Archive for the ‘Tulisan’


PERANAN JEGOG SEBAGAI SALAH SATU KESENIAN KHAS DALAM MELESTARIKAN KEBUDAYAAN DAERAH DI KABUPATEN JEMBRANA

ABSTRAKSI

PERANAN JEGOG SEBAGAI SALAH SATU KESENIAN KHAS DALAM MELESTARIKAN KEBUDAYAAN DAERAH DI KABUPATEN JEMBRANA.

I Made Dwi Adi Hartawan                                                                                                                                                                                                 Tahun 2013

              Kesenian “Jegog” adalah merupakan kesenian khas yang hanya tumbuh dan berkembang di Kabupaten Jembrana. Oleh karena itu kesenian jegog boleh di katakan kesenian unik dan menarik untuk di peroleh datanya, terutama latar belakan di bentuknya. Lebih lanjut kelestarian dan keberadaan kesenian ini adalah masalah yang penting artinya bagi kasanah kebudayaan dan kesenian bangsa.terutama sangat penting artinya dalam rangka menumbuh kembangkan industri pariwisata di daerah ini. Dalam penelitian ini diungkapkan mengenai peranan  kesenian jegog itu dalam melestarikan kebudayaan daerah di Kabupaten Jembrana seperti latar belakang sejarah lahirnya kesenian jegog, komponen-komponen yang terdapat dalam kesenian jegog dan seiring dengan kesenian jegog ditinjau pula secara umum, dan tidak kalah pentingnya adalah peranan seni Jegog sebagai salah satu seni khas di wilayah jembrana dalam melestarikan kebudayaan daerah.

Melihat kondisi geografis Kabupaten Jembrana terutama zaman dahulu yang merupakan hutan yang sangat luas (Jimbar Wana) maka alam merupakan salah satu pendorong kreativitas manusia. Demikian pula kesenian yang merupakan salah satu dari bagian kebudayaan secara menyeluruh atau (cultura universal) tumbuh untuk memenuhi kebutuhan manusia akan rasa keindahan. Diambil dari bilah-bilah kayu yang banyak lahirlah kesenian Jegog yang mana kreasi tabuhnya itu tumbuh dari inspirasi seni yang tinggi. Peranan kesenian jegog didalam masyarakat adalah sebagai sarana penghibur dengan suara merdu, lembut, mengalun tatkala menabuhkan tabuh tertentu dan suara gemuruh bertalu-talu seperti alunan samudra. Kesenian jegog memang tumbuh dan berkembang di Kabupaten Jembrana, dalam hal ini di empat kecamatan yaitu  Kecamatan Negare, Kecamatan Mendoyo, Kecamatan Melaya, dan Kecamatan Pekutatan. Kesenian khas Jegog ini memang telah menjadi aset nasional dalam bidang pengembangan pariwisata daerah untuk itu perlu ditumbuh kembangkan selaras dengan perkembangan zaman dan pariwisata. Jegog memang mampu berperan dalam hal yang satu ini. Untuk tujuan tersebut peranan masyarakat, Pemerintah Daerah Tingkat II Jembrana dan Pemerintah Daerah Tingkat I Bali serta unsur yang terkait sangat dituntut kepeduliannya terhadap hal tersebut. Tentu dengan majunya pariwisata merupakan aset nasional yang harus dikembangkan secara terus menerus.

BAB  I

P E N D A H U L U A N

Dalam BAB PENDAHULUAN ini saya jelaskan secara

berturut-turut mengenai  :

1.1. Latar Belakang Masalah.

1.2. Tujuan Penelitian.

1.3. Rumusan Masalah.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian.

1.5. Penjelasan Istilah.

1.1.   Latar Belakang Masalah  :

Pulau Bali yang lebih dikenal sebagai Pulau Dewata adalah : Pusat Pariwisata Indonesia bagian tengah, karena kesenian daerahnya yang indah serta penduduknya yang ramah dan terbukti bagi setiap bangsa asing.

Para Wisatawan dalam dan Luar Negeri sangat tertarik pada pulau Bali baik dari segi keindahan alamnya seperti: Panorama daratan, sawah, kebun, pantai dan pegunungannya serta sangat tertarik menyaksikan budaya Bali seperti : SENI TRADISIONAL BALI dalam bentuk tari-tarian instrumen bali serta seni budaya yang lainnya. Demikian pula keramahan orang Bali, peninggalan sejarah dan adat istiadat. Salah satu yang disoroti adalah : Seni Instrumental Tradisional yang khas dan tumbuh didaerah Jembrana yang lebih dikenal dengan nama “SENI  JEGOG”. Sesuai dengan judul Peranan Jegog Sebagai Salah Satu Kesenian Khas Dalam Melestarikan Kebudayaan Daerah di Kabupaten Jembrana.

1.1.1.   Penulis tertarik untuk meneliti kesenian jegog sebagai salah satu bagian dari kesenian khas jembrana, yang merupakan salah satu aset pembangunan industri daerah Jembrana dalam rangka menunjang program pembangunan pariwisata budaya bali.

1.1.2.   Penulis memiliki minat yang mendalam serta di dorong pula oleh perasaan wajib untuk mempelajari lebih mendalam tentang salah satu kesenian khas yang tumbuh di Kabupaten Jembrana.

1.2.   Tujuan Penelitian  :

Berdasarkan atas beberapa latar belakang masalah yang dikemukakan dalam penulisan judul penelitian ini, maka sudah tentu mempunyai suatu tujuan, apalagi suatu kegiatan yang bersifat ilmiah.

Haruslah mempunyai tujuan yang jelas. Dengan ditetapkannya tujuan yang jelas akan membantu menentukan dan menyiapkan saran yang dilakukan demi tercapainya tujuan tersebut.

Sesuai dengan judul dan latar belakang penelitian maka yang menjadi tujuan penulisan karya ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1.2.1.   Untuk mengenal lebih mendalam tentang tentang faktor-faktor yang melatar belakangi adanya kesenian Jegog di Kabupaten Jembrana.

1.2.2.   Untuk mendapatkan data yang rinci tentang komponen-komponen kesenian Jegog.

1.2.3.   Untuk mengumpulkan data yang mendalam dan banyak tentang peranan Jegog sebagai salah satu kesenian khas dalam melestarikan kebudayaan daerah di Kabupaten Jembrana.

1.3.   Rumusan Masalah :

Setelah diuraikan secara terperinci latar belakang masalah, maka untuk memperoleh sasaran dari penelitian perlu dirumuskan masalahnya secara lebih tegas. Selanjutnya dibawah ini akan di kemukakan beberapa rumusan sebagai berikut :

1.3.1.   Faktor-faktor apakah yang menjadi latar belakang lahirnya kesenian Jegog di Kabupaten Jembrana.

1.3.2.   Komponen-komponen apa saja yang terdapat dalam kesenian Jegog sehingga melahirkan kesenian yang khas yang menunjukan keluhuran nilai budaya Indonesia.

1.3.3.   Dari usaha pencarian data tersebut, penulis berusaha untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih mendalam tentang peranan Jegog sebagai salah satu kesenian khas daerah Jembrana dalam rangka usaha Pemerintah untuk melestarikan seni budaya luhur dan tradisional lokal.

1.4.   Ruang Lingkup Penelitian :

Berdasarkan Sub Bab 1.1., 1.2. dan 1.3. yaitu tentang latar belakang penelitian dan rumusan masalah yang di kemukakan diatas, ruang lingkup penelitian hanya akan menyoroti obyek penelitian saja.

Adapun obyek penelitian dari masalah ini dapat di uraikan menjadi dua yakni obyek utama dan obyek pembanding sebagai tambahan. Yang nama kedua obyek ini mempunyai hubungan yang sangat erat.

1.5.    Penjelasan Istilah  :

Dalam Sub Bab ini akan dicoba menjelaskan beberapa istilah yang dianggap penting dalam kaitannya dengan Judul yaitu  : “Peranan Jegog Sebagai Salah Satu Kesenian Khas Dalam Melestarikan Kebudayaan Daerah di Kabupaten Jembrana :

Adapun istilah –istilah yang perlu mendapatkan penjelasan sehingga Pembaca menjadi bertambah jelas dengan pengertiannya dan tidak akan timbul salah tapsir ataupun salah pengertian antara lain :

1)      Peranan.

2)      Jegog.

3)      Kesenian.

4)      Kebudayaan Daerah.

5)      Kabupaten Jembrana.

1.5.1.   Peranan.

Menurut Tim Pusat Pembina dan Pengembangan Bahasa, dalam kamus besar bahasa indonesia, kata Peranan berarti: bagian dari utama yang harus di masyarakat.

1.5.2.   Jegog.

Jegog adalah sebuah seni instrumen yang sifatnya khas (khusus). Nama seperangkat gamelan yang terbuat dari beberapa batang bambu, yang mana sebutan jegog diambil dari instrumen yang terbesar dan gamelan ini hanya ada dan dimiliki oleh Daerah Jembrana saja.

1.5.3.   Kesenian Khas.

Kata ini memiliki dua suku kata yaitu: kesenian dan khas.

Ø  Kesenian merupakan kata jadian yang berasal dari kata ke dan akhiran an, sehingga menjadi kesenian. Kesenian adalah kecakapan membuat atau menciptakan segala sesuatu yang elok atau yang indah.

Ø  Sedangkan Khas adalah : Setiap daerah memiliki kesenian yang tidak dimiliki oleh daerah lain.

Kesenian Khas adalah:  Kecakapan membuat atau menciptakan sesuatu yang indah yang hanya ysng hanya ada di suatu daerah saja yaitu Kabupaten Jembrana.

1.5.4.   Kebudayaan Daerah

  • Kebudayaan berasal dari Bahasa Sansekerta, buddayah yang merupakan bentuk jamak dari kata budi yang berarti akal. Dengan demikian kebudayaan dapat di artikan sebagai hal-hal yang berhubungan dengan budi atau akal.
  • Dengan demikian kebudayaan adalah komplek yang mencangkup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan manusia sebagai anggota masyarakat.
  • Daerah.

Menurut W.J.S. Poerwardarminta, dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata berarti : lingkungan suatu Pemerintahan (kekuasaan), tempat sekeliling yang termasuk dalam lingkungan suatu kota. Dengan demikian daerah berarti : local atau setempat. Sehingga kebudayaan daerah berarti : Segala hasil karya manusia yang lahir dari budhi, rasa dan karsa manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup bermasyarakat dalam suatu daerah.

1.5.5.   Kabupaten Jembrana.

Kabupaten Jembrana adalah salah satu dari deapan buah Kabupaten yang ada di Propinsi Bali yang terletak paling barat yang merupakan jalur penghubung antara Propinsi Jawa Timur dengan Propinsi Bali (Pulau Bali). Dengan batas-batas sebagai berikiut :

o   Sebelah barat Selat Bali.

o   Sebelah utara Kabupaten Buleleng.

o   Sebelah timur Kabupaten Tabanan dan

o   Sebelah selatan Samudra Indonesia.

BAB II

P E M B A H A S A N

Jegog adalah salah satu perangkat kesenian tradisional yang khas di Kabupaten Jembrana. Kesenian ini cukup populer dikalangan penduduk di pedesaan maupun dikalangan masyarakat bahkan sudah diperkenalkan untuk menyambut para wisatawan manca negara ataupun wisatawan dalam negeri. Sebagai kesenian sebuah daerah penulis berusaha mengungkap tentang kesenian ini.

2.1.  Latar Belakang Sejarah Lahirnya Kesenian Jegog.

Meninjau suatu bentuk kesenian harus dimulai dari asal-usulnya karena hal tersebut dapat memperjelas letak permasalahan yang akan dihadapi. Demikian pula mengenai asal-usul kesenian jegog ini akan diungkapkan tentang asal-usul yang sebenarnya. Dalam hubungan dengan latar belakang ini ada beberapa masalah penting yang ingin diungkapkan antara lain :

a.       Kapan lahirnya kesenian jegog.

b.      Dimana lahirnya.

c.       Siapa penciptanya.

d.      Mengapa kesenian jegog dilahirkan.

e.       Bagaimana peroses lahirnya kesenian jegog.

Menanggapi pertanyaan-pertanyaan diatas tentu tidak semudah memecahkan masalah, mengungkap kesenian ataupun bentuk-bentuk kesenian yang populer. Karena kesenian yang demikian lebih banyak bersifat individualdalam penciptaannya yaitu diciptakan oleh orang tertentu dan yang demikian dilindungi hak cipta. Sedangkan kesenian jegog di jembrana ini tidaklah demikian karena kesenian ini sudah diakui milik masyarakat. Karena dalam hal ini masyarakat pedesaan pada umumnya adalah masyarakat yang gemenischaft (peguyuban) sehingga segala ciptaan adalah milik bersama. Secara singkat kesenian ini merupakan kesenian yang tumbuh di Kabupaten Jembrana. Berdasarkan dugaan, terdahulu dengan memandang keadaan masyarakat jembrana yang dengan budaya Hindu dan dengan kekayaan alam yang penuh ditumbuhi hutan.

Jembrana berasal dari nama Jimbarwana yang berarti, Jimbar = luas, Wana = hutan. Jimbarwana adalah hutan yang sangat luas. Menurut tradisi dan cerita rakyat daerah ini dahulu merupakan hutan yang amat luas sehingga menjadi daerah pembuangan. Hutan yang luas kemudian dijadikan tempat tinggal, persawahan maupun peladangan. Dari bilah-bilah kayu yang ada dan bentuk memenuhi rasa seni mereka menciptakan seni instrumental dari bilah-bilah kayu yang kemudian dikenal dengan nama jegog.

Jegog dengan bilah-bilah kayu mulai dikenal oleh masyarakat jembrana pada tahun 1912. Dengan demikian jika ditarik suatu kesimpulan bahwa secara riil jegog mulai dikenal masyarakat jembrana pada tahun 1912 yaitu berdiri pertama kalinya di Banjar Sebual Desa Dangin Tukadaya dibuat oleh nang gliduh. Seperti diketahui jegog tidaklah langsung seperti keadaan sekarang karena jegogpun mengalami perkembangan dari yang paling sederhana dengan keadaan yang sekarang ini.

Asal mula seni jegog adalah merupakan perkembangan lebih lanjut dari kesenian tingklik (seperangkat alat tetabuhan atau instrumen tradisional) yang diletakan di sebuah gubuk kecil di kebun. Pada umumnya setiap ladang atau sawah yang agak jauh dari tempat tinggal para petani dibuatkan sebuah gubuk kecil yang lazim disebut kubu. Fungsi gubuk kecil atau kubu itu adalah tempat istirahat sementara bagi petani dengan keluarganya atau untuk menyimpan alat-alat pertanian. Ternyata tingklik digemari dan mendapat perhatian dari masyarakat petani yang kemudian membuat tingklik dengan jumlah yang lebih banyak dengan susunan nada yang teratur. Lebih lanjut instrument ini boleh disebut sebagai cikal bakal kesenian jegog karena dari tingklik yang terbuat dari bilah-bilah kayu yang lebih besar.

Bila dilihat dari segi bentuk jegog pada mulanya jauh berbeda dengan bentuk jegog yang sekarang. Jegog pada mulanya terbuat dari bilah-bilah kayu. Inspirasi petani itu timbul ketika ia berhadapan dengan kayu yang besar tatkala menebang kayu, kayu yang besar dan yang kecil dikumpulkan sehingga menimbulkan hasrat untuk menciptakan tingklik yang dibuat dengan mempergunakan kayu. Pada saat masyarakat merabas hutan dengan menebang kayu yang besar dan yang kecil, maka dari bilah-bilah kayu yang berserakan tercetuslah kesenian jegog yang sekarang berkembang di Kabupaten Jembrana.

Pada mulanya menurut penuturan seorang Responden, beliau dengan keadaan sunyi di kebun, dipinggir sawahnya dalam keadaan sunyi terdengar suara alunan yang merdu dari suatu tabuh yang sangat melekat dan sangat indah kedengarannya. Sehingga suatu ketika ia menemukan bilah-bilah kayu yang ia coba membuat dan mencoba mengkombinasikan dengan mempergunakan tingklik yang terbuat dari bilah-bilah kayu. Tingklik itu tidak lagi dibuat satu, namun dibuat pula bentuk yang lain sehingga jumlahnya berpariasi dan dapat menimbulkan alunan suara yang merdu.

Gambelan Jegog yang terbuat dari kayu itu berlangsung dari tahun 1912 sampai tahun 1934. Hal ini jelas diketahui karena dari tahun ke tahun kesenian jegog berkembang diiringi dengan tari-tarian. Dari kesenian jegog yang dibuat dari bilah-bilah kayu yang kemudian disempurnakan menjadi jegog yang dibuat dengan mempergunakan bambu yang berbentuk grantang atau bumbung bambu mempergunakan potongan bambu yang tidak dibelah.

Contoh :

Untuk memudahkan bahwa ketempat pertunjukan selanjutnya jegog mendapat inspirasi dari seni angklung grantang, kemudian bilah-bilah kayu dari jegog diganti dengan bentuk grantang.

Demikianlah seni jegog yang terus mengalami perkembangan sampai saat ini dalam bentuk yang lebih sempurna.

2.2.    Komponen-komponen yang terdapat dalam kesenian Jegog.

Apabila kita lihatsuatu barungan gamelan jegog terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut :

2.2.1.   Gerantang jegog yakni sederetan instrumen yang letaknya paling depan yang terdiri dari tiga buah dengan fungsi sebagai berikut :

a.       Instrumen tengah berfungsi sebagai patus atau pemuka tabuh instrumen ini memiliki ukuran lebih besar jika dibandingkan dua tungguh instrumen pengapit atau pendampingnya.

Adapun fungsi ke tiga instrumen ini ialah sebagai pemegang not pokok (pengabun), dari suatu gending instrumen ini biasanya lazim dikenal dengan istilah Barangan.

b.      Tiga buah instrumen yang terdapat di belakang deretan instrumen barangan yang ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan deretan pertama umumnya instrumen ini lebih dikenal dengan sebutan Kantil (kancil).

c.       Deretan ke tiga yang terdapat di belakang instrumen kancil ialah instrumen dengan ukuran yang lebih kecil yang suaranya agak cempreng atau nyaring yang disebut dengan Suir.

d.      Selanjutnya disebelah instrument suir, sebelah sisi kanan dan kiri suir di apit dengan instrumen yang bernama Kuntung.

e.       Diposisi selanjutnya terdiri dari dari dua deretan gerantang yang ukurannya lebih besar dari deretan pertama dan kedua (barangan dan kantil) jenis instrumen ini lazim disebut Undir.

f.       Adapun fungsi instrumen ini yakni sebagai pemanis tabuh dan dibunyikan menurut nada-nada pokok saja. Jika kita bandingkan dengan instrumen gong kebyar maka dapat di samakan dengan instrumen Calung.

g.      Deretan dengan posisi yang paling belakang yang letaknya di tengah-tengah instrumen undir ini lebih dikenal dengan sebutan JEGOG. Bila dilihat dari sisi fungsi instrumen ini adalah memberikan irama dari akhir suatu gending. Jika di samakan dengan barungan gong kebyar dapat disamakan denan instrumen Jegogan. Instrumen jegog yang terletak pada barisan paling belakang yang di pukul oleh dua orang peabuh.

Dalam suatu barungan tabuh kesenian Jegog didukung oleh instrumen–instrumen yang dimaksud seperti :

–   2 buah kendang (Gupekan).

–   1 buah ceng-ceng ricik.

–   1 buah tawa-tawa.

–   1 buah suling (seruling).

Alat-alat tersebut diatas ditempatkan pada posisi paling depan dari jenis-jenis instrumen yang ada. Apabila terdapat atraksi-atraksi ekstra seperti vokal grup, maka dari jumlah instrumen yang ada, ditambah lagi dengan dua buah gerantang yang berlaras selenro dengan jumblah daun sebanyak 14 buah dan instrumen ini lazim di beri nama “Tingklik Jawa”. Adapun fungsi instrumen ini berfungsi sebagai pengiring lagu-lagu nasional sesuai dengan keinginan para pendukungnya.

2.3    Peranan Jegog sebagai salah satu seni khas wilayah Jembrana dalam melestarikan kebudayaan daerah.

Kalau dilihat peranan jegog dalam masyarakat dari dahulu pada saat baru diciptakan hingga sekarang, memiliki peranan yang sangat penting dalam sistemmasyarakat di Kabupaten Jembrana yaitu antara lain dapat di perinci sebagai berikut :

2.3.1.   Sebagai salah satu dari kesenian dengan fungsi utama menghibur masyarakat atau mengisi waktu-waktu senggang terutama sehabis musim tanam. Demikian pula setelah musim panen berakhir maka sangat diperlukan sekali hiburan untuk memeriahkan upacara seperti upacara perkawinan dan upacara-upacara lainnya.

2.3.2.   sebagai sarana penerangan masyarakat yaitu memberikan pesan-pesan pembangunan yang bisasanya disampaikan lewat DAG (Pemimpin Peglaran) dalam atraksi-atraksi yang ditampilkan dalam kesenian jegog.

Pesan-pesan penerangan pembangunan tersebut bisa diberikan oleh kesenian ini baik yang dahulu maupun dalam waktu yang akan datang sehingga peranan kesenian jegog bisa dibangkitkan dan dilestarikan terus pada masa yang akan datang.

2.3.3.   Sebagai sarana pendidikan perjuangan kepada masyarakat dengan mengambil cerita yang populer seperti perjuangan pada zaman revolusi kesenian jegog dapat membangkitkan semangat perjuangan cinta tanah air dan memberikan memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang arti dari perjuangan.

Dengan mengambil cerita yang bertema perjuangan mengusir penjajah maka kesenian jegog mampu membangkitkan semangat juang cinta tanah air dengan bangsanya.

2.3.4.   Sebagai aset pembangunan pariwisata.

Jegog sebagai kesenian khas di kabupaten jembrana memiliki potensi yang sangat unik dan menguntungkan jika dikembangkan terus terutama sebagai sarana menghibur masyarakat, apalagi mampu mempromosikan untuk menghibur para tamu yang berasal dari luar dan dalam negeri.

Kesenian jegog mampu mengikat wisatawan yang berkunjung ke daerah ini karena kesenian tersebut bisa dikaitkan dengan kesenian-kesenian lain seperti: mekepung dan kendang mabarung.

Melihat peranan ini sangat menguntungkan bagi pembangunan pariwisata untuk menunjang Bali sebagi pusat pariwisata budaya Indonesia bagian tengah.

2.3.5.   Sebagai sarana untuk memanggil warga masyarakat untuk melakukan gotong royong.

Pada jaman dahulu jegog memiliki peranan yang sangat unik memanggil masyarakat desa untuk melakukan gotong-royong. Peranan kesenian jegog adalah untuk memanggil orang-orang kampung atau masyarakat untuk bersama-sama melaksanakan kegiatan gotong-royong seperti : membuat atap rumah, membuat bangsal untuk upacara, serta kegiatan-kegiatan sosial lainya yang melibatkan masyarakat banyak.

Peranan ini bisa ditingkatkan sebagai hasanah seni daerah yang memberikan gugahan kepada seni beladiri seperti pencak silat.

Demikian peranan serta fungsi kesenian jegog bagi usaha melestarikan kesenian daerah di Kabupaten Jembrana.

BAB  III

P E N U T U P

            Dari uraian penyajian diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut :

3.1.    Kesimpulan  :

3.1.1.   Kesenian jegog adalah salah satu kesenian khas di Kabupaten Jembrana yang tumbuh di dalam kalangan masyarakat pedesaan yang agraris.

Catatan yang terdapat kesenian tumbuh pertama kali pada tahun 1912 di Desa Dangin Tukadaya Banjar Sebual dan pendirinya adalah Nang Gliduh atau yang terkenal dengan nama Kyang Gliguh.

3.1.2.   Kesenian ini berkembang dalam masyarakat Seiring dengan perkembangan zaman. Kesenian mendapat tempat di hati rakyat dan terkena pengaruh kesenian-kesenian lainnya, baik dalam bidang perangkat instrumennya, maupun didalam bidang tarian, seperti masuknya seni drama ke dalamnya.

3.1.3.   kesenian yang merupakan kesenian khas memiliki beberapa peran penting untuk tetap dilestarikan perananya itu antara lain :

–   Sebagai sarana penghibur masyarakat di pedesaan dalam mengisi waktu senggang.

–   Sebagai sarana perangkat masyarakat dengan memberikan pesan-pesan pembangunan.

–   Sebagai alat untuk memberikan kepada masyarakat terutama di pedesaan dengan menampilkan pemain yang mengambil cerita tentang perjuangan dalam revolusi fisik guna membuktikan semangat cinta tanah air, rela berkorban demi kepentingan negara dan bangsanya.

–   Disuguhkan kepada para wisatawan baik yang berasal dari dalam negeri maupun yang dari luar negari sebagai sebuah aset pembangunan pariwisata di Kabupaten Jembrana.

–   Sebagai sarana untuk memanggil warga masyarakat untuk mengadakan gotong royong dan mengerjakan saran-saran umum.

3.2.    Saran-saran.

Dari kesimpulan diatas yang dapatlah  penulis sarankan beberapa hal  :

3.2.1.   Kesenian jegog sebagai kesenian khas, harus tetap dilestarikan. Adapun carayang tepat untuk melestarikannya ialah yaitu dengan membentuk sentra-sentra kesenian jegog.

3.2.2.   Disamping menambah tarian dalam kesenian Jegog juga perlu ditambah dengan atraksi-atraksi lainnya.

DAFTAR INFORMAN

1.     Nama                            : I Nengah Dharma S.Pd

        Tempat tahun lahir  : Delod Brawah, Tahun 1957.

        Pekerjaan                     : Guru Sejarah dan Seni Buya di SMK N 1 Negara- Jembrana.

        Pengalaman                 : Guru di SMK Marga Ginawe, SMK N 2 Baluk, Kab. Jembrana, dan SMK N 1 Negara.

      2. Nama                            : I Wayan Dhena. (alm)

          Tempat tahun lahir  : Delod Brawah, Tahun 1925

          Pekerjaan                     : Kepala Desa Delod Brawah, Kecamatan Mendoyo, Dati II Jrmbrana.

          Pengalaman                 : Tokoh Kesenian Jegog Delod Brawah.

BARUNGAN GAMELAN JEGOG

 

I. Pengertian.

Pengertian dari barungan gamelan jegog ini merupakan salah satu perangkat gamelan bali yang bilah – bilahnya terbuat dari bambu. Tiap – tiap tungguh instrumen yang membangun perangkat jegog itu sendiri terdiri dari 8 bilah, tergantung sedemikian rupa pada pelawahnya di mainkan dengan mempergunakan dua panggul baik terbuat dari kayu maupun karet, jegog memakai laras pelog empat nada dengan nada yang khas sehingga akan menimbulkan laras yang sangat unik dan menarik. Gamelan barungan jegog ini mulai tumbuh dan berkembang di kabupaten jembrana yaitu kabupaten yang terletak di ujung barat pulau bali (bali barat).

II. Laras jegog.

Laras jegog merupakan rangkaian atau urutan nada – nada dalam satu oktaf yang telah memiliki jarak nada atau sruti tertentu. Secara garis besarnya di bali di kenal dengan dua macam laras yaitu laras Pelog dan Selendro. Kalau laras slendro urutan nada – nada dalam satu oktaf  dimana padantara dan srutinya tidaklah sama.

Jegog terdiri dari empat nada dalam satu oktafnya,dengan urutan nada; dang, deng,dung, ding, (            ). Dengan urutan nada – nada tersebut, apabila kita bertitik tolak dari laras Pelog maka di dapatkan sruti sebagai berikut :

  • Dari dong ke deng adalah pendek.
  • Dari deng ke dung adalah panjang (karena melewati yaitu nada pemero).
  • Dari dung ke ding adalah panjang lagi, karena melewati satu buah nada, nada dang dan pemero.

Urutan nada – nada (dong, deng, dung, ding) hal yang biasa di ucapkan dan berkembang di jembrana, tetapi apabila mendengarkan laras jegog itu nampaknya di ucapkan dung, dang, ding, deng, dalam laras pelog pun akan bisa. Dengan susunan nada – nada ini maka srutinya  akan berbeda dengan gambaran pertama. Karena adanya keunikan dalam laras jegog ini, maka cenderung laras jegog itu di sebut laras Pelog.

III. Instrumen gamelan jegog.

Pengertian istrumentasi ialah satu perangkat gamelan jegog yang terdiri dari 14 tungguhan istrumen yang asli jegog dan tidak ditambahkan instrumen pendukung seperti; kendang, ceng – ceng dan lainnya. Nama serta fungsi gamelan jegog di antaranya:

A. Patus barangan {satu tungguh} : berfungsi sebagai pemimpin gending, memberi aba – aba kepada semua penabuh.

B. Pengapit barangan {dua tungguh} :berfungsi nyandetin atau pukulannya dilakukan setelah patus barangan.

C. Patus kancil {satu tungguh} :berfungsi memberi variasi, pepaketan, oncang – oncangan bermain polos.

D. Pengapit kancil {dua tungguh} : berfungsi nyandetin patus kancil.

E. Patus suir {satu tungguh} : berfungsi sama seperti patus kancil, dan juga menguatkan suasana lagu dengan nada tinggi.

F. Pengapit suir {dua tungguh} : berfungsi nyandetin patus suir.

G. Kuntung atau celuluk {dua tungguh} :berfungsi sebagai pembawa melodi.

H. Pemada atau Undir {dua tungguh} :berfungsi juga sebagai pembawa melodi hanya saja pukulannya lebih jarang dari Kuntung.

I. Jegog {satu tungguh} : berfungsi sama dengan undir hanya saja pukulannya lebih jarang dan di mainkan oleh dua orang penabuh.

IV. Letak atau Struktur istrumen Jegog.

Depan

          Pengapit barangan        Patus barangan                               Pengapit barangan

Pengapit kancil                 Patus kancil                        Pengapit kancil

Kuntung           pengapit suir        Patus suir          Pengapit suir        Kuntung

Undir            J E G O G                    Undir

V. Fungsi barungan atau instrumen jegog.

Jegog lebih anyak berfungsi sebagai seni balih – balihan atau hiburan, misalnya untuk memeriahkan ulang tahun kemerdekaan RI, pembukaan PKB (Pesta Kesenian Bali), makepung, berkompetiai (mebarung), belakangan ini sering di pertunjukan atau di pentaskan untuk konsumsi wisatawan.

VI. Gending – gending jegog.

Gending – gending jegog ada yang berbentuk instrumentalia (petegak) dan ada pula gending iringan baik iringan tari maupun vokal (kombinasi) vokal dan berbntuk instrumental.

Beberapa nama gending – gending jegog ialah :

Ø  Tabuh Truntungan Pengawit.

Ø  Tabuh Goak Ngolol.

Ø  Tabuh Jaya Suara.

Ø  Tabuh Kebyar Ndung.

Ø  Tabuh Macan Putih.

Ø  Tabuh Gegilakan.

Ø  Tabuh Beberoan.

Ø  Tabuh Curing Bero.

Ø  Tabuh Paket Bali.

Ø  Tabuh Welanda.

Ø  Tabuh Dogeran.

Ø  Tabuh Tenglungan.

Ø  Tabuh jalak putih.

Ø  Tabuh Jagra Winangun.

Ø  Tabuh Stambulan.

Ø  Tabuh Rusia.dll;

VII. Wilayah yang terdapa barungan jegog.

Beberapa nama – nama wilayah atau tempat yang terdapat barungan atau instrumen jegog di dalam wilayah kecamatan tempat saya tinggal yaitu kecamatan negara kabupaten jembrana, adapun wilayahnya seperti :

1. Br. Baler Bale Agung.

2. Br. Peh (desa Kaliakah).

3. Br. Pangkung Liplip (desa kaliakah).

4. Br. Kaliakah.

5. Br. Munduk Kendung (desa Berangbang).

6. Br. Tangi Yeh (desa Berambang).

7. Br. Jeron Dewa (desa Berambang).

8.Br. Menega (desa Dauh Waru).

9. Br. Tegalasih (desa Batuagung).

10.Br. Taman (desa Batuagung).

11. Br. Pendem (desa Pendem).

12. Br. Pancar Dawa Ental (desa Pancardawa).

13. Br. Batuagung (desa Batuagung).

14. Br. Dewasana (desa Pendem).

15. Br. Sangkar Agung (desa Sangkar Agung).

16. Br.Samblong (desa Sangkar Agung).

17. Br. Sebual Utara (desa Dangin Tukad).

18. Br. Dangin Tukadaya (desa Dangin Tukadaya).

19. Suar Agung.

20. Werdhi Sentana (desa Yeh Kuning).

21. Br. Sebual Utara (desa Dangin Tukad).

VIII. Ukuran bambu yang dipergunakan dalam gambelan Jegog.

No.Instrumen                    Nada                Panjang                        Lebar

1.Barangan:                      Dong                137 cm                        38 cm

                                         Deng                124 cm                        37 cm

                                         Dung                108 cm                        35 cm

                                         Ding                 100 cm                        20 cm

                                         Dong                94 cm              20 cm

                                         Deng                89 cm              18 cm

                                         Dung                73 cm              18 cm

                                         Ding                 67 cm              17 cm

2. Kancil :                         Dong                80 cm              30 cm

                                         Deng                76 cm              30 cm

                                         Dung                65 cm              27 cm

                                         Ding                 62 cm              26 cm

                                         Dong                55 cm              26 cm

                                         Deng                51 cm              25 cm

                                         Dung                47 cm              23 cm

                                         Ding                 41 cm              22 cm

3.Suir :                              Dong                60 cm              25 cm

                                         Deng                55 cm              24 cm

                                         Dung                50 cm              23 cm

                                         Ding                 46 cm              22 cm

                                         Dong                41 cm              20 cm

                                         Deng                37 cm              20 cm

                                         Dung                34 cm              20 cm

                                         Ding                 32 cm              19 cm

4.Kuntung :                       Dong                92 cm              29 cm

                                         Deng                81 cm              29 cm

                                         Dung                68 cm              28 cm

                                         Ding                 65 cm              28 cm

                                         Dong                93 cm              32 cm

                                         Deng                85 cm              32 cm

                                         Dung                69 cm              30 cm

                                         Ding                 68 cm              30 cm

5. Undir :                         Dong                165 cm                        40 cm

                                         Deng                151 cm                        40 cm

                                         Dung                135 cm                        40 cm

                                         Ding                 123 cm                        39 cm

                                         Dong                165 cm                        45 cm

                                         Deng                154 cm                        43 cm

                                         Dung                137 cm                        43 cm

                                         Ding                 123 cm                        43 cm

6. Jegog :                          Dong                292 cm                        51 cm

                                         Deng                244 cm                        50 cm

                                         Dung                230 cm                        47 cm

                                         Ding                 219 cm                        47 cm

                                         Dong                306 cm                        51 cm

                                         Deng                258 cm                        49 cm

                                         Dung                233 cm                        47 cm

                                         Ding                 218 cm                        49 cm