Archive for Januari, 2014


PERANAN JEGOG SEBAGAI SALAH SATU KESENIAN KHAS DALAM MELESTARIKAN KEBUDAYAAN DAERAH DI KABUPATEN JEMBRANA

ABSTRAKSI

PERANAN JEGOG SEBAGAI SALAH SATU KESENIAN KHAS DALAM MELESTARIKAN KEBUDAYAAN DAERAH DI KABUPATEN JEMBRANA.

I Made Dwi Adi Hartawan                                                                                                                                                                                                 Tahun 2013

              Kesenian “Jegog” adalah merupakan kesenian khas yang hanya tumbuh dan berkembang di Kabupaten Jembrana. Oleh karena itu kesenian jegog boleh di katakan kesenian unik dan menarik untuk di peroleh datanya, terutama latar belakan di bentuknya. Lebih lanjut kelestarian dan keberadaan kesenian ini adalah masalah yang penting artinya bagi kasanah kebudayaan dan kesenian bangsa.terutama sangat penting artinya dalam rangka menumbuh kembangkan industri pariwisata di daerah ini. Dalam penelitian ini diungkapkan mengenai peranan  kesenian jegog itu dalam melestarikan kebudayaan daerah di Kabupaten Jembrana seperti latar belakang sejarah lahirnya kesenian jegog, komponen-komponen yang terdapat dalam kesenian jegog dan seiring dengan kesenian jegog ditinjau pula secara umum, dan tidak kalah pentingnya adalah peranan seni Jegog sebagai salah satu seni khas di wilayah jembrana dalam melestarikan kebudayaan daerah.

Melihat kondisi geografis Kabupaten Jembrana terutama zaman dahulu yang merupakan hutan yang sangat luas (Jimbar Wana) maka alam merupakan salah satu pendorong kreativitas manusia. Demikian pula kesenian yang merupakan salah satu dari bagian kebudayaan secara menyeluruh atau (cultura universal) tumbuh untuk memenuhi kebutuhan manusia akan rasa keindahan. Diambil dari bilah-bilah kayu yang banyak lahirlah kesenian Jegog yang mana kreasi tabuhnya itu tumbuh dari inspirasi seni yang tinggi. Peranan kesenian jegog didalam masyarakat adalah sebagai sarana penghibur dengan suara merdu, lembut, mengalun tatkala menabuhkan tabuh tertentu dan suara gemuruh bertalu-talu seperti alunan samudra. Kesenian jegog memang tumbuh dan berkembang di Kabupaten Jembrana, dalam hal ini di empat kecamatan yaitu  Kecamatan Negare, Kecamatan Mendoyo, Kecamatan Melaya, dan Kecamatan Pekutatan. Kesenian khas Jegog ini memang telah menjadi aset nasional dalam bidang pengembangan pariwisata daerah untuk itu perlu ditumbuh kembangkan selaras dengan perkembangan zaman dan pariwisata. Jegog memang mampu berperan dalam hal yang satu ini. Untuk tujuan tersebut peranan masyarakat, Pemerintah Daerah Tingkat II Jembrana dan Pemerintah Daerah Tingkat I Bali serta unsur yang terkait sangat dituntut kepeduliannya terhadap hal tersebut. Tentu dengan majunya pariwisata merupakan aset nasional yang harus dikembangkan secara terus menerus.

BAB  I

P E N D A H U L U A N

Dalam BAB PENDAHULUAN ini saya jelaskan secara

berturut-turut mengenai  :

1.1. Latar Belakang Masalah.

1.2. Tujuan Penelitian.

1.3. Rumusan Masalah.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian.

1.5. Penjelasan Istilah.

1.1.   Latar Belakang Masalah  :

Pulau Bali yang lebih dikenal sebagai Pulau Dewata adalah : Pusat Pariwisata Indonesia bagian tengah, karena kesenian daerahnya yang indah serta penduduknya yang ramah dan terbukti bagi setiap bangsa asing.

Para Wisatawan dalam dan Luar Negeri sangat tertarik pada pulau Bali baik dari segi keindahan alamnya seperti: Panorama daratan, sawah, kebun, pantai dan pegunungannya serta sangat tertarik menyaksikan budaya Bali seperti : SENI TRADISIONAL BALI dalam bentuk tari-tarian instrumen bali serta seni budaya yang lainnya. Demikian pula keramahan orang Bali, peninggalan sejarah dan adat istiadat. Salah satu yang disoroti adalah : Seni Instrumental Tradisional yang khas dan tumbuh didaerah Jembrana yang lebih dikenal dengan nama “SENI  JEGOG”. Sesuai dengan judul Peranan Jegog Sebagai Salah Satu Kesenian Khas Dalam Melestarikan Kebudayaan Daerah di Kabupaten Jembrana.

1.1.1.   Penulis tertarik untuk meneliti kesenian jegog sebagai salah satu bagian dari kesenian khas jembrana, yang merupakan salah satu aset pembangunan industri daerah Jembrana dalam rangka menunjang program pembangunan pariwisata budaya bali.

1.1.2.   Penulis memiliki minat yang mendalam serta di dorong pula oleh perasaan wajib untuk mempelajari lebih mendalam tentang salah satu kesenian khas yang tumbuh di Kabupaten Jembrana.

1.2.   Tujuan Penelitian  :

Berdasarkan atas beberapa latar belakang masalah yang dikemukakan dalam penulisan judul penelitian ini, maka sudah tentu mempunyai suatu tujuan, apalagi suatu kegiatan yang bersifat ilmiah.

Haruslah mempunyai tujuan yang jelas. Dengan ditetapkannya tujuan yang jelas akan membantu menentukan dan menyiapkan saran yang dilakukan demi tercapainya tujuan tersebut.

Sesuai dengan judul dan latar belakang penelitian maka yang menjadi tujuan penulisan karya ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1.2.1.   Untuk mengenal lebih mendalam tentang tentang faktor-faktor yang melatar belakangi adanya kesenian Jegog di Kabupaten Jembrana.

1.2.2.   Untuk mendapatkan data yang rinci tentang komponen-komponen kesenian Jegog.

1.2.3.   Untuk mengumpulkan data yang mendalam dan banyak tentang peranan Jegog sebagai salah satu kesenian khas dalam melestarikan kebudayaan daerah di Kabupaten Jembrana.

1.3.   Rumusan Masalah :

Setelah diuraikan secara terperinci latar belakang masalah, maka untuk memperoleh sasaran dari penelitian perlu dirumuskan masalahnya secara lebih tegas. Selanjutnya dibawah ini akan di kemukakan beberapa rumusan sebagai berikut :

1.3.1.   Faktor-faktor apakah yang menjadi latar belakang lahirnya kesenian Jegog di Kabupaten Jembrana.

1.3.2.   Komponen-komponen apa saja yang terdapat dalam kesenian Jegog sehingga melahirkan kesenian yang khas yang menunjukan keluhuran nilai budaya Indonesia.

1.3.3.   Dari usaha pencarian data tersebut, penulis berusaha untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih mendalam tentang peranan Jegog sebagai salah satu kesenian khas daerah Jembrana dalam rangka usaha Pemerintah untuk melestarikan seni budaya luhur dan tradisional lokal.

1.4.   Ruang Lingkup Penelitian :

Berdasarkan Sub Bab 1.1., 1.2. dan 1.3. yaitu tentang latar belakang penelitian dan rumusan masalah yang di kemukakan diatas, ruang lingkup penelitian hanya akan menyoroti obyek penelitian saja.

Adapun obyek penelitian dari masalah ini dapat di uraikan menjadi dua yakni obyek utama dan obyek pembanding sebagai tambahan. Yang nama kedua obyek ini mempunyai hubungan yang sangat erat.

1.5.    Penjelasan Istilah  :

Dalam Sub Bab ini akan dicoba menjelaskan beberapa istilah yang dianggap penting dalam kaitannya dengan Judul yaitu  : “Peranan Jegog Sebagai Salah Satu Kesenian Khas Dalam Melestarikan Kebudayaan Daerah di Kabupaten Jembrana :

Adapun istilah –istilah yang perlu mendapatkan penjelasan sehingga Pembaca menjadi bertambah jelas dengan pengertiannya dan tidak akan timbul salah tapsir ataupun salah pengertian antara lain :

1)      Peranan.

2)      Jegog.

3)      Kesenian.

4)      Kebudayaan Daerah.

5)      Kabupaten Jembrana.

1.5.1.   Peranan.

Menurut Tim Pusat Pembina dan Pengembangan Bahasa, dalam kamus besar bahasa indonesia, kata Peranan berarti: bagian dari utama yang harus di masyarakat.

1.5.2.   Jegog.

Jegog adalah sebuah seni instrumen yang sifatnya khas (khusus). Nama seperangkat gamelan yang terbuat dari beberapa batang bambu, yang mana sebutan jegog diambil dari instrumen yang terbesar dan gamelan ini hanya ada dan dimiliki oleh Daerah Jembrana saja.

1.5.3.   Kesenian Khas.

Kata ini memiliki dua suku kata yaitu: kesenian dan khas.

Ø  Kesenian merupakan kata jadian yang berasal dari kata ke dan akhiran an, sehingga menjadi kesenian. Kesenian adalah kecakapan membuat atau menciptakan segala sesuatu yang elok atau yang indah.

Ø  Sedangkan Khas adalah : Setiap daerah memiliki kesenian yang tidak dimiliki oleh daerah lain.

Kesenian Khas adalah:  Kecakapan membuat atau menciptakan sesuatu yang indah yang hanya ysng hanya ada di suatu daerah saja yaitu Kabupaten Jembrana.

1.5.4.   Kebudayaan Daerah

  • Kebudayaan berasal dari Bahasa Sansekerta, buddayah yang merupakan bentuk jamak dari kata budi yang berarti akal. Dengan demikian kebudayaan dapat di artikan sebagai hal-hal yang berhubungan dengan budi atau akal.
  • Dengan demikian kebudayaan adalah komplek yang mencangkup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan manusia sebagai anggota masyarakat.
  • Daerah.

Menurut W.J.S. Poerwardarminta, dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata berarti : lingkungan suatu Pemerintahan (kekuasaan), tempat sekeliling yang termasuk dalam lingkungan suatu kota. Dengan demikian daerah berarti : local atau setempat. Sehingga kebudayaan daerah berarti : Segala hasil karya manusia yang lahir dari budhi, rasa dan karsa manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup bermasyarakat dalam suatu daerah.

1.5.5.   Kabupaten Jembrana.

Kabupaten Jembrana adalah salah satu dari deapan buah Kabupaten yang ada di Propinsi Bali yang terletak paling barat yang merupakan jalur penghubung antara Propinsi Jawa Timur dengan Propinsi Bali (Pulau Bali). Dengan batas-batas sebagai berikiut :

o   Sebelah barat Selat Bali.

o   Sebelah utara Kabupaten Buleleng.

o   Sebelah timur Kabupaten Tabanan dan

o   Sebelah selatan Samudra Indonesia.

BAB II

P E M B A H A S A N

Jegog adalah salah satu perangkat kesenian tradisional yang khas di Kabupaten Jembrana. Kesenian ini cukup populer dikalangan penduduk di pedesaan maupun dikalangan masyarakat bahkan sudah diperkenalkan untuk menyambut para wisatawan manca negara ataupun wisatawan dalam negeri. Sebagai kesenian sebuah daerah penulis berusaha mengungkap tentang kesenian ini.

2.1.  Latar Belakang Sejarah Lahirnya Kesenian Jegog.

Meninjau suatu bentuk kesenian harus dimulai dari asal-usulnya karena hal tersebut dapat memperjelas letak permasalahan yang akan dihadapi. Demikian pula mengenai asal-usul kesenian jegog ini akan diungkapkan tentang asal-usul yang sebenarnya. Dalam hubungan dengan latar belakang ini ada beberapa masalah penting yang ingin diungkapkan antara lain :

a.       Kapan lahirnya kesenian jegog.

b.      Dimana lahirnya.

c.       Siapa penciptanya.

d.      Mengapa kesenian jegog dilahirkan.

e.       Bagaimana peroses lahirnya kesenian jegog.

Menanggapi pertanyaan-pertanyaan diatas tentu tidak semudah memecahkan masalah, mengungkap kesenian ataupun bentuk-bentuk kesenian yang populer. Karena kesenian yang demikian lebih banyak bersifat individualdalam penciptaannya yaitu diciptakan oleh orang tertentu dan yang demikian dilindungi hak cipta. Sedangkan kesenian jegog di jembrana ini tidaklah demikian karena kesenian ini sudah diakui milik masyarakat. Karena dalam hal ini masyarakat pedesaan pada umumnya adalah masyarakat yang gemenischaft (peguyuban) sehingga segala ciptaan adalah milik bersama. Secara singkat kesenian ini merupakan kesenian yang tumbuh di Kabupaten Jembrana. Berdasarkan dugaan, terdahulu dengan memandang keadaan masyarakat jembrana yang dengan budaya Hindu dan dengan kekayaan alam yang penuh ditumbuhi hutan.

Jembrana berasal dari nama Jimbarwana yang berarti, Jimbar = luas, Wana = hutan. Jimbarwana adalah hutan yang sangat luas. Menurut tradisi dan cerita rakyat daerah ini dahulu merupakan hutan yang amat luas sehingga menjadi daerah pembuangan. Hutan yang luas kemudian dijadikan tempat tinggal, persawahan maupun peladangan. Dari bilah-bilah kayu yang ada dan bentuk memenuhi rasa seni mereka menciptakan seni instrumental dari bilah-bilah kayu yang kemudian dikenal dengan nama jegog.

Jegog dengan bilah-bilah kayu mulai dikenal oleh masyarakat jembrana pada tahun 1912. Dengan demikian jika ditarik suatu kesimpulan bahwa secara riil jegog mulai dikenal masyarakat jembrana pada tahun 1912 yaitu berdiri pertama kalinya di Banjar Sebual Desa Dangin Tukadaya dibuat oleh nang gliduh. Seperti diketahui jegog tidaklah langsung seperti keadaan sekarang karena jegogpun mengalami perkembangan dari yang paling sederhana dengan keadaan yang sekarang ini.

Asal mula seni jegog adalah merupakan perkembangan lebih lanjut dari kesenian tingklik (seperangkat alat tetabuhan atau instrumen tradisional) yang diletakan di sebuah gubuk kecil di kebun. Pada umumnya setiap ladang atau sawah yang agak jauh dari tempat tinggal para petani dibuatkan sebuah gubuk kecil yang lazim disebut kubu. Fungsi gubuk kecil atau kubu itu adalah tempat istirahat sementara bagi petani dengan keluarganya atau untuk menyimpan alat-alat pertanian. Ternyata tingklik digemari dan mendapat perhatian dari masyarakat petani yang kemudian membuat tingklik dengan jumlah yang lebih banyak dengan susunan nada yang teratur. Lebih lanjut instrument ini boleh disebut sebagai cikal bakal kesenian jegog karena dari tingklik yang terbuat dari bilah-bilah kayu yang lebih besar.

Bila dilihat dari segi bentuk jegog pada mulanya jauh berbeda dengan bentuk jegog yang sekarang. Jegog pada mulanya terbuat dari bilah-bilah kayu. Inspirasi petani itu timbul ketika ia berhadapan dengan kayu yang besar tatkala menebang kayu, kayu yang besar dan yang kecil dikumpulkan sehingga menimbulkan hasrat untuk menciptakan tingklik yang dibuat dengan mempergunakan kayu. Pada saat masyarakat merabas hutan dengan menebang kayu yang besar dan yang kecil, maka dari bilah-bilah kayu yang berserakan tercetuslah kesenian jegog yang sekarang berkembang di Kabupaten Jembrana.

Pada mulanya menurut penuturan seorang Responden, beliau dengan keadaan sunyi di kebun, dipinggir sawahnya dalam keadaan sunyi terdengar suara alunan yang merdu dari suatu tabuh yang sangat melekat dan sangat indah kedengarannya. Sehingga suatu ketika ia menemukan bilah-bilah kayu yang ia coba membuat dan mencoba mengkombinasikan dengan mempergunakan tingklik yang terbuat dari bilah-bilah kayu. Tingklik itu tidak lagi dibuat satu, namun dibuat pula bentuk yang lain sehingga jumlahnya berpariasi dan dapat menimbulkan alunan suara yang merdu.

Gambelan Jegog yang terbuat dari kayu itu berlangsung dari tahun 1912 sampai tahun 1934. Hal ini jelas diketahui karena dari tahun ke tahun kesenian jegog berkembang diiringi dengan tari-tarian. Dari kesenian jegog yang dibuat dari bilah-bilah kayu yang kemudian disempurnakan menjadi jegog yang dibuat dengan mempergunakan bambu yang berbentuk grantang atau bumbung bambu mempergunakan potongan bambu yang tidak dibelah.

Contoh :

Untuk memudahkan bahwa ketempat pertunjukan selanjutnya jegog mendapat inspirasi dari seni angklung grantang, kemudian bilah-bilah kayu dari jegog diganti dengan bentuk grantang.

Demikianlah seni jegog yang terus mengalami perkembangan sampai saat ini dalam bentuk yang lebih sempurna.

2.2.    Komponen-komponen yang terdapat dalam kesenian Jegog.

Apabila kita lihatsuatu barungan gamelan jegog terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut :

2.2.1.   Gerantang jegog yakni sederetan instrumen yang letaknya paling depan yang terdiri dari tiga buah dengan fungsi sebagai berikut :

a.       Instrumen tengah berfungsi sebagai patus atau pemuka tabuh instrumen ini memiliki ukuran lebih besar jika dibandingkan dua tungguh instrumen pengapit atau pendampingnya.

Adapun fungsi ke tiga instrumen ini ialah sebagai pemegang not pokok (pengabun), dari suatu gending instrumen ini biasanya lazim dikenal dengan istilah Barangan.

b.      Tiga buah instrumen yang terdapat di belakang deretan instrumen barangan yang ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan deretan pertama umumnya instrumen ini lebih dikenal dengan sebutan Kantil (kancil).

c.       Deretan ke tiga yang terdapat di belakang instrumen kancil ialah instrumen dengan ukuran yang lebih kecil yang suaranya agak cempreng atau nyaring yang disebut dengan Suir.

d.      Selanjutnya disebelah instrument suir, sebelah sisi kanan dan kiri suir di apit dengan instrumen yang bernama Kuntung.

e.       Diposisi selanjutnya terdiri dari dari dua deretan gerantang yang ukurannya lebih besar dari deretan pertama dan kedua (barangan dan kantil) jenis instrumen ini lazim disebut Undir.

f.       Adapun fungsi instrumen ini yakni sebagai pemanis tabuh dan dibunyikan menurut nada-nada pokok saja. Jika kita bandingkan dengan instrumen gong kebyar maka dapat di samakan dengan instrumen Calung.

g.      Deretan dengan posisi yang paling belakang yang letaknya di tengah-tengah instrumen undir ini lebih dikenal dengan sebutan JEGOG. Bila dilihat dari sisi fungsi instrumen ini adalah memberikan irama dari akhir suatu gending. Jika di samakan dengan barungan gong kebyar dapat disamakan denan instrumen Jegogan. Instrumen jegog yang terletak pada barisan paling belakang yang di pukul oleh dua orang peabuh.

Dalam suatu barungan tabuh kesenian Jegog didukung oleh instrumen–instrumen yang dimaksud seperti :

–   2 buah kendang (Gupekan).

–   1 buah ceng-ceng ricik.

–   1 buah tawa-tawa.

–   1 buah suling (seruling).

Alat-alat tersebut diatas ditempatkan pada posisi paling depan dari jenis-jenis instrumen yang ada. Apabila terdapat atraksi-atraksi ekstra seperti vokal grup, maka dari jumlah instrumen yang ada, ditambah lagi dengan dua buah gerantang yang berlaras selenro dengan jumblah daun sebanyak 14 buah dan instrumen ini lazim di beri nama “Tingklik Jawa”. Adapun fungsi instrumen ini berfungsi sebagai pengiring lagu-lagu nasional sesuai dengan keinginan para pendukungnya.

2.3    Peranan Jegog sebagai salah satu seni khas wilayah Jembrana dalam melestarikan kebudayaan daerah.

Kalau dilihat peranan jegog dalam masyarakat dari dahulu pada saat baru diciptakan hingga sekarang, memiliki peranan yang sangat penting dalam sistemmasyarakat di Kabupaten Jembrana yaitu antara lain dapat di perinci sebagai berikut :

2.3.1.   Sebagai salah satu dari kesenian dengan fungsi utama menghibur masyarakat atau mengisi waktu-waktu senggang terutama sehabis musim tanam. Demikian pula setelah musim panen berakhir maka sangat diperlukan sekali hiburan untuk memeriahkan upacara seperti upacara perkawinan dan upacara-upacara lainnya.

2.3.2.   sebagai sarana penerangan masyarakat yaitu memberikan pesan-pesan pembangunan yang bisasanya disampaikan lewat DAG (Pemimpin Peglaran) dalam atraksi-atraksi yang ditampilkan dalam kesenian jegog.

Pesan-pesan penerangan pembangunan tersebut bisa diberikan oleh kesenian ini baik yang dahulu maupun dalam waktu yang akan datang sehingga peranan kesenian jegog bisa dibangkitkan dan dilestarikan terus pada masa yang akan datang.

2.3.3.   Sebagai sarana pendidikan perjuangan kepada masyarakat dengan mengambil cerita yang populer seperti perjuangan pada zaman revolusi kesenian jegog dapat membangkitkan semangat perjuangan cinta tanah air dan memberikan memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang arti dari perjuangan.

Dengan mengambil cerita yang bertema perjuangan mengusir penjajah maka kesenian jegog mampu membangkitkan semangat juang cinta tanah air dengan bangsanya.

2.3.4.   Sebagai aset pembangunan pariwisata.

Jegog sebagai kesenian khas di kabupaten jembrana memiliki potensi yang sangat unik dan menguntungkan jika dikembangkan terus terutama sebagai sarana menghibur masyarakat, apalagi mampu mempromosikan untuk menghibur para tamu yang berasal dari luar dan dalam negeri.

Kesenian jegog mampu mengikat wisatawan yang berkunjung ke daerah ini karena kesenian tersebut bisa dikaitkan dengan kesenian-kesenian lain seperti: mekepung dan kendang mabarung.

Melihat peranan ini sangat menguntungkan bagi pembangunan pariwisata untuk menunjang Bali sebagi pusat pariwisata budaya Indonesia bagian tengah.

2.3.5.   Sebagai sarana untuk memanggil warga masyarakat untuk melakukan gotong royong.

Pada jaman dahulu jegog memiliki peranan yang sangat unik memanggil masyarakat desa untuk melakukan gotong-royong. Peranan kesenian jegog adalah untuk memanggil orang-orang kampung atau masyarakat untuk bersama-sama melaksanakan kegiatan gotong-royong seperti : membuat atap rumah, membuat bangsal untuk upacara, serta kegiatan-kegiatan sosial lainya yang melibatkan masyarakat banyak.

Peranan ini bisa ditingkatkan sebagai hasanah seni daerah yang memberikan gugahan kepada seni beladiri seperti pencak silat.

Demikian peranan serta fungsi kesenian jegog bagi usaha melestarikan kesenian daerah di Kabupaten Jembrana.

BAB  III

P E N U T U P

            Dari uraian penyajian diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut :

3.1.    Kesimpulan  :

3.1.1.   Kesenian jegog adalah salah satu kesenian khas di Kabupaten Jembrana yang tumbuh di dalam kalangan masyarakat pedesaan yang agraris.

Catatan yang terdapat kesenian tumbuh pertama kali pada tahun 1912 di Desa Dangin Tukadaya Banjar Sebual dan pendirinya adalah Nang Gliduh atau yang terkenal dengan nama Kyang Gliguh.

3.1.2.   Kesenian ini berkembang dalam masyarakat Seiring dengan perkembangan zaman. Kesenian mendapat tempat di hati rakyat dan terkena pengaruh kesenian-kesenian lainnya, baik dalam bidang perangkat instrumennya, maupun didalam bidang tarian, seperti masuknya seni drama ke dalamnya.

3.1.3.   kesenian yang merupakan kesenian khas memiliki beberapa peran penting untuk tetap dilestarikan perananya itu antara lain :

–   Sebagai sarana penghibur masyarakat di pedesaan dalam mengisi waktu senggang.

–   Sebagai sarana perangkat masyarakat dengan memberikan pesan-pesan pembangunan.

–   Sebagai alat untuk memberikan kepada masyarakat terutama di pedesaan dengan menampilkan pemain yang mengambil cerita tentang perjuangan dalam revolusi fisik guna membuktikan semangat cinta tanah air, rela berkorban demi kepentingan negara dan bangsanya.

–   Disuguhkan kepada para wisatawan baik yang berasal dari dalam negeri maupun yang dari luar negari sebagai sebuah aset pembangunan pariwisata di Kabupaten Jembrana.

–   Sebagai sarana untuk memanggil warga masyarakat untuk mengadakan gotong royong dan mengerjakan saran-saran umum.

3.2.    Saran-saran.

Dari kesimpulan diatas yang dapatlah  penulis sarankan beberapa hal  :

3.2.1.   Kesenian jegog sebagai kesenian khas, harus tetap dilestarikan. Adapun carayang tepat untuk melestarikannya ialah yaitu dengan membentuk sentra-sentra kesenian jegog.

3.2.2.   Disamping menambah tarian dalam kesenian Jegog juga perlu ditambah dengan atraksi-atraksi lainnya.

DAFTAR INFORMAN

1.     Nama                            : I Nengah Dharma S.Pd

        Tempat tahun lahir  : Delod Brawah, Tahun 1957.

        Pekerjaan                     : Guru Sejarah dan Seni Buya di SMK N 1 Negara- Jembrana.

        Pengalaman                 : Guru di SMK Marga Ginawe, SMK N 2 Baluk, Kab. Jembrana, dan SMK N 1 Negara.

      2. Nama                            : I Wayan Dhena. (alm)

          Tempat tahun lahir  : Delod Brawah, Tahun 1925

          Pekerjaan                     : Kepala Desa Delod Brawah, Kecamatan Mendoyo, Dati II Jrmbrana.

          Pengalaman                 : Tokoh Kesenian Jegog Delod Brawah.

Biografi Tokoh

I. BIOGRAFI SENIMAN ALAM.

 

I Nyoman Kaler, nama yang hampir menjadi legenda. Seorang Mpu Tari dan Tabuh yang melahirkan banyak kreasi-kreasi, yang kemudian melambungkan nama Bali di seluruh dunia. Bersama dua rekannya, I Wayan Lotering dan I Ketut Marya, Berata menjadi tokoh seniman Bali yang telah melegenda.

II. PROFIL TOKOH.

I Nyoman Kaler lahir pada tahun 1892 di Desa Pamogan, Kecamatan Denpasar Selatan . Ayahnya I Gde Bakta adalah seorang seniman serba bisa pada zamannya. Sang ibu, Ni Ketut Taro, juga memiliki seni Kakeknya, I Gde Salin, kemudian darah ayahnya sendiri merupakan guru tari dan tabuh yang punya nama. Kaler sendiri berguru kepada kakek dan ayahnya, yang nantinya mewariskan padanya tari nandhir, baris kupu-kupu, sisia Calonarang, wayang wong, dan parwa. Kaler tak pernah mengenyam pendidikan formal, sebab seingatnya, sampai tahun 1900 di Denpasar belum dibuka sekolah-sekolah. Namun kemampuannya baik baca tulis aksara Bali maupun huruf Latin tak bisa diragukan. Kepandaian ini didapat dari pendidikan non-formal di sela-sela kesibukannya memperdalam seni tari dan tabuh. Dalam penguasaan tari dan tabuh pagambuhan ia sempat dididik oleh I Gusti Gede Candu, I Made Sariada, I Made Nyankan. semuanya dari Denpasar, dan I Made Sudana dari Tegal Taniu. Pada tahun 1918, dalam usia 26 tahun, I Nyoman Kaler memperdalam tari Legong Kraton pada gurunya, Ida Bagus Boda dari Kaliungu Klod, Denpasar. Tahun 1924 memperdalani tari dan tabuh pada Anak Agung Rai Pahang dari Sukawati. Gianyar. Kaler sangat terkesan pada gurunya yang satu ini. Cara mengajar gurunya yang luar biasa itu meinungkmkan Nyoman Kaler memahami seluk-beluk dan gerak tari dengan mendalam. Kaler pun menjadi murid kesayangan karena bakatnya yang mengagumkan. Sampai-sampai sang guru menganugerahkan seekor kuda pada murid yang rajin ini. Kaler menguasai hampir seluruh perangkat gambelan Bali dan memahami betul semua gending-gending pegongan, gender, angklung, semar pagulingan, dan sebagainya. Dari pengetahuan yang dimiliki maka Nyoman Kaler telah mulai mengajar sejak tahun 1918.

III. Beberapa Karya dari I Nyoman Kaler

Tari Mregapati merupakan karakter babancihan keras yang melukiskan gerak-gerik raja hutan sedang mengintai mangsa, kemudian dikiaskan dalam kegagah-perkasaan seorang raja. Tarian ini mula-mula bernama Kebyar Dang, dibawakan pertama kali oleh Luh Murma asal Penarungan, Badung, yang kini berdomisili di Denpasar. Babancihan keras lainnya adalah tari Wiranata yang menggambarkan kegagah-beranian seorang raja. Kekhasan tarian ini terletak pada gerakan mata nguler — gerakan memutar bola mata dengan cepat dan akan menjadi hebat bila pemerannya memiliki pandangan tajam. Penari pemulanya adalah Ni Rabeg, sedangkan yang tenar membawakannya adalah Jero Gadung dari Tabanan, setelah tarian itu direvisi oleh Ridet.

Ciptaan Kaler yang termasuk babancihan karakter halus adalah Panji Semirang dan Demang Miring. Tari Panji Semirang pada mulanya bernama Kebyar Dung yang memiliki struktur tari hampir sama dengan tari perempuan Candra Metu. Namun Panji Semirang lebih berkembang dan dibawakan pertama kali oleh Luh Cawan sebagai murid Kaler yang sangat cocok memerankannya. Tarian ini mengisahkan pengembaraan Candra Kirana mencari kekasihnya Panji Inu Kertapati dengan menyamar berpakaian laki-laki. Tari Demang Miring yang sering disebut Tabuh Telu, menggambarkan seorang raja berburu ke hutan yang dalam perjalanannya disambut meriah oleh rakyat karena keramah-tamahannya. Tarian ini memakai gerak-gerak tari Prabu dan tayog Demang (patih kerajaan dalam cerita Gambuh). Penari awalnya adalah Luh Melok Kartini dari Kerobokan, kemudian Darmi yang terkenal membawakannya.

 

Deskripsi Profesi:
Hampir sepenuhnya riwayat hidup Nyoman Kaler diabdikan untuk kesenian. Dari tahun 1918 – 1959 Kaler bak bintang yang menyala. Karya dan pemikirannya terhadap seni tumbuh subur. Sebagai seorang guru seni, Nyoman Kaler melahirkan banyak seniman tari yang belakangan namanya juga menjadi cukup monumental. Mulai dari mendirikan sekaa Legong Kraton di Pura Jurit Klandis, Denpasar, tahun 1924, yang nantinya melahirkan penari Ni Ketut Ciblun dan Ni Ketut Polok. Pada tahun yang sama, ia mengajar pula tari janger di Banjar Kedaton, dari sini lahir penari terkenal Ni Gusti Ayu Rengkeng, Ni Ketut Reneng, Ni Rening, dkk. Pada tahun 1933 ia mengajar Legong Kebyar di Banjar Lebah, Kesiman, melahirkan penari I Wayan Rindi, Ni Luh Cawan, Ni Sadri.

 

Penghargaan:
• Atas pengabdiannya terhadap seni, ia telah menerima penghargaan tertinggi bidang seni dari pemerintah RI pada 1968 yakni Wijaya Kusuma dan pada 1980 • Dharma Kusuma dari Pemda Bali. • Selain itu, ia pernah mengikuti muhibah ke Singapura, Srilangka dan India.