Archive for Januari, 2014

SENIMAN ALAM DARI DESA PEGUYANGAN

Posted in Tulisan on Januari 17th, 2014 by adityapratama

Menari merupakan sebagian dari hidupnya, menari merupakan suatu gerak atau bahasa tubuh yang sangat indah. Bliau menari dan mengajarkan tari tanpa meminta upah, beliau ikhlas karena menari dan mengajarkan tari itulah upahnya.

Ni ketut maryati adalah seniman tari dari desa, yang sebagian hidupnya dahulu dihabiskan untuk menari. Ni ketut maryati yang lahir bulan Desember tahun 1942 di Denpasar tepatnya di desa peguyangan merupakan seniman tari dengan bakat alamiah. Beliau menghabiskan hidupnya terdahulu untuk menari. Beliau hanya tamatan SR (sekolah rakyat).

Masa kecil beliau dihabiskan untuk latihan menari. Pada waktu kecil beliau latihan menari di banjar pulugambang peguyangan, dan di latih oleh seorang laki-laki yang berasal dari tegal Darmasaba (beliau lupa namanya). Bliau (ni ketut maryati) diajarkan tari gabor dan beberapa tari lainnya. Beliau dilatih di banjar pulugambang 2 x seminggu. Saat itu tari gabor sangat di perlukan, karena tari gabor berfungsi untuk upacara wali atau piodalan di pura. Beliau (ni ketut maryati) selain pada masa kecilnya dihabiskan untuk menari, beliau pada waktu kecil juga sering menyempatkan waktu nya sebentar untuk pergi kesawah untuk membantu orang tuanya untuk bertani.

Saat dewasa sekitar tahun 1960-an banyak orang yang sering kerumahnya untuk meminta ni ketut maryati mengajarkan tari. Bliau pun menyanggupinya. Beliau mengajarkan tari dibanjar – banjar di desa peguyangan sampi ke puri. Pernah juga beliau mengajarkan tari sampai ke  luar desa yaitu di ubung. Jarak dari peguyangan untuk ke ubung sangatlah jauh. Bliau menempuhnya dengan berjalan kaki.

Dahulu jalan untuk mencapai ubung tidaklah seenak sekarang, sekarang jalan sudah di aspal, jarak tempuh pun sebentar (ujar beliau). Dahulu saat harus mengajar tari ke ubung, beliau harus melewati semak-semak, dan harus menyeberangi sungai. Beliau tidak pernah meminta upah dari hasil mengajarnya. Pernah suatu ketika beliau menyeberangi sungai, pakaian beliau pun basah sampai tempat tujuan, dan beliau tidak pernah malu akan hal itu. Tujuan beliau hanya satu yaitu mengajar tari disana dan beliau hanya cuek saja ketika harus mengajar dengan pakaian basah (ujar beliau).

Dan pada tahun 1967, beliau menikah dengan salah satu warga banjar pulugambang yang bernama I Made Wenten. Beliau di karuniai dua anak laki-laki ( I wayan andika dan I made ambara) dan dua anak perempuan. (ni nyoman anjani dani ni ketut tuti handayani) beliau sudah memiliki 7 cucu dari anak-anaknya tersebut. Beliau sangatlah berbangga diri karena sudah pernah dipercaya untuk mengjarkan anak-anak bernari sampai mengajar keluar desa.

Harapan beliau terhadap seni tari bali di jaman modern ini adalah jangan lupakan tarian daerah kita sendiri, karena ini menjadi warisan leluhur di Bali dan semoga tari Bali mampu mengangkat nama Bali di mata dunia dan wisatawan berdatangan ke Bali untuk melihat kesenian di Bali (ujar beliau).

Ini lah cerita singkat dari seniman alam Ni ketut maryati.