sibelius berdiri sendiri dan menjual Sibelius 7 ke pasar di Inggris. Pelanggan pertama merupakan penerbit musik terbesar di Eropa, komposer John Rutter, dan Royal Academy of Music. Selain itu, pada tahun yang sama, Sibelius 6 untuk edukasi dirilis.
  • 1994: Sudah mendistribusikan ke seluruh Eropa, Australia, dan Selandia Baru. Sibelius 7 untuk edukasi pelajar dirilis.
  • 1995: Sibelius versi bahasa Jerman dirilis.
  • 1996: Membuka cabang di California, AS. Sibelius Junior (program untuk SMP) dirilis.
  • 1998: Sibelius untuk Windows, diluncurkan ke seluruh dunia.
  • 1999: Sibelius untuk Mac, PhotoScore dan Scorch diluncurkan. Ada seorang Amerika yang mensubsidi pembukaan cabang di AS, membuat Sibelius Group yang memiliki 25 karyawan.
  • 2000: Sibelius edisi internet diluncurkan, dan diadopsi untuk diluncurkan di internet oleh penerbit Music Sales dan Booset & Hawkes di Eropa dengan link SibeliusMusic.com.
  • 2001: Penerbit partitur musik terbesar, Hal Leonard, juga mengadosi Sibelius edisi internet. Lalu Sibelius Group sudah mencapai 50 karyawan.
  • 2002: Sibelius adalah program musik paling utama untuk Mac OS X.
  • 2003: Pendapatan Sibelius mengalahkan kompetitornya MakeMusic Inc (20% lebih besar), menjadikan Sibelius sebagai pemimpin pasar dunia. Starclass, Instrumen, G7 dan G7music.net diluncurkan. Sibelius Group memulai pendistribusian Musition dan Auralia. Di Jepang, Sibelius diluncurkan oleh Yamaha.
  • 2004: Compass, Kontakt Gold, Sibelius edisi pelajar, Sibelius dalam bahasa Perancis dan Spanyol diluncurkan. Perusahaan memperoleh SequenceXtra. Perangkat lunak Sibelius digunakan di lebih dari 50% sekolah tingkat SMA di Inggris.
  • 2005: Cabang yang disubsidi di Australia, dibentuk setelah memperoleh distributor Australia. Perusahaan mencapai 75 karyawan. Sibelius memenangkan penghargaan bergengsi, “Queen’s Award for Innovation”. Pada tahun yang sama, merilis koleksi suara Rock dan Pop.
  • 2006: Groovy Music dan Keyboard berwarna diluncurkan. Perangkat lunak Sibelius dibeli oleh Avid Technology.
  • 2007: Cabang kantor di Jepang dibuka.
  • 2012: Avid menutup kantor di Inggris dan memberhentikan tim orisinil pengembang Sibelius