TARI PENDET

This post was written by adityaputra on Juli 7, 2014
Posted Under: Tak Berkategori

TARI PENDET

Dalam dekade tahun melenium atau tahun 2000 ke atas, dunia kebudayaan khususnya mengalami suatu perubahan-perubahan yang sangat mencolok. Umumnya dalam hal aktifitas cipta, ide, dan penggarapan kesenian. Sehingga membawa suatu dampak positif dan dampak negatif pada masyarakat Bali khususnya. yang berdampak pada suatu sudut kehidupan, seperti mengancam kehidupan atau keajegan seni sakral itu sendiri. Oleh karenanya upaya-upaya penyadaran harus di lakukan dengan berbagai wacana terutama dari pihak pemerintah, lembaga adat dan agama dengan mengikutsertakan pakar-pakar agama yang membidangi masalah kesenian sakral. Namun di samping peran pemerintah, peran masyarakat juga perlu di libatkan agar kesenian sakral tidak beralih fungsi menjadi kesenian fungsional atau kesenian yang di pertunjukan untuk hiburan semata. Salah satu pelencengan yang terjadi dari tahun ke tahun terhadap suatu kesenian sakral ialah pagelaran seni TARI PENDET yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu sebelum akhirnya disusun lagi tahun 1951 I Wayan Rindi dan seorang penari Ketut Reneng.dan dijadikan tari penyambutan/selamat datang.

Kesenian dalam perspektif Hindu di Bali mempunyai kedudukan yang sangat mendasar,karena tidak dapat dipisahkan dari relegius masyarakat hindu di Bali. Upacara di pura-pura (tempat suci) juga tidak lepas dari kesenian seperti seni suara, tari, karawitan, seni lukis, seni rupa, dan sastra. Candi-candi, pura-pura dan lainnya dibangun sedemikian rupa sebagai ungkapan rasa, estetika, etika, dan sikap religius dari para umat penganut Hindu di Bali. Pregina atau penari dalam semangat ngayah atau bekerja tanpa pamrih mempersembahkan kesenian tersebut sebagai wujud bhakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan). Di dalamnya ada rasa bhakti dan pengabdian sebagai wujud kerinduan ingin bertemu dengan sumber seni itu sendiri dan seniman ingin sekali menjadi satu dengan seni itu karena sesungguhnya tiap-tiap insan di dunia ini adalah percikan seni. Dengan sifat religius masyarakat dan juga ajaran agama Hindu yang universal dan semua penganut dapat mengekspresikan keyakinan terhadap Hyang Maha Kuasa, maka banyaklah timbul berbagai kesenian yang dikaitkan dengan pemujaan. Banyak tumbuh suatu kesenian yang memang di tunjukan untuk suatu pertunjukan tertentu, atau juga sebagai pelengkap dari pemujaan tersebut. Selain itu pula berkembang suatu seni pertunjukan yang sifatnya menghibur. Dari kebebasan berekspresi dalam rangka pemujaan maupun sebagai pendukung dari suatu ritual tertentu, maka di Bali ada di golongkan menjadi dua buah sifat pertunjukan atau seni. Yakni seni wali yang disakralkan dan juga seni yang tidak sakral atau disebut profan yang hanya berfungsi sebagai tontonan atau hiburan belaka.

Sejarah Tari Pendet.

Berdasarkan beberapa catatan, para ahli seni pertunjukan Bali sepakat untuk menyebutkan tahun 1950 sebagai tahun kelahiran tari Pendet. Tari Pendet merupakan tarian kelompok yang biasanya ditarikan oleh sekelompok remaja putri. Masing- masing penari membawa sebuah mangkok perak atau sering disebut “bokor” yang berisikan bunga berwarna-warni. Pada akhir tariannya, para penari menaburkan bunga-bunga yang mereka bawa ke arah penonton, sebagai wujud ungkapan dan ucapan selamat datang. Dibia menyebut penggagas tari itu adalah dua seniman kelahiran desa Sumertha Denpasar yakni I Wayan Rindi dan Ni Ketut Reneng. Wayan rindi adalah penekun seni tari yang di kenal karena kemampuannya menggubah tari dan melestarikan seni melalui pembelajaran pada generasi penerusnya. Salah satunya terekam dalam beragam fotosemasa hidupnya yang aktif mengajarkan beragam tari Bali, termasuk tari pendetpada keturunan keluarga maupun di luar lingkungan keluarganya. “ kedua seniman ini menciptakan tari Pendet penyambutan dengan empat orang penari untuk disajikan sebagai bagian dari pertunjukan turistik disejumlah hotel yang ada di Denpasar, Bali. Dibia menyebut tari Pendet sebagai sumber inspirasi bagi penciptaan tari-tari kreasi baru maupun tari kotemporer. Pendet pun dapat disajikan sebagai seni ‘balih-balihan’, yaitu pertunjukan seni yang bersifat sekuler. Ditutup dengan gerak nyakup bawa. Seperti dikutip dari ISI Denpasar, lahirnya tari Pendet adalah sebuah ritual sakral odalan dipura yang disebut memendet atau mendet. Prosesi mendet berlangsung setelah pendeta mengumandangkan puja mantranya dan seusai pementasan topeng Sidakarya yaitu sebuah teater sakral yang secara filosofis melegitimasi upacara keagamaan. Hampir di setiap pura besar hingga kecil di Bali disertai dengan aktivitas mamendet. Pada beberapa pura besar seperti Pura Besakih yang terletak d kaki Gunung Agung itu biasanya secara khusus menampilkan ritual mamendet dengan tari Baris Pendet. Tari ini dibawakan secara berpasangan atau secara massal oleh kaum pria dengan membawakan perlengkapan sesajen dan bunga. Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura.tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke dunia ini. Tari Pendet mengandung anasir yang sakral dan religius. Karna itu pendet merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tidak seperti halnya tarian – tarian pertunjukan yang memerlukan pelatihan intensif, pendet dapat ditarikan oleh semua orang.tari putri yang memiliki pola gerak yang lebih dinamis dari tari rejang yang dibawakan secara berkelompok atau berpasangan,ditampilkan setelah rejang di halaman pura dan biasanya menghadap kearah suci (pelinggih) dengan mengenakan pakaian upacara dan masing-masing penari membawa sangku, kendi, cawan, dan perlengkapan sesajen lainnya .lambat laun, seiring perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah tari Pendet menjadi tarian “ucapan selamat datang” yang kemudian beralih fungsikan sebagai tari balih-balihan yg sering dapat disaksikan di hotel-hotel yang ada di bali,yang kini telah menjadi tari penyambutan terhadap datangnya wisatawan yang berkunjung ke Bali.

Fungsi tari Pendet Tari Pendet adalah sejenis tari pemujaan yang di tarikan di pura-pura. Tari ini menggambarkan penyambutan atas turunnya dewa-dewa ke Marcapada. Lama-kelamaan tari ini disalin oleh para seniman sehingga dapat dijadikan tari pertunjukan untuk hiburan dan tari penyambutan selamat datang.

Perkembangan tari Pendet Tari Pendet sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu sebelum akhirnya disusun lagi tahun 1951 oleh Wayan Rindi dan seorang penari Ketut Reneng. Hal ini disampaikan oleh Rektor ISI Bali I Wayan Dibia, 22 agustus 2009. kemudian tahun 1961 tarian ini disempurnakan lagi oleh Wayan Baratha yang awalnya hanya dilakukan 4 penari menjadi 5-7 penari. Pada saat pembukaan pesta olah raga tingkat asia di Jakarta tahun 1962 yang pada saat itu presiden RI Soekarno ikut mendorong proses penciptaan tari Pendet massal. Tari Pendet ini dikenal dengan sebutan Pendet Puja Astuti ( guna membedakan dengan pendet upacara ). Tari ini menjadi tari kolosal dengan jumlah penari 3000 penari yang 800 penari berasal dari pulau Bali. Tindakan malaysia yang mengklaim tari pendet sebagai dari budayawan amat disesalkan keluarga Wayan Rindi. Pada masa hidupnya, Wayan Rindi memang tak berfikir untuk mendaftarka temuannya agar tidak ditiru negara lain. Selain belum ada lembaga hak cipta, tari Bali selama ini tidak pernah di patenkan karena kandungan nilai spiritualnya yang luas dan tidak bisa di monopoli sebagai ciptaan manusia atau bangsa tertentu.

Sumber : Ilen-ilen Tari Bali

Comments are closed.

Previose Post: