Mengenal Pengertian Dari Kebebasan Dan Tanggung Jawab

2.1 Pengertian Kebebasan.

Bebas mengandung dua pengertian, yaitu ia mampu untuk menentukan diri sendiri, dan ia tidak di batasi oleh orang lain dalam kemungkinannya untuk menentukan diri itu.

 

Kebebasan pertama bersifat positif : sebagai suatu kemampuan yang ada pada manusia.

 

Kebebasan yang kedua bersifat negatif : sebagai tidak adanya pembatasan.

 

Kedua segi kebebasan itu perlu di bedakan, tetapi tidak dapat di pisahkan : kedua duanya merupakan satu kebebasan manusia.

 

2.2 Beberapa jenis kebebasan.

 

  1. Bebas untuk menentukan diri.

 

Binatang tidak menentukan sendiri kelakuannya, melainkan dikemudikan oleh dorongan-dorongan naluri dan pola-pola beraksi yang khas baginya. Terhadap perangsang dari luar binatang selalu beraksi tepat menurut struktur instingnya. Binatang tidak bebas.

Lain halnya manusia. Dalam bertindak, ia selalu mengambil suatu sikap. Sikap itu ditentukannya sendiri. Misalnya : meskipun ia lapar, ia mesti menentukan sendiri apakah sepotong pisang goreng di mejanya mau di makan sekarang, atau baru di makan kemudian apabila tamunya sudah duduk, atau tidak makan (karna sedang berpuasa). Terhadap dorongan instingnya sendiri, begitu pula terhadap segala rangsang dari luar, ia dapat dan malah harus mengambil sikap.

 

 

  1. Bebas dari pembatasan.

 

Bahwa kebebasan manusia tidak hanya tergantung dari dirinya sendiri, biasanya baru disadari apabila orang lain mau membatasinya. Misalnya kalau lapangan yang selalu di gunakan untuk bermain bola, pada suatu pagi di pagari oleh pemilik. Apakah dan sejauh mana kita dapat menentukan diri sendiri, tergantung dari sejauh mana orang lain membiarkan kita bebas. Maka kebebasan manusia juga berarti bahwa kemungkinan-kemungkinannya untuk bertindak tidak di di batasi oleh orang lain.

 

  1. Kebebasan fisik, kebebasan psikis, kebebasan normatif.

 

Bagaimana kemungkinan manusia untuk bertindak dapat di batasi oleh orang lain ?
Ada tiga cara : melalui paksaan fisik, melalui tekanan psikis, dan melalui larangan dan pewajiban.

 

  • Kebebasan fisik.

Kita bicara tentang kebebasan fisik apabila kemungkinan kita untuk bertindak tidak di batasi oleh paksaan fisik. Artinya, kita bebas untuk menggerakan anggota tubuh kita. Kebebasan fisik manusia di langgar oleh paksaan fisik, oleh pemerkosaan, oleh segala bentuk kekerasan fisik. Misalnya kalau kita ditahan, diborgol atau di siksa.

 

  • Kebebasan psikis.

Kita bicara tentang kebebasan psikis, apabila kita mampu untuk menentukan sendiri apa yang kita pikirkan dan apa yang kita kehendaki. Kebebasan psikis berbeda dengan kebebasan fisik tidak dapat secara langsung di langgar oleh orang lain. Meskipun tubuh kita di rantai, namun apa yang kita pikiran dalam hati tidak dapat di paksakan oleh orang lain.

 

  • Kebebasan normatif.

Cara ketiga untuk membatasi kebebasan orang lain adalah melalui larangan atau pewajiban. Orang yang terkena larangan dan tidak berada di bawah suatu keajiban adalah bebas dalam arti normatif : Normatif karena orang tidak berada di bawah sebuah norma yang mengharuskan dia untuk melakukan ini atau tidak melakukan itu.

 

2.3 Pengertian dari penentuan diri dan tanggung jawab.

           

Ruang kebebasan yang di berikan oleh masyarakat kepada kita harus diisi dengan sikap dan tindakan, Kita sendirilah yang menentukan sikap. Itulah tanggung jawab kita. Maka antara kebebasan dan tanggung jawab terdapat hubungan erat.

 

2.4 Bagian dari penentuan diri dan tanggung jawab.

 

Pertama : itu berarti keputusan dan tindakan yang kita ambil harus dipertanggung jawabkan sendiri. Kita tidak dapat melemparkan tanggung jawab kepada orang lain.

 

Kedua : tidak setiap keputusan dapat disebut bertanggung jawab. Kita harus dapat mempertanggung jawabakannya terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang sebenarnya, terhadap tugas yang menjadi kewajiban kita, dan terhadap harapan orang lain. Jadi ruang kebebasan yang kita miliki tidak boleh diisi secara sewenang-wenang, melainkan harus diisi secara bermakna.

 

Ketiga : mari kita melihat apa yang terjadi apabila seseorang tidak bertanggung jawab. Tidak mau bertanggung jawab berarti : melihat apa yang menjadi kewajiban dan tanggung jawabnya, apa yang paling bernilai, akan tetapi tidak melakukannya.

 

Mengapa ia tidak mau bertanggung jawab ?
Karena di rasakannya  terlalu berat : acuh tak acuh, malas dan tidak mau berusaha, tidak mau susah, takut bahaya. Dengan kata lain, orang yang menolak untuk bertanggung jawab mengalah terhadap dorongan dan hambatan yang di rasakannya.

 

Jadi orang yang tidak bertanggung jawab adalah orang yang lemah : ia mengalah terhadap segala macam perasaan. Ia tidak kuat untuk melakukan apa yang di nilainya sebagai tanggung jawabnya, karena ia malas, tidak suka susah, takut, lemah, emosi, sentimen atau di kuasai hawa nafsu.

Maka hubungan antara kebebasan dan tanggung jawab dapat di rumuskan demikian : Makin seseorang tidak mau bertanggung jawab, makin sempit wawasannya dan makin lemah dia. Sempit karena ia hanya semakin memperhatikan kepentingan dan perasaannya sendiri daripada tanggung jawabnya. Lemah karena ia semakin tidak kuat untuk melakukan apa yang di nilainya sebagai tanggung jawabnya.

Dan sebaliknya : semakin ia bersedia untuk bertanggung jawab, semakin ia terbuka pada tantangan kehidupan zaman dan masyarakat, ia juga semakin kuat menentukan dirinya sendiri : hambatan-hambatan di luar dan di dalamnya semakin tidak dapat menghambatnya dalam penentuan diri. Apa yang dinilainya sebagai paling baik dan penting akan dilakukannya. Makin bertanggung jawab, makin ia bebas.

Gandrung Sakral Duwe Pura Majapahit Banjar Munang-Maning Pemecutan Kelod

Asal-usul Gandrung Pura Majapahit banjar Munang-maning.

Di desa Pemecutan Kelod, tepatnya di daerah banjar Munang-Maning yang terletak di jalan Iman Bonjol Denpasar Barat, terdapat pura yang konon katanya merupakan peninggalan kerajaan Majapahit pada masa lampau, dan di emong oleh dua banjar yaitu banjar Munang-Maning dan banjar Samping Buni. Namun pada jaman dulu hanya ada satu banjar, yaitu banjar Munang-Maning. Karena banyaknya masyarakat yang ada, banjar ini di bagi menjadi dua. Namun tetap banjar Munang-Maning sebagai pokok pengemong Pura Majapahit.

Menurut penuturan narasumber yang bernama Jro Mangku Garu, pada saat itu tepatnya berapa ratus tahun silam, masyarakat banjar Munang-Maning sedang berada pada keadaan yang tidak seimbang, banyak warga yang terserang wabah penyakit, banyak hama yang menyerang tanaman sekitar, hingga para petani gagal panen dan daerah banjar Munang-Maning menjadi kekeringan. Sehingga masyarakat Munang-Maning mengalami kebingungan, dan pada akhirnya saat beberapa anak kecil bermain di areal Pura Majapahit, salah satu anak yang sedang bermain itu mengalami “trance” atau dalam istilah balinya disebut dengan kerauhan, kemudian anak-anak yang lain berlari dan berteriak meminta tolong pada warga sekitar, kemudian datanglah masyarakat banjar Munang-Maning ke Pura Majapahit untuk melihat keadaan anak tersebut. Anak yang mengalami “trance” tersebut dengan lincahnya menari tanpa henti dengan keadaan mata yang terpejam, dan dengan langkah yang bgitu energik. Setelah di tanyalah siapa yang merasuki tubuh anak tersebut oleh pemangku yang ada di Pura Majapahit. Dan anak yang sedang mengalami “trance” itupun menjawab,

“Titiang niki ratu pregina mapangawak Gandrung (joged pingit). Titiang kayun mapangawak, lan kayun masolah angge ngeruat sakancaning malapataka puniki, solahang titiang ring purnama sasih keenem ring piodalan Pura Majapahit puniki, rereh gelungan titiang ring Pura Tengkulung” (wawancara dengan Jro Mangku Garu selaku jro mangku gede Pura Majapahit, tanggal 7 Januari 2017).

Joged pingit merupakan tarian joged yang di tarikan penari wanita yang di pingit dan diiringi oleh Semara Palinggian yang umumnya terbuat dari bilah bambu dngan menggunakan laras pelog lima nada.

Namun lain halnya dengan gandrung, tarian gandrung Munang-Maning ini mempunyai keistimewaan tersendiri yaitu, tarian gandrung ini di tarikan oleh penari laki-laki yang belum mengalami masa dewasa (pubertas). Namun seiring berjalannya waktu, gandrung sudah mulai di tarikan oleh wanita juga. Masyarakat banjar Munang-Maning tidak mempersalahkan tentang itu. Yang penting tarian gandrung ini tetap di pentaskan atau mesolah setiap purnama keenem atau 2 hari setelah odalan di Pura Majapahit.Gamelan gandrung yang di gunakan untuk mengiringi tarian gandrung dan gamelan Semara Palinggian hampir sama secara struktur dan bentuknya. (wawancara dengan I Ketut Godra, tanggal 6 Januari 2017).

Maka sejak kejadian itulah masyarakat mulai mengadakan pertunjukan gandrung tersebut. Setelah gandrung ini di pentaskan, keadaan masyarakat banjar Munang-Maning kembali membaik, tanaman mulai tumbuh subur dan tidak kekeringan lagi, dan wabah penyakit mulai menghilang. Karena hal inilah masyarakat banjar Munang-Maning terpoteksi dengan keberadaan gandrung ini. Kepercayaan masyarakat yang begitu besar dengan ajaran tattwa ini mengakibatkan masyarakat begitu percaya bahwa di dalam jiwa yang bersih, tulus dan ikhlas akan selalu di lindungi oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam berbagai manifestasinya.

Keunikan gamelan gandrung di banjar Munang-maning.

Ada satu keunikan pada barungan gamelan gandrung Pura Majapahit ini. Di dalam satu barungan gandrung yang ada di Pura Majapahit banjar Munang-Maning ini, terdapat patung kakek-kakek yang membawa damar/sentir. Yang bermakna bahwa “gandrung ini layaknya damar/sentir yang menerangi di saat gelap, sama seperti gandrung ini yang menghilangkan wabah penyakit dan membuat keadaan masyarakat banjar Munang-Maning menjadi lebih baik” (wawancara dengan I Ketut Godra, tanggal 6 Januari 2017). Meski tidak berfungsi sama seperti instrumen yang lain, namun patung ini harus tetap di bawa kemanapun barungan gandrung ini berada. Karena patung ini berfungsi sebagai pngijeng dari gamelan gandrung ini.

Sempat pada tahun 1947, sekaa Gandrung ini ngayah di daerah Banjar Buagan Pemecutan, hampir saja patung ini di tinggalkan, lalu salah seorang penabuh pun kesurupan dan memberi tau agar ingat mengajak beliau ikut serta untuk ngayah. Awalnya masyarakat banjar Munang-Maning tidak terlalu percaya akan hal itu, hingga akhirnya terjadi hal serupa pada tahun 1948 , saat sekaa gandrung ini akan ngayah di Tampak Siring Gianyar. Barulah setelah itu masyarakat banjar Munang-Maning percaya akan patung itu. Dan akhirnya patung kakek-kakek yang berfungsi sebagai pengijeng barungan gamelan gandrung ini di sakralkan dan di upacarai. (wawancara dengan I Ketut Godra,tanggal 6 Januari 2017).

Sebelum kami menjelaskan lebih banyak lagi tentang gandrung ini, kami akan membahas tentang bagaimana proses terbuatnya gamelan gandrung di Pura Majapahit ini.

Proses pembuatan gamelan gandrung banjar Munang-maning.

Karena keterbatasan dana yang ada, masyarakat banjar Munang-Maning berusaha agar ada barungan gamelan untuk mngiringi tarian gandrung ini. Lalu kmudian ada usul dari seorang warga banjar Munang-Maning yang tidak di ketahui namanya(karena sudah beratus tahun silam), mengusulkan untuk mencari bambu betung yang akan di gunakan sebagai bilah berbentuk pipih yang hampir sama dengan beberapa instrumen gamelan yang ada, dan akan di gunakan untuk Bumbungnya. Setelah mencari di berbagai tempat, akhirnya di temukanlah bambu betung di daerah Tabanan, namun bambu itu sudah pernah di gunakan (bekas). Setelah di temukannya bambu yang akan di gunakan sebagai bilah, di rendamlah terlebih dahulu bambu betung itu dengan air pantai, agar lebih tahan lama. Setelah selesai proses perendaman, barulah di mulai proses pelarasan. Karena dana yang kurang memadai untuk membeli kayu untuk membuat rangka/plawah dari gamelan gandrung ini, bilah yang tadinya sudah sampai di tahap pelarasan ini akhirnya di simpan dahulu di salah satu tempat yang ada di Pura Majapahit. Dengan perlahan, masyarakat banjar Munang-Maning pun mengumpulkan uang hasil dari menjual hasil kebun mereka, dan pada akhirnya terkumpulah uang untuk membeli kayu yang rencananya akan di gunakan untuk membuat rangka/plawah gamelan gandrung tersebut. Dan akhirnya dengan cara gotong royong, masyarakat banjar Munang-Maning pun membuat rangka/plawah gamelan gandrung tersebut dengan alakadarnya. Karena ingin terlihat agar rangka/plawah gamelan gandrung ini terlihat lebih mewah, warga banjar Munang-Maning pun berinisiatif untuk mencari seorang tukang ukir di daerah Puri Gerenceng Pemecutan. Dan akhirnya jadilah barungan gamelan gandrung yang akan di gunakan untuk mengiringi tarian gandrung tersebut.

Perjalanan sekaa gandrung menuju puncak keemasan.

Dan tepat pada sasih keenem berapa ratus tahun silam, untuk pertama kalinya tarian gandrung di pentaskan di madyaning mandala (jaba tengah) Pura Majapahit. Seiring berjalannya waktu, tepatnya pada tahun 1945an, kesenian gandrung Munang-Maning menggeliat bangkit dengan polesan seorang maestro seni tari dan tabuh yang bernama I Gst Putu Griya dan I Ketut Bina. Hal ini mendapat respon di hati masyarakat Bali. Kebangkitan tari gandrung di Pura Majapahit banjar Munang-Maning ini membri nilai tambah bagi kemasyuran enam desa, istilah nglawang dan ngayah mesolah mengiringi perjalanan panjang memasuki masa keemasan sesuai perkembangan jaman yang di tandai dengan kehausan masyarakat Bali  mencari hiburan sebagai pelipur lara, dimana tari gandrung sebagai salah satu tarian primadona pada jaman tersebut. Sesuai dengan perkembangan jaman yang semakin berputar kearah kemajuan menuju globalisasi, tarian gandrung mengalami masa keemasan. Berikut daftar tempat-tempat ngayah dan nglawang yang pernah di datangi oleh sekaa gandrung banjar Munang-Maning generasi terdahulu :

  1. Tahun 1931 pentas di Pura Majapahit.
  2. Tahun 1947 pentas di banjar Buagan (Denpasar).
  3. Tahun 1948 pentas di Tampak Siring (Gianyar).
  4. Tahun 1949 pentas di Uluwatu (Badung).
  5. Tahun 1950 pentas di Pura Besakih (Karangasem).
  6. Tahun1951 pentas di Kabupaten Negara.
  7. Tahun 1952 pentas di Pura Tengkulung.
  8. Tahun 1953 pentas di Pura Desa Kepaon.
  9. Tahun 1954 pentas di daerah desa Padangsambian.
  10. Tahun 1956 pentas di Puputan Badung dll.
  11. Tahun 1957 sampai sekarang hanya mesolah seperti biasa di Pura Majapahit.

Sekitar tahun 1970 sekaa gandrung ini mengalami kevakuman karena menuanya usia penabuh dan tidak adanya generasi yang menggantikan posisi penabuh yang terdahulu.

Kebangkitan sekaa gandrung banjar Munang-maning.

Namun pada tahun 2002 sekaa gandrung banjar Munang-maning ini mengalami kebangkitan karena sudah ada generasi penerus yang mau belajar dan akan meneruskan perjalanan pinisepuh gamelan gandrung ini untuk melestarikan kesenian gandrung ini.

Khususnya di Pura Majapahit banjar Munang-Maning, memiliki tabuh-tabuh pamungkas yang sering di tabuhkan sebelum penari mulai masuk ke tengah kalangan untuk menari. Adapun jenis-jenis tabuh yang di miliki oleh sekaa gandrung banjar Munang-Maning ini adalah : 1) Jedug tege, 2) Meli nasi, 3) Gandrang bebancihan, 4) Gandrang won, 5) Gandrang gandrung, 6) Cingkrem-cingkrem.

Namun sekaa gandrung generasi sekarang baru mengetahui sedikit tabuh-tabuh yang ada, karena minimnya waktu latian sekaa gandrung ini. Tetapi tabuh-tabuh yang mereka ketahui cukup untuk bekal mengiringi tarian gandrung ini mesolah. Bahkan bekal yang mereka punya sudah pernah di gunakan untuk pentas budaya yang di adakan oleh Kota Denpasar, dan sempat mereka gunakan untuk mewakili Kota Denpasar dalam ajang Pesta Kesenian Bali XXXVIII (PKB ke-38).

Menurut kepercayaan masyarakat banjar Munang-Maning, pada jaman dulu apabila gamelan gandrung ini tidak di pentaskan maka masyarakat banjar Munang-Maning akan kembali terserangwabah penyakit yang mengakibatkan bencana kematian serta kekeringan. Dengan adanya wabah penyakit inilah masyarakat melakukan upacara persembahan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa lewat pertunjukan gandrung ini, dan juga sebagai pengusir wabah penyakit dan penolak bala. Hal tersebut masih di percayai oleh masyarakat banjar Munang-Maning hingga saat ini, meski sudah masuk ke dalam lapisan era globalisasi modern. Karena gamelan gandrung ini memiliki fungsi nilai religius yang sangat tinggi.

“Kepercayaan yang sangat tinggi yang membuat masyarakat banjar Munang-Maning hingga saat ini masih mempertahankan kesucian dan kesakralan gamelan gandrung ini. Meski kalau di lihat dari segi perekonomian, masyarakat banjar Munang-Maning termasuk ke dalam masyarakat yang modern, tetapi untuk hal religius dan kesakralan gamelan gandrung ini masyarakat banjar Munang-Maning sangat fanatik dengan kesenian yang satu ini” (wawancara dengan Jro Mangku Garu selaku pemangku gede Pura Majapahit, tanggal 7 Januari 2017).

 

Pantangan sebelum menabuh gamelan gandrung Munang-maning.

Ada suatu pantangan yang harus di perhatikan dan di laksanakan sebelum memainkan/menabuh gamelan gandrung ini yaitu, penabuh atau penari yang akan mementaskan gandrung ini sama sekali tidak di perkenankan menyantap daging babi. Kenapa seperti itu ?

Seperti yang kami jelaskan di atas. Pura Majapahit ini adalah salah satu pura peninggalan kerajaan Majapahit. Tentu teman-teman sekalian sudah tau bahwa kerajaan Majapahit adalah kerajaan yang menganut aliran “hindu kejawen”, dan tentu teman-teman sekalian sudah tau jika umat Islam sangat tidak di perbolehkan untuk menyantap daging babi, karena haram hukumnya. Sama seperti hal tersebut, maka dari itu penabuh dan penari yang akan mementaskan tarian gandrung ini sangat tidak di perbolehkan untuk menyantap daging babi.

Namun hal ini hanya berlaku sebelum pementasan tarian gandrung ini di pentaskan. Pada hari-hari biasa, masyarakat banjar Munang Maning seperti biasa menyantap daging babi, kata bapak I Ketut Godra “tidak ada yang bisa mengalahkan lezatnya daging babi, apalagi kalau sudah di guling. Jadi kami para penabuh dan penari gandrung terdahulu hanya melakukan pantangan itu jika akan menabuh atau menarikan tarian gandrung itu tersendiri”. Dan karena kepercayaan masyarakat banjar Munang-Maning amatlah besar terhadap hal itu, maka kepercayaan itu masih tetap ada hingga sekarang, dan tidak ada yang berani melanggarnya. (wawancara dengan I Ketut Godra, tanggal 6 Januari 2017).

Apa yang terjadi jika ada yang melanggar pantangan agar tidak menyantap daging babi sebelum pementasan Gandrung ini ?

Menurut salah seorang penabuh sekaa Gandrung anak-anak yang akan di pentaskan pada parade kesenian Kota Denpasar yang di adakan di lapangan Puputan Badung, ada salah seorang dari mereka sempat menyantap daging babi. Dan apa yang terjadi ? Pementasan yang sudah di persiapkan berbulan bulan, dengan waktu latian yang lumayan lama, seketika hancur. Dan ada juga kejadian lain yang terjadi selain itu. (wawancara dengan I MadeWisnu Anggara Putra, tanggal 8 Januari 2017).

Dulu sempat ada teman dari salah seorang penabuh ikut serta ngayah menabuh untuk mengiringi tarian Gandrung ini. Mungkin karna dia tidak tau akan pantangan yang ada. Ternyata dia sempat menyantap daging babi. Dan saat dia menabuh tiba-tiba saja dia mendadak sakit, entah karena apa. Dan karena lama tidak sembuh salah seorang dari keluarganya ia minta agar matur piuning di Pura Majapahit, sebelum salah seorang keluarganya matur piuning, salah seorang keluarga penabuh itu sempat berbincang dengan pemangku yang ada di Pura Majapahit, lalu kemudian di beritaukanlah semua pantangan itu oleh pemangku Pura Majapahit. Pemangku Pura Majapahit juga memberitahu, jika sudah terlanjur masih ada cara menangkal agar tidak terjadi kejadian yang serupa, dengan cara minum air kepala (bungkak nyuh gading) dan di mintakan tirta dari sanggah/pemerajan masing-masing. (wawancara dengan I Gede Putra Mahayasa, tanggal 8 Januari 2017).

Keterkaitan gamelan gandung dan tarian gandrung.

Gamelan gandrung di Pura Majapahit banjar Munang-Maning ini memiliki keterkaitan dengan penari gandrung, yang merupakan satu kesatuan yang sangat erat, yang mana saat penari laki laki ini mulai menari, banyak orang yang menonton pertunjukan ini menjadi “trance” (kerauhan), seolah-olah mereka melihat seorang gadis yang sangat cantik, sehingga mereka yang mengalami trance tersebut tertarik jiwanya untuk menari bersama. (wawancara dengan Jro Mangku Garu selaku pemangku gede Pura Majapahit, tanggal 7 Januari 2017).

Sekaa gandrung Pura Majapahit banjar Munang-Maning ini mengalami pasang surut karenasetelah generasi I Ketut Godra  hampir tidak ada penabuh gandrung untuk melanjutkan perjuangan I Ketut Godra mengenalkan gandrung Pura Majapahit banjar Munang-Maning ini ke masyarakat. Namun dengan semangat dan rasa percaya diri yang tinggi, pinisepuh gandrung yaitu I Ketut Godra dan I Made Manda terus mengajak masyarakat Munang-Maning untuk melestarikan tarian gandrung ini agar tidak punah di makan jaman. Dan pada akhirnya, generasi muda banjar Munang-Maning yang sekarang mau mempelajari, melestarikan dan mengenalkan gandrung Pura Majapahit banjar Munang-Maning ini ke masyarakat dengan mengikuti beberapa pementasan yang ada di kota Denpasar hingga di provinsi Bali. Terbukti dengan mengikuti pentas seni yang di adakan oleh kota Denpasar dan sempat mewakili kota Denpasar dalam ajang Pesta Kesenian Bali tahun 2016, sekaa gandrung Pura Majapahit banjar Munang-Maning ini mampu mengenalkan tarian gandrung ini ke masyarakat luas. Namun tidak hanya sampai disana, akhir-akhir ini tim pengurus gamelan gandrung ini sedang gencar-gencarnya mencari bibit untuk menggantikan generasi yang sekarang, karena generasi sekarang mulai hilang sedikit demi sedikit, karena mungkin sibuk, dan sudah ada berkerja.

Begitu pula dengan penari-penari gandrung, sama halnya dengan penabuh gandrung, mereka juga mengalami pasang surut, namun saat ini sudah banyak mempunyai bibit penari di banjar Munang-Maning.

Pembuatan gelungan duplikat gandrung Munang-maning.

Sehubungan dengan adanya pementasan-pementasan seperti di Puputan Badung dan di Art Centre, maka di buatlah gelungan gandrung duplikat yang bertujuan agar tidak menggunakan gelungan duwe, jika menggunakan gelungan duwe maka akan besar kemungkinan banyaknya ada pengibing bahkan penari yang akan mengalami kerauhan. Namun hal itu tidak seperti yang perkiraan masyarakat Munang-Maning, meski para penari yang mementaskan tarian gandrung ini menggunakan gelungan duplikat hal itu tetap terjadi, para penonton yang mengibing dan para penari tetap mengalami kerauhan. Menurut penuturan Jro Mangku Garu selaku pemangku gede Pura Majapahit, salah sorang penari yang mengalami kerauhan itu menuturkan.

“Di manapun gandrung ini di tarikan, meskipun menggunakan gelungan duplikat Ratu Pregina mapangawak gandrung akan mengikuti karena jiwa beliau juga sudah ada di dalam patung kakek-kakek tua membawa damar/sentir yang ada di dalam barungan gamelan gandrung ini” (wawancara dengan Jro Mangku Garu, tanggal 7 Januari 2017).

Pernah saat pementasan tarian gandrung ini pada sasih keenem lalu, karena mungkin salah satu penari kebesaran gelungan duwe. Lalu di gunakanlah gelungan duplikat agar tidak terlalu kebesaran gelungan, namun belum seberapa tarian, gelungan duplikat itu terlepas, dan salah satu pemangku yang ada di ajeng pura mengalami kerauhan dan mengatakan.

“Kenapa gandrung ini di pakaikan gelungan duplikat ? ini adalah saat pementasan Ratu Pregina mapangawak gandrung ini mesolah, seberapapun besarnya gelungan duwe itu tidak akan lepas di gunakan menari. Karena memang itulah busana/atribut asli Ratu Pregina mapangawak gandrung ini, dan jangan pernah mencoba untuk merubahnya”

Pementasan ini sempat molor hingga 30 menitan, namun karena perintah Ratu Pregina mapangawak gandrung ini, penari yang tadinya menari dengan gelungan duplikat, kembali menari tetapi sekarang menggunakan gelungan duwe.

Perkembangan dan pelestarian tarian ini tidak dapat di pisahkan dari pembinaan yang di lakukan secara berkelanjutan. Proses pelestariannya di lakukan oleh pinisepuh tari gandrung banjar Munang-Maning yaitu bapak I Ketut Godra dan I Made Manda. Beliau membrikan curahan hati kepada pemuda dan anak-anak di lingkungan banjar Munang-Maning untuk melaksanakan pembiaan dan pelatihan gamelan gandrung yang di wariskan oleh nenek moyang yang adi luhung. Hasilnya dapat kita nikmati sekarang bahwa tari gandrung Pura Majapahit banjar Munang-Maning masih tetap eksis sampai jaman sekarang. Berdasar keinginan untuk ngayah dan beryadnya, para pinisepuh gamelan gandrung tetap yakin bahwa perkembangan dan pelestarian kesenian langka yang ada di Kota Madya Denpasar ini akan selalu mendapat perhatian dari pemrintah dalam upaya menciptakan Kota Madya Denpasar yang berbasis kota budaya. Kendatipun demikian, besar harapan dari masyarakat banjar Munang-Maning agar pelestarian kesenian langka ini, tetap menjadi ikon positif dalam hal mengimplementasikan pembinaan tarian langka dan sakral. Dengan di laksanakannya pembinaan yang berkelanjutan, maka pelestariannya akan terwujud. Apresiasi tertinggi dari masyarakat banjar Munang-Maning dapat di sampaikan melalui pelaksanaan gelar seni sebagai wujud pelestarian, pembinaan dan pengayoman kepada kesenian langka dan sakral agar tidak punah di telan perkembangan jaman glolisasi serta pengaruh teknologi yang semakin pesat dan canggih.

Sedikit Pengetahuan Tentang Basket Ball

Bola basket adalah olahraga bola berkelompok yang terdiri atas dua tim beranggotakan masing-masing lima orang yang saling bertanding mencetak poin dengan memasukkan bola ke dalam keranjang lawan. Bola basket sangat cocok untuk ditonton karena biasa dimainkan di ruang olahraga tertutup dan hanya memerlukan lapangan yang relatif kecil. Selain itu, permainan bola basket juga lebih kompetitif karena tempo permainan cenderung lebih cepat jika dibandingkan dengan olahraga bola yang lain, seperti voli dan sepak bola. Ada 3 posisi utama dalam bermain basket, yaitu : 1) Forward, pemain yang tugas utamanya adalah mencetak poin dengan memasukkan bola ke keranjang lawan, 2) Defense, pemain yang tugas utamanya adalah menjaga pemain lawan agar pemain lawan kesulitan memasukkan bola, dan 3) Playmaker, pemain yang menjadi tokoh kunci permainan dengan mengatur alur bola dan strategi yang dimainkan oleh rekan-rekan setimnya.

Bola basket adalah salah satu olahraga yang paling digemari oleh penduduk Amerika Serikat dan penduduk di belahan bumi lainnya, antara lain di Amerika Selatan, Eropa Selatan, Lithuania, dan juga di Indonesia. Banyak kompetisi bola basket yang diselenggarakan setiap tahun, seperti British Basketball League (BBL) di Inggris, National Basketball Association (NBA) di Amerika, dan National Basketball League (NBL) di Indonesia.

 

Sejarah bola basket

Basket dianggap sebagai olahraga unik karena diciptakan secara tidak sengaja oleh seorang guru olahraga. Pada tahun 1891, Dr. James Naismith, seorang guru olahraga asal Kanada yang mengajar di sebuah perguruan tinggi untuk para siswa profesional di YMCA (sebuah wadah pemuda umat Kristen) di Springfield, Massachusetts, harus membuat suatu permainan di ruang tertutup untuk mengisi waktu para siswa pada masa liburan musim dingin di New England. Terinspirasi dari permainan yang pernah ia mainkan saat kecil di Ontario,Naismith menciptakan permainan yang sekarang dikenal sebagai bola basket pada 15 Desember 1891.

Menurut cerita, setelah menolak beberapa gagasan karena dianggap terlalu keras dan kurang cocok untuk dimainkan di gelanggang-gelanggang tertutup, dia lalu menulis beberapa peraturan dasar, menempelkan sebuah keranjang di dinding ruang gelanggang olahraga, dan meminta para siswa untuk mulai memainkan permainan ciptaannya itu.

Pertandingan resmi bola basket yang pertama, diselenggarakan pada tanggal 20 Januari 1892 di tempat kerja Dr.James Naismith. Basket adalah sebutan yang diucapkan oleh salah seorang muridnya. Olahraga ini pun segera terkenal di seantero Amerika Serikat. Penggemar fanatik ditempatkan di seluruh cabang di Amerika Serikat. Pertandingan demi pertandingan pun dilaksanakan di seluruh kota-kota negara bagian Amerika Serikat.

Pada awalnya, setiap tim berjumlah sembilan orang dan tidak ada dribble, sehingga bola hanya dapat berpindah melalui lemparan. Sejarah peraturan permainan basket diawali dari 13 aturan dasar yang ditulis sendiri oleh James Naismith.

Lapangan, waktu, dan jumlah pemain bola basket

Lapangan bola basket berbentuk persegi panjang dengan dua standar ukuran, yakni panjang 28,5 meter dan lebar 15 meter untuk standar National Basketball Association dan panjang 26 meter dan lebar 14 meter untuk standar Federasi Bola Basket Internasional. Tiga buah lingkaran yang terdapat di dalam lapangan basket memiliki panjang jari-jari yaitu 1,80 meter.

Jumlah pemain dalam permainan bola basket adalah 5 orang dalam satu regu dengan cadangan 5 orang. Sedangkan jumlah wasit dalam permainan bola basket adalah 2 orang. Wasit 1 disebut Referee sedangkan wasit 2 disebut Umpire.

Waktu permainan 4 x 10 menit jika berpedoman dengan aturan Federasi Bola Basket Internasional. Versi National Basketball Association waktu bermain adalah 4 x 12 menit. Di antara babak 1, 2, 3, dan babak 4 terdapat waktu istirahat selama 10 menit. Bila terjadi skor yang sama pada akhir pertandingan harus diadakan perpanjangan waktu sampai terjadi selisih skor. Di antara dua babak tambahan terdapat waktu istirahat selama 2 menit. Waktu untuk lemparan ke dalam yaitu 5 detik.

Keliling bola yang digunakan dalam permainan bola basket adalah 75 cm – 78 cm. Sedangkan berat bola adalah 600 – 650 gram. Jika bola dijatuhkan dari ketinggian 1,80 meter pada lantai papan, maka bola harus kembali pada ketinggian antara 1,20 – 1,40 meter.

Panjang papan pantul bagian luar adalah 1,80 meter sedangkan lebar papan pantul bagian luar adalah 1,20 meter. Dan panjang papan pantul bagian dalam adalah 0,59 meter sedangkan lebar papan pantul bagian dalam adalah 0,45 meter.

Jarak lantai sampai ke papan pantul bagian bawah adalah 2,75 meter. Sementara jarak papan pantul bagian bawah sampai ke ring basket adalah 0,30 meter. Ring basket memiliki panjang yaitu 0,40 meter. Sedangkan jarak tiang penyangga sampai ke garis akhir adalah 1 meter.

Panjang garis tengah lingkaran pada lapangan basket adalah 1,80 meter dengan ukuran lebar garis yaitu 0,05 meter. Panjang garis akhir lingkaran daerah serang yaitu 6 meter. Sedangkan panjang garis tembakan hukuman yaitu 3,60 meter.

Peraturan permainan bola basket

Aturan dasar pada permainan Bola Basket adalah sebagai berikut:

  • Bola dapat dilemparkan ke segala arah dengan menggunakan salah satu atau kedua tangan.
  • Bola dapat dipukul ke segala arah dengan menggunakan salah satu atau kedua tangan, tetapi tidak boleh dipukul menggunakan kepalan tangan (meninju).
  • Pemain tidak diperbolehkan berlari sambil memegang bola. Pemain harus melemparkan bola tersebut dari titik tempat menerima bola, tetapi diperbolehkan apabila pemain tersebut berlari pada kecepatan biasa.
  • Bola harus dipegang di dalam atau di antara telapak tangan. Lengan atau anggota tubuh lainnya tidak diperbolehkan memegang bola.
  • Pemain tidak diperbolehkan menyeruduk, menahan, mendorong, memukul, atau menjegal pemain lawan dengan cara bagaimanapun. Pelanggaran pertama terhadap peraturan ini akan dihitung sebagai kesalahan, pelanggaran kedua akan diberi sanksi berupa diskualifikasi pemain pelanggar hingga keranjang timnya dimasuki oleh bola lawan, dan apabila pelanggaran tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mencederai lawan, maka pemain pelanggar akan dikenai hukuman tidak boleh ikut bermain sepanjang pertandingan. Pada masa ini, pergantian pemain tidak diperbolehkan.
  • Sebuah kesalahan dibuat pemain apabila memukul bola dengan kepalan tangan (meninju), melakukan pelanggaran terhadap aturan 3 dan 4, serta melanggar hal-hal yang disebutkan pada aturan 5.
  • Apabila salah satu pihak melakukan tiga kesalahan berturut-turut, maka kesalahan itu akan dihitung sebagai gol untuk lawannya (berturut-turut berarti tanpa adanya pelanggaran balik oleh lawan).
  • Gol terjadi apabila bola yang dilemparkan atau dipukul dari lapangan masuk ke dalam keranjang, dalam hal ini pemain yang menjaga keranjang tidak menyentuh atau mengganggu gol tersebut. Apabila bola terhenti di pinggir keranjang atau pemain lawan menggerakkan keranjang, maka hal tersebut tidak akan dihitung sebagai sebuah gol.
  • Apabila bola keluar lapangan pertandingan, bola akan dilemparkan kembali ke dalam dan dimainkan oleh pemain pertama yang menyentuhnya. Apabila terjadi perbedaan pendapat tentang kepemilikan bola, maka wasitlah yang akan melemparkannya ke dalam lapangan. Pelempar bola diberi waktu 5 detik untuk melemparkan bola dalam genggamannya. Apabila ia memegang lebih lama dari waktu tersebut, maka kepemilikan bola akan berpindah. Apabila salah satu pihak melakukan hal yang dapat menunda pertandingan, maka wasit dapat memberi mereka sebuah peringatan pelanggaran.
  • Wasit berhak untuk memperhatikan permainan para pemain dan mencatat jumlah pelanggaran dan memberi tahu wasit pembantu apabila terjadi pelanggaran berturut-turut. Wasit memiliki hak penuh untuk memberikan diskualifikasi pemain yang melakukan pelanggaran sesuai dengan yang tercantum dalam aturan 5.
  • Wasit pembantu memperhatikan bola dan mengambil keputusan apabila bola dianggap telah keluar lapangan, pergantian kepemilikan bola, serta menghitung waktu. Wasit pembantu berhak menentukan sah tidaknya suatu gol dan menghitung jumlah gol yang terjadi.
  • Waktu pertandingan adalah 4 quarter masing-masing 10 menit
  • Pihak yang berhasil memasukkan bola ke ring terbanyak akan dinyatakan sebagai pemenang [1]

Teknik dasar permainan bola basket

Cara memegang bola basket adalah sikap tangan membentuk mangkok besar. Bola berada di antara kedua telapak tangan. Telapak tangan melekat di samping bola agak ke belakang, jari-jari terentang melekat pada bola. Ibu jari terletak dekat dengan badan di bagian belakang bola yang menghadap ke arah tengah depan. Kedua kaki membentuk kuda-kuda dengan salah satu kaki di depan. Badan sedikit condong ke depan dan lutut rileks.

Dalam menangkap bola harus diperhatikan agar bola berada dalam penguasaan. Bola dijemput telapak tangan dengan jari-jari tangan terentang dan pergelangan tangan rileks. Saat bola masuk di antara kedua telapak tangan, jari tangan segera melekat ke bola dan ditarik ke belakang atau mengikuti arah datangnya bola. Menangkap bola (catching ball) terdiri dari dua macam cara yaitu menangkap bola di atas kepala dan menangkap bola di depan dada.

Mengoper atau melempar bola terdiri atas tiga cara yaitu melempar bola dari atas kepala (over head pass), melempar bola dari dari depan dada (chest pass) yang dilakukan dari dada ke dada dengan cepat dalam permainan, serta melempar bola memantul ke tanah atau lantai (bounce pass).

Menggiring bola (dribbling ball) adalah suatu usaha membawa bola ke depan. Caranya yaitu dengan memantul-mantulkan bola ke lantai dengan satu tangan. Saat bola bergerak ke atas telapak tangan menempel pada bola dan mengikuti arah bola. Tekanlah bola saat mencapai titik tertinggi ke arah bawah dengan sedikit meluruskan siku tangan diikuti dengan kelenturan pergelangan tangan. Menggiring bola dalam permainan bola basket dapat dibagi menjadi dua cara, yaitu menggiring bola rendah dan menggiring bola tinggi. Menggiring bola rendah bertujuan untuk melindungi bola dari jangkauan lawan. Menggiring bola tinggi dilakukan untuk mengadakan serangan yang cepat ke daerah pertahanan lawan.

Pivot atau memoros adalah suatu usaha menyelamatkan bola dari jangkauan lawan dengan salah satu kaki sebagai porosnya, sedangkan kaki yang lain dapat berputar 360 derajat.

Seorang pemain basket melakukan shooting dengan dua tangan.

Teknik permainan bola basket profesional

Shooting adalah usaha memasukkan bola ke dalam keranjang atau ring basket lawan untuk meraih poin. Dalam melakukan shooting ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan shooting dengan dua tangan serta shooting dengan satu tangan.

Lay-up adalah usaha memasukkan bola ke ring atau keranjang basket dengan dua langkah dan meloncat agar dapat meraih poin. Lay-up disebut juga dengan tembakan melayang.

Fade Away

Fade away adalah tehnik yang mendorong badan kebelakang saat melakukan shoot, sehingga menyulitkan defender untuk menghadang bola. tehnik ini lumayan susah dilakukan buat pemain yang baru belajar basket. Bila keseimbangan badan tidak terjaga bisa-bisa terpelanting dan jatuh kebelakang. Pemain NBA yang sering memakai teknik ini adalah sang legenda basket seperti Michael Jordan dan Kobe Bryant.

Hook Shoot

Hook adalah teknik yang sangat efektif bila pemain dijaga oleh orang yang lebih tinggi dari pemain. Yaitu cara menembak dari samping dengan satu tangan. Jadi jarak antara orang yang menghadang dan pemain bisa agak jauh. Belakangan tehnik ini sering dipakai oleh Rony Gunawan Satria Muda Britama waktu melawan Garuda Bandung di Final 2009, dan keakuratan mencapai 80%.

Jump Shoot

Teknik yang butuh lompatan tinggi, dan akurasi tembakan yang bagus. Yaitu dengan melompat dan melakukan tembakan yang liar dan sulit untuk digagalkan.

crossover

merupakan cara dribble dengan cara memantulkan bola dari tangan kiri ke tangan kanan atau sebaliknya. biasanya teknik sudah banyak di improvisasi dengan cara memantulkan bola di antara celah kaki (kebanyakan pemain internasional sudah menggunakan teknik ini) atau belakang kaki (yang paling sering menggunakan teknik ini adalah Jamal Crawford – Atlanta Hawks)

Slam dunk

Slam dunk adalah salah satu teknik yang paling populer. Sebenarnya cukup simpel, yaitu hanya memasukkan bola secara langsung ke ring dan menghempaskan tangan ke ring basket. Walaupun simpel, tapi untuk orang dengan tinggi 171 cm slam seperti ini hampir mustahil untuk dilakukan karena lompatannya tidak cukup tinggi. [2]

Perkembangan

Permainan basket sudah sangat berkembang dan digemari sejak pertama kali diperkenalkan oleh James Naismith. Salah satu perkembangannya adalah diciptakannya gerakan slam dunk atau menombok, yaitu gerakan untuk memasukkan dan melesakan bola basket langsung ke dalam keranjang yang bisa dilakukan dengan gerakan akrobatik yang berkekuatan luar biasa.

Bola basket di Indonesia

Ada beberapa informasi mengatakan masuknya basket bersamaan dengan kedatangan pedagang dari Cina menjelang kemerdekaan. Tepatnya, sejak 1894, bola basket sudah dimainkan orang-orang Cina di Provinsi Tientsien dan kemudian menjalar ke seluruh daratan Cina. Mereka yang berdagang ke Indonesia adalah kelompok menengah kaya yang memilih olahraga dari Amerika itu sebagai identitas kelompok Cina modern.

Informasi ini diperkuat fakta menjelang dan pada awal kemerdekaan klub-klub bola basket di sejumlah kota besar seperti Jakarta, Medan, Bandung, Semarang, DI Yogyakarta, dan Surabaya sebagian besar tumbuh dari sekolah-sekolah Cina. Dari klub itu pula kemudian lahir salah seorang pemain legenda Indonesia, Liem Tjien Siong yang kemudian dikenal dengan nama Sonny Hendrawan (Pada 1967 Sonny terpilih sebagai Pemain Terbaik pada Kejuaraan Bola Basket Asia IV di Seoul, Korea Selatan. Waktu itu, tim Indonesia menduduki peringkat ke-4 di bawah Filipina, Korea, dan Jepang).

Pada 1948, ketika Negara Indonesia menggelar PON I digelar di Solo, bola basket, sudah menjadi salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan. Ini membuktikan bahwa basket cepat memasyarakat dan secara resmi diakui Negara. Tiga tahun kemudian, Maladi sebagai Sekretaris Komite Olimpiade Indonesia (KOI) yang kemudian menjadi Menteri Olahraga, meminta Tonny Wen dan Wim Latumeten untuk membentuk organisasi bola basket. Namun akhirnya karena tuntutan kebutuhan untuk menyatukan organisasi basket, disepakati pembentukan Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia pada 1955, disingkat Perbasi.[3]

Sekaa Gong Belaluan Sadmerta

  • Sejarah Berdirinya Sekaa Gong Sadmerta

 

Keberadaan Sekaa Gong Sadmerta tidak dapat di lepaskan dari sekaa gong Belaluan. Dengan kata lain, cikal bakal berdirinya Sekaa Gong Sadmerta adalah Sekaa Gong Belaluan yang sudah berjaya sejak tahun 1920an yang keberadaannya sudah banyak di tulis oleh para peneliti dari barat (luar negeri), seperti Miguel Covarrubias yang berkebangsaan Mexiko dan Collin Mc Phee.

 

Terlepas dari permasalahan yang terjadi di internal Banjar Belaluan yang menyebabkan terjadinya “pembekuan” sekaa gong, pada tanggal 24 oktober 1957 dideklarasikan berdirinya Sekaa Gong Sadmerta Denpasar. Pendeklarasian ini atas kesadaran dan tanggung jawab kepada masyarakat dan pemerintah, di dorong oleh jiwa seni yang amat medalam dan pula dengan kemauan untuk tetap mempertahankan nama yang telah diperoleh  baik di dalam maupun di luar negeri, maka tahun ini pula sekaa gong yang berjumlah 80 orang mengkonsolidasikan diri dan membuat satu barungan Gamelan baru serta di beri nama “Sekaa Gong Sadmerta Denpasar”.

 

Kata “Sadmerta” merupakan singkatan dari “Samia Adnyaning Merta” yang artinya kesepakatan bersama diantara anggota sekaa gong untuk mencari penghidupan yang layak berdasarkan bayu, sabda dan idep. Nama ini di patenkan dalam bentuk Prasasti/Bhisama (plutuk) dan di tuliskan dengan aksara Bali di atas daun lontar. Adapun maksud dan tujuan yang terkandung dalam Bhisama ini tekad dari seluruh anggota sekaa guna menghindari kejadian pahit yang telah menimpa sekaa ini tahun 1929 dan tahun 1956.

 

Walaupun hasrat yang sangat besar untuk memiliki seperangkat barungan gamelan, namun di dalam proses perjalanan untuk mencapai hasil bukanlah hal yang mudah. Kendala utama ialah menyangkat dana, sedang modal dasar yang di punyai hanyalah baru merupakan tekad, sedangkan materi merupakan syarat pendukung utama. Di dalam konsolidasi dari anggota Sekaa Gong Belaluan menjadi Sekaa Gong Sadmerta, dan pula sementara menunggu selesainya pembuatan gamelan yang baru, tidak dapat di lupakan pihak yang memberikan bantuan berupa peminjaman alat-alat gamelan, di dalam melaksanakan aktivitas pegelaran di samping menunggu selesainya intrumen yang baru di buat di Puri Belaluan Denpasar.

 

Betapa berterimakasihnya anggota Sekaa Gong Sadmerta terhadap Anak Agung Ngurah Agung serta para semeton puri di Puri Belaluan tidak dapat di gambarkan. Beliau memberikan segala fasilitas yang ada di Puri Belaluan kepada sekaa ini, dan begitu Gamelan yang baru selesai, maka di tahun ini pula permintaan mengadakan pementasan mengalir dari segenap penjuru Kota di Daerah Bali.

 

Mungkin banyak orang yang belum paham betul akan kelahiran Sekaa Gong Sadmerta termasuk para generasi muda di banjar Belaluan Sadmerta sendiri. Kalau banjar-banjar lain di lingkungan Desa Pekraman banjarlah yang membentuk sekaa, namun di Sadmerta sendiri merupakan kebalikannya yaitu Sekaa Gong inilah yang merupakan embrio terbentuknya Banjar Belaluan Sadmerta.

 

Mungkin didorong perasaan jengah yang mendalam setelah kehilangan tongkat untuk yang kedua kalinya. Yang pertama yaitu saat datang dari Batavia di tahun1929 dimana gamelan di tarik oleh pihak Puri Dangin. Dan yang kedua adalah setelah kembali dari China (R.R.T) di tahun 1956 dimana alat-alat gamelan di bekukan oleh pihak  banjar. Mungkin sudah kehendak jaman karena hikmah dari kedua musibah ini menjadikan Sekaa ini bertambah terkenal saja.

 

Peranan Gong Belaluan/Sadmerta di dalam menunjang pertumbuhan Gong Kebyar di Bali semakin nyata (Yudha, skripsi 1988). Hal ini terbukti karena banyak sekali sekaa sekaa gong baik di Kabupaten Badung maupun di Kabupaten lainnya menyampaikan permintaan untuk dapat di latih pola kekebyaran style Sadmerta. Bahkan lembaga-lembaga seni seperti ISI Denpasar pada PKB ke-30 tahun 2008 mementaskan konser 3 jaman yang menyajikan tabuh-tabuh yang di ciptakan di sekaa ini seperti Kebyar Ding dan Tabuh Gesuri yang sampai saat ini masih enak untuk di dengar.

 

  • Prestasi Monumental Sebagai Juara Dalam Mredangga Utsava Tahun 1968

 

Kepopuleran Sekaa Gong Sadmerta di mata masyarakat Bali, tiak hanya tertuju pada pengalaman di tingkat Nasional atau Internasional yang di capai, akan tetapi prestasi yang di raih pada saat dilaksanakannya Bebarungan atau Mredangga Uttsawa sebagai ajang adu kepiawaian memainkan gamelan Gong Kebyar serta menyajikan materi yang di lombakan. Salah satu prestasi monumental yang di capai adalah di menangkannya vandal berlapis Emas sebagai Juara I pada Mredangga Uttsawa pada tahun 1968 yang di selenggarakan oleh LISTIBIA Bali, dimana pada saat itu Sekaa Gong Sadmerta merupakan duta dari Kabupaten Badung dengan mengalahkan duta-duta dari berbagai kabupaten yang ada di Bali.

 

  • Tokoh Dan Pembina Sekaa Gong Sadmerta

 

  1. I Made Regog (almarhum)

I Made Regog merupakan seniman karawitan yang lahir di Belaluan kurang lebih tahun 1900 merupakan putra dari seniman (Maestro Gambuh) I Ketut Keneng, keahliannya di bidang karawitan merupakan tenaga penggerak dari Sekaa Gong Belaluan/Sadmerta di samping itu beliau juga sebagai pelatih serta pelaras gamelan.

 

Tabuh-tabuh ciptaaan beliau yang masih tetap terkenal adalah “Kebyar Ding Surapati” yang sempat di rekam oleh Walter Spies di tahun 1925 dan Odeon (Music in Bali oleh Collin Mc Phee tahun 1966) pada tahun 1928. Di samping Kebyar Ding Surapati di tahun 1928 Odeon pun merekam tabuh Kebyar yang agak pendek oleh I Made Regog yang di beri nama “Jerebu” namun tabuh ini tidak sempat dirilis.

 

I Made Regog telah mendapat beberapa Tanda Pengahargaan yang di anugrahkan oleh Pemerintah kepadanya yaitu :

 

  • Piagam Penghargaan Kerti Budaya
  • Piagam Penghargaan Dharma Kusuma
  • Anugrah Seni dari Pemerintah Republik Indonesia

 

  1. I Wayan Beratha (almarhum)

I Wayan Beratha merupakan seniman composer, serta koreografer, lahir di Belaluan tahun 1926, merupakan putra sulung dari seniman I Made Regog (almarhum) tokoh karawitan di Belaluan. Sejak berumur 12 tahun, I Wayan Beratha telah memulai karirnya sebagai seorang penabuh yang mahir memainkan kendang.

 

Keahliannya di warisi dari ayahnya dan guru-gurunya seperti : Ida Bagus Bodha, I Nyoman Kaler, I Made Grebag, I Wayan Lotering dan beberapa gurunya yang terkenal di Bali Selatan. Sebagai seorang penabuh, I Wayan Beratha telah mengajar hampir di seluruh Kabupaten di Bali.

 

Mengingat daya kreasinya yang kuat, I Wayan Beratha menciptakan tarian-tarian seperti : Tari Tani, Tari Kupu-kupu Tarum, Panyembrahma. Adapun hasil karya beliau adalah

 

  1. Di Bidang Seni Tari (9 Dramatari) :
  • Tari Tani, Tari Yudhapati di tahun 1959
  • Sendratari Jayaprana di tahun 1962
  • Tari Kupu-kupu tahun 1962
  • Sendratari Ramayana tahun 1965
  • Sendratari Maya Denawa tahun 1966
  • Sendratari Rajapala tahun 1967
  • Sendratari Pemuteran Mandara Giri tahun 1975
  • Sendratari Nara Kusuma tahun 1977

 

  1. Di Bidang Tabuh
  • Tabuh Kebyar Jaya Semara di tahun 1958
  • Tabuh Kebyar Swa Bhuwana Paksa di tahun 1959
  • Tabuh Telu Pepanggulan Gesuri tahun 1964
  • Tabuh Kreasi Baru Dharma Kusuma tahun 1967
  • Tabuh Kreasi Palguna Warsa (Juara Festival tahun 1968) di sajikan oleh Sekaa Gong Sadmerta
  • Tabuh Kreasi Baru Kosalia Arini (Juara Festival tahun 1969) oleh Karangasem
  • Tabuh Kreasi Baru Purwa Prustima tahun 1970
  • Tabuh Kreasi Baru Sekarini tahun 1977
  • Tabuh Kreasi Baru Muni Dwara Murti Candra tahun 1977

 

Penghargaan yang pernah I Wayan Beratha peroleh yaitu :

  • Piagam Anugrah Seni oleh Pemerintah Republik Indonesia di Jakarta pada tahun 1977
  • Piagam Penghargaan Kerti Budaya, diberikan Bapak Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kabupaten Badung pada tahun 1979
  • Piagam Dharma Kusuma, Piagam ini di berikan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I  Provinsi Bali di berikan di Denpasar pada tahun 1981, disamping puluhan penghargaan lainnya.

Julukan Inovator juga tepat pula untuk I Wayan Beratha karena sudah menciptakan barungan Gamelan Genta Pinara Pitu serta Semarandana yang sudah beredar  tidak hanya di Bali namun sudah sampai Manca Negara.

 

  1. I Nyoman Geng Darmada (almarhum)

Di samping I Wayan Beratha, I Nyoman Geng Darmada juga merupakan putra dari I Made Regog.  Di awal tahun 1940an, I Nyoman Geng bergabung dalam Group penari di bawah asuhan I Made Grebag dan Ida Bagus Boda serta tokoh petopengan Nyarikan Sriada, dan sudah sering ikut menari untuk acara Drama Tari Topeng. Di samping menari I Nyoman Geng juga merupakan Juru Ugal Sekaa Gong Belaluan.

 

I Nyoman Geng Darmada sudah mendapat Penghargaan Kerti Budaya dari Pemerintah Daerah Tingkat II Badung atas pengabdiannya di bidang Seni Tari dan Tabuh. I Nyoman Geng juga merupakan Pensiunan Karyawan Universitas Udayana dan meninggal tanggal 20 Juli 2004.

 

  1. I Wayan Rugeg (almarhum)

I Wayan Rugeg juga merupakan penabuh handal di lingkungan Sekaa Gong Belaluan/Sadmerta, di samping menabuh juga merupakan asisten dari I Made Regog dalam hal penjurian dari  pelaksanaan Festival/Mebarung Gong Kebyar jaman penjajahan.

 

Diantara para anggota sekaa, malah Rugeg merupakan sosok yang paling melegenda karena memperoleh predikat Triple Winner. Dialah satu-satunya penabuh yang ikut memenangkan 3 kali pertemuan dalam kurun waktu 35 tahun dengan Seka Gong Menyali Buleleng.  Kemenangan I tahun 1933 di Klungkung, kemenangan II tahun 1939 di Denpasar, dan kemenangan ke III kembali di tempat yang sama, yaitu di Klungkung pada tahun 1968 (Mredangga Uttsawa I).

 

  1. Anak Agung Alit Oka (almarhum)

Anak Agung Alit Oka merupakan tokoh di Belaluan pada tahun 1930an, beliau merupakan pasangan Juru Kendang dengan I Made Regog. Di samping keahlian beliau memainkan kendang, beliau juga berprofesi sebagai Tukang Kayu dan memiliki kemampuan khusus di dalam membuat kendang.

 

  1. Anak Agung Ngurah Gede Sumatera

Beliau lahir tahun 1925 dan sejak masih muda merupakan pasangan dari I Wayan Beratha  di dalam Juru Kendang Gong Belaluan sejak tahun 1940an. Beliau juga sebagai juru kendang saat Sekaa Gong Belaluan saat melawat ke RRT (sekarang menjadi Republik Rakyat China). Ngurah Gede dan Wayan Beratha juga pasangan penerus dari I Made Regog dan Anak Agung Alit Oka di buku karangan Adriana.

 

  1. Anak Agung Raka Uslan (almarhum)

Beliau lahir pada tahun 1924, sejak masih anak-anak sudah gemar menari. Pernah di ajari menari Tari Kebyar Duduk Oleh I Ketut Maria (Mario) di samping bakat unggul di dalam menari Tari Baris. Tarian Baris juga membawa Raka Uslan sampai ke China di tahun 1956 serta ke Amerika tahun 1964.

 

  1. Anak Agung Alit Raka Janur (almarhum)

Pada saat aktif Gong Belaluan, beliau berperan sebagai penari Baris di samping Tari Jauk. Beliau juga tokoh kunci di dalam pembentukan Sekaa Gong Sadmerta. Keahlian beliau juga memperkuat crew Gong Belaluan melaksanakan Misi Kesenian Bali di tahun 1956.

 

  1. I Ketut Regig (almarhum)

I Ketut Regig adalah tokoh kunci dalam perjalanan Sekaa Gong Sadmerta dari sejak lahir tahun 1957. Bagaimana pahit serta sakitnya perjalanan sekaa ini, beliaulah yang banyak mengetahui, karena sejak sekaa ini lahir bapak Ketut Regig yang membidaninya dan sejak status lahirnya Banjar Belaluan Sadmerta peran bapak Ketut Regig menjadi sirna, namun Sekaa Gong masih tetap.

 

  1. I Wayan Badera, SH

I Wayan Badera juga merupakan tokoh kunci di lingkungan Sekaa Gong Sadmerta, dan baru menerjunkan diri pada tahun  1959, sebelumnya bapak badera masih Studi di  Universitas Gajah Mada Yogyakarta, dan masa kepemimpinan beliaulah sekaa ini berkibar dan sering mendapat kehormatan mengikuti rombongan Misi Kesenian Nasional.

Mulai tahun 1960, beliaulah juga yang memimpin Sekaa ini ke Istana Negara di Jakarta sampai tahun 1963 setiap ada tamu  Negara dari negara asing, Istana Merdeka, Istana Bogor dan Istana Tampak Siring merupakan langganan pentas bagi Sekaa Gong Sadmerta.  Hubungan harmonis antara Sekaa Gong ini dengan ASTI/STSI juga merupakan jasa Bapak Bedera, mengingat beliau juga cikal bakal dari pendirian ASTI Denpasar.

 

  1. I Wayan Sudhama (almarhum)

I Wayan Sudhama adalah putra dari I Wayan Beratha serta cucu dari I Made Regog, Sudhama merupakan anak sulung. Di penghujung tahun 1970an, I Wayan Beratha secara pelan-pelan mengurangi aktivitasnya dan lebih banyak memberikan peluang yang lebih besar kepada putranya. Keberhasilan pada ajang Festival tahun 1968 juga tidak lepas dari beliau yang pada saat itu berpasangan dengan ayahnya I Wayan Beratha sebagai Juru Kendang. Beliau jugalah yang banyak mentransfer gaya Sadmerta ke sekaa-sekaa yang ada di Bali.

Ketokohan Sudhama di Himpunan Seniman Remaja membawa dampak positif untuk kehidupannya pada saat itu sampai mencapai kedudukan di legislative (menjadi Anggota DPRD) Kabupaten Badung. Tahun 1989 Bapak Sudhama mulai di gerogoti penyakit  seperti gangguan pada jantung, paru-paru serta terakhir gagal ginjal. Bapak Sudhama meninggal pada tanggal 26 Februari 1990. Beliau juga di kenal sebagai pencetus Lomba Baleganjur dan PSR ( Pekan Seni Remaja) yang di warisi hingga saat ini.

  • Barungan Sekaa Gong Sadmerta Belaluan

 

Adapun barungan Gong Belaluan Sadmerta yaitu :

  • 1 buah Terompong moncol 10
  • 1 buah Riong mocol 12
  • 2 buah Pengugal (Giying) don 10
  • 4 buah Pemade (Gangsa) don 10
  • 4 buah Kantilan don 10
  • 4 buah Penyacah (2 Pemade dan 2 Kantilan) don 7
  • 4 buah Jublag don 6
  • 2 buah Jegogan
  • 1 pasang Gong Lanang Wadon (sekarang 2 pasang)
  • 1 buah Kempur (sekarang 2 buah)
  • 1 buah Bebende
  • 1 buah Kajar
  • 1 buah Kempli
  • 1 buah Kemong Gantung
  • 1 set Ceng-ceng
  • 1 set Kendang (Cedugan, Kekebyaran, dan Palegongan)
  • 1 set uling

 

  • Pelawah Gong Sadmerta

 

Pelawah Gong Sadmerta di buat dari kayu Jati dan pembangungan pelawah tersebut di kerjakan langsung oleh Anak Agung Alit Oka di Jero Anom Kanginan Jln.Rambutan dengan di bantu oleh beberapa orang tukang. Semua rancang bangun dari Pelawah tersebut di bawah pengawasan A.A.Alit Oka kecuali ongkos tukang, biaya konsumsi di tanggung oleh A.A.Alit Oka sendiri.

 

  • Ornamen/Ukiran Gong Sadmerta

 

Ornamen/Ukiran di buat dengan style Bebadungan oleh Gusti Putu Raka dari Banjar Abasan Denpasar, namun tukang ukir di datangkan dari beberapa desa seperti Sukawati (Cemenggoan) dan juga dari sekitar Denpasar sendiri.

 

Semuanya di kerjakan di Puri Agung Belaluan Jln.Durian Denpasar. Semua biaya kecuali ongkos tukang di tanggung oleh A.A.Ngurah Agung di Puri Belaluan dan sebagian besar tukang menginap di Puri Belaluan Denpasar.

 

  • Bahan Bilah/Pencon Gamelan

 

Pembuatan bilah maupun pencon dikerjakan juga di Puri Belaluan, dengan mendatangkan para Pande desa Klungkung (Tiyingan), di bawah pengawasan Pande Pan Kondri. Pengerjaan bilah maupun pencon ini memakan waktu kurang lebih 3 bulan, karena di kerjakan secara kolosal, maka penyelesaiannyapun sesuai dengan target.

 

  • Laras Gong Sadmerta

 

Laras dengan nada-nada dasar (Petuding) di berikan oleh I Made Regog dan para Pande hanya menjalankan intruksi dari I Made Regog. Sedangkan yang saih yang di gunakan ialah saih Alit (Selisir) sesuai dengan saih Gong Belaluan terdahulunya. Di dalam pelaksanaan pembuatan gamelan yang baru, banyak sekali sumbangan baik secara material lahan seperti dari Jero Kawan Jln.Veteran yang di dikenal dengan julukan A.A.A. Begitu pula sumbangan dari Puri Agung Denpasar (Puri Satria) dengan material berupa peralatan gamelan, baik pencon maupun bilah yang akhirnya di lebur oleh Pande.

 

Sementara proses pembuatan gamelan berjalan, para sekaa pun sibuk dengan acara megambel dengan meminjam perangkat Gamelan dari Desa Anggabaya, Abiankapas Kaja, serta Jero Kerobokan (Bapak I Gusti Raka). Di samping penggalian dana dari pagelaran, juga sering mengadakan Bazzar di Jaba Puri Agung Belaluan.

 

  • Dana

 

Dana yang di habiskan pada waktu selesainya Gamelan tersebut di tahun 1957 sebesar Rp.80.000,- (Delapan Puluh Ribu Rupiah) dan sebagian masih nunggak di beberapa Bank di Denpasar. Namun begitu Sekaa Gong Sadmerta memulai oprasional pagelaran selang beberapa tahun hutang-hutang tersebut lunas bahkan tahun 1964 begitu kembali dari Amerika Serikat Sekaa Gong Sadmerta dapat membeli tanah yang sekarang di jadikan Balai Banjar Belaluan Sadmerta. Dana Paling Awal ialah dari para Anggota Sekaa leburan Gong Belaluan yang menyumbangkan masing-masing Rp.100,- (Seratus Rupiah). Dari anggota sekaa yang ke Amerika setiap bulannya menyumbang sebesar 5 dollar secara sukarela.

 

  • Perlengkapan Tari

 

Dari awal berdiri hingga akhir tahun 1980an, sekaa ini mewariskan seluruh kostum (pakaian) sesuai dengan ragam tarian yang ada saat itu. Bahkan Institusi KOKAR dan ASTI pun sering di bantu kostum tari yang di butuhkan, mengingat kostum Tari yang ada di Sadmerta merupakan yang paling lengkap.

Dikutip dari buku yang berjudul “Kilas Balik Sekaa Gong Sadmerta Sebagai Duta Budaya Indonesia Pada New York World Fair 1964” oleh I Nyoman Yudha, SSKar.

Mereview sebuah karya tabuh bebarongan baru

Setelah saya menyaksikan pementasan bebarongan baru yang di menampilkan hasil karya dari dua komposer yaitu bapak wayan gede yudana dan bapak wayan sudirana yang menampilkan tiga karya yaitu TABUH PISAN BEBARONGAN, BAH RUANG, SEMBUR TANGI. Banyak sesuatu yang baru dalam permaian musik bebarongan tradisi bali disini. Dimana biasanya dalam permaian gambelan bali melodi pokok yang dimainkan oleh instrument penyacah,jublag,jegog dengan tehnik permainan yaitu biasanya 4 kali pukulan penyacah,1 kali pukulan jublag. Begitu juga dengan jublag, 4 kali pukulan jublag sama dengan 1 kali pukulan jegog , permainan ini biasanya dimainkan dalam komposisi gambelan tradisi bali termasuk juga gending-gending bebarongan tradisi.

Saya melihat dalam karya yang berjudul  BAH RUANG karya komposer bapak wayan gede yudana, banyak sesuatu yang baru dalam karya bebarongan ini beberapa yang saya tangkap yaitu pukulan penyacah,jublag,jegog  dimana pukulan instrumen tersebut sangat berbeda yaitu pukulan penyacah,jublag,jegog mengunakan hitungan yang berbeda dengan tempo yang berbeda-beda namun tetap mengenai salah satu nada sama bahkan tidak mengenai nada yang sama hanya jatuh pukulannya yang sama dengan nada yang berbeda. Disini terlihat bahwa sangat berbeda dengan teradisi dalam gending ini suasana sangat terlepas dari suasana gending bebarongan. Perbedaan juga terlihat pada kotekan gangsa dan kantil, jika dalam tradisi kotekan bebarongan biasanya menggunakan kotek telu(tiga) dimana kotekan tersebut mengikuti nada melodi yang dimainkan, lain dengan karya BAH RUANG ini kotekan yang digunakan lebih dinamis dan kerumitanya cukup tinggi, karya ini hampir tidak menggunakan kotekan tradisi namun dalam karya BAH RUANG ini menggunakan pukulan-pukulan yang hanya mengenai salah satu nada yang ada dalam permainan pukulan penyacah,jublag,jegog atau melodi, motif pukulan gangsa dan kantil yang saya lihat menyerupai motif tradisi yaitu pukulan ngoncang dan norot.  motif pukulan gong  dan kelentong yang di pukul dengan mengunakan  hitungan yang tidak pasti dalam satu bar,yang berbeda dengan   pukulan gong tradisi yaitu dalam tradisi memukul gong dan klentong dengan hitungan yang tetap dalam satu bar, sehingga membuat suasana bebarongan itu sendiri menjadi sangat baru di telinga saya.

Berikutnya tabuh bebarongan dengan judul SEMBUR TANGI karya bapak wayan sudirana mungkin disini karya musik yang di garap masih terdapat unsur,unsur tradisi  menurut saya, karena masih adanya mengunakan motif kotek telu dan masih menggunakan beberapa melodi dengan pukulan penyacah,jublag,jegog sesuai tradisi. Pada bagian pengrangrang di awal gending pukulan nada penyacah,jublag,jegog memukul menggunakan hitungan dan terjadi pukulan dalam istilah musik bali yaitu ngempyung,tetapi ngempyung dalam karya ini berbeda dengan nada ngempyung pada tradisi .Yang memembedakan karya SEMBUR TANGI ini dengan karya bebarongan tradisi yaitu salah satunya adalah hitungan melodi  dimana hitungan yang di gunakan berfariasi mulai dari hitungan 9,3,5 ketukan pada satu bait melodi  dan dalam tradisi hitunganya genap seperti 4,8,16 ketukan,. namun karya ini hitunganya ganjil tetapi saling bertemu biasanya disebut dengan motif pholymeter. Bagian akhir dari karya ini terdapat motif-motif yang menyerupai gending BAH RUANG namun dalam karya SEMBUR TANGI menggunakan tempo tetap.