Jun
28
2011
84

Sejarah Gamelan Gong Kebyar


Perangkat atau barungan Gong Kebyar diperkirakan lahir tahun 1915 di Desa Bungkulan Kabupaten Buleleng hal ini berdasarkan hasil informasi dari para seniman dan Empu Karawitan Bali. Namun sampai saat ini pernyataan ini baru bersifat asumsi atau dugaan sementara, karena belum dilandasi dengan data-data yang pasti. Istilah kebyar digunakan untuk menyebut nama perangkat/barunan gambelan ini, kemungkinan karena adanya kesan dari hasil tabuhannya yang serentak, bunyinya yang keras diibaratkan seperti lampu yang dinyalakan dengan terang.

Disamping itu menurut Mcphee (1996 : 328) Gong Kebyar merupakan salah satu bentuk gambelan Bali yang menggunakan laras pelog lima nada (panca nada) dengan tahun kelahiran yang sama yaitu pada tahun 1915. Salah satu sebab munculnya gambelan ini yaitu adanya kebanggaan untuk “berkompetisi” dari masyrakat khususnya seniman Bali. Sejak pemunculannya gong kebyar telah mampu merebut hati masyarakat karena gambelan ini merupakan salah satu media yang dipergunakan oleh para seniman untuk mengungkapkan ekspresi estetiknya baik yang masih mengacu pada tradisi maupun yang benar-benar ingin mendapatkan sesuatu yang baru.

Gong kebyar ini pada mulanya berasal dari barungan gong gede yang terdiri dari lima bilah, namun sesuai dengan perkembangannya gong gede ini telah mengalami perubahan bentuk menjadi Gong Kebyar namun gending-gending tersebut tidak berubah ciri khasnya bila diperdengarkan dengan menggunakan gambelan Gong Kebyar. Suasana yadnya yang agung dan megah tetap terasa dan membawa orang akan terbayang dengan kedamaian.

Gong kebyar ditabuh untuk pertama kalinya menyebabkan terjadinya kekagetan yang luar biasa. Masyarakat menjadi tercengang dan ternak sapi yang sedang diikatkan di ladang dan di kandangnya terlepas dan lari tunggang langgang.

Kebyar adalah tabuhan bersama dan serentak yang diikuti oleh hampir semua tungguhan pada perangkatnya kecuali tungguhan suling, kajar, rebab, kempul, bebende kemong, kajar dan terompong. Bentuk kebyar merupakan salah satu bagian dari satu kesatuan gending yang letaknya bisa di depan, di tengah atau di bagian akhir. Jenis tabuhan kebyar ini sering digunakan pada iringan tarian maupun tabuh petegak (instrumental). Karena itu kebyar memiliki nuansa yang sangat dinamis, keras dengan satu harapan bahwa dengan kebyar tersebut mampu membangkitkan semangat.

Written by in: Lainnya |
Jun
28
2011
1

Perkembangan Tari Oleg Tamulilingan

Perkembangan Tari Oleg dalam beberapa periode belakangan memang mengalami perubahan gerak Perkembangan ini dilakukan oleh Sekaa Gong Belaluan, Denpasar, di bawah komposer terkenal I Wayan Berata, sebelum tahun 1960. Selanjutnya terjadi pula perkembangan pada perbendaharaan gerak tarinya. Jika diamati dengan cermat, perubahan itu bisa berakibat buruk. Pengenalan gaya Mario menurut Agung Suparta lebih memicu kreativitas generasi muda terhadap bentuk-bentuk “pemberontakan” Mario pada masanya. “Dalam tari Oleg Tamulilingan, bisa dilihat simbol-simbol pemberontakan gerak yang dilakukan Mario dalam seni tari Bali,” tutur seorang pengamat seni muda Tabanan, Putu Arista Dewi.

Gaya asli Mario memang seharusnya dikenali secara cermat. Banyak puncak-puncak pencapaian gerak dari Mario yang sulit ditandingi seniman masa kini. Misalnya dari segi properti, kipas, panggul terompong dan kancut dalam tarian ciptaan Mario bukan hanya berfungsi sebagai alat semata, namun menyatu dan saling mendukung dalam gerak tubuh penari. “Oleh sebab itu gaya Mario perlu dilestarikan, sebelum punah dan sulit melacak asal-usulnya,” ujar Ayu Trisna Dewi Prihatini, pengelola sekaligus Pemilik Sanggar Tari Ayu di Tabanan. Dosen Karawitan Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Denpasar, I Made Arnawa, S.S.Kar menambahkan, lomba tari Oleg secara berkesinambungan akan mampu membuktikan sejauhmana ciptaan Mario ini telah direvisi dan diaplikasikan oleh koreografer penerus. I Gusti Ayu Raka Astuti asal Kedaton, Denpasar, yang mantan pengajar tari Oleg Tamulilingan di Kokar (kini SMK 3 Sukawati) Bali, bertutur soal itu. Katanya, ketika ia menarikan Oleg yang telah direvisi di hadapan I Mario sang pencipta Oleg, ternyata Mario sendiri tidak bereaksi alias mendiamkannya saja. Sebelumnya, Raka Astuti diajar tari Oleg yang “asli” gaya Mario oleh guru tari asal Lebah, Denpasar, I Wayan Rindi.

Di situ Raka Astuti melakukan perubahan pada bagian papeson. Saat akan bergerak di samping, dirasakan agem nampak lukus — kurang enak. Bila bergerak ke samping kiri, tangan kanan digerakkan di depan dada menuju ke arah samping kiri. Menurut Raka Astuti, gerakan itu akan menutupi muka dan mengakibatkan olah tubuh tidak kelihatan.Menghindari hal itu, maka ia membuat olah gerak baru, bila akan ke samping kiri maka tangan kiri yang digerakkan lebih dahulu ke kiri dan olah tubuh akan nampak dengan gerakan badan nyeleyog ke kiri. Masih dalam papeson, sebelum menghadap ke samping kanan ataupun kiri, ada tambahan gerakan angsel kado. Demikian pula pada perbendaharaan gerak lainnya terdapat pembaruan-pembaruan lain. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1961. Inilah yang kemudian mengantarkan Raka Astuti sebagai salah seorang penari Oleg Tamulilingan yang memiliki gaya tersendiri.Dalam koreografinya, sebelum penari “kumbang jantan” atau muanin Oleg memasuki arena, Oleg Tamulilingan sebagai simbol “kumbang betina” menari sendirian. Jadi ini merupakan tari solo. Hal ini memberi ruang lahirnya berbagai style Oleg sesuai dengan kemampuan dan ciri pribadi masing-masing penarinya.

Written by in: Lainnya |

Powered by WordPress | Theme: Aeros 2.0 by TheBuckmaker.com