SENIMAN TARI DARI BUMI GAMELAN (TIHINGAN), I Ketut Sumantra

I Ketut Sumantra lahir Di Desa Tihingan, tanggal 2 februri 1950. Beliau anak dari pasangan I Wayan Pica (almarhum) dengan Ni Ketut Polih (almarhum), seniman tari yang brasal dari Desa Tihingan ini dari kecil sudah memiliki bakat seni atau jiwa seni  Karena dilihat dari garis keturunan tidak ada darah seni dalam artian orang tua bliau tidak memiliki jiwa seni.

Apresiasi seni bliau muncul ketika mulai belajar di sekolah SD th 1958, ketika itu beliau ikut kesenian sandiwara untuk perayaan hari kenaikan kelas , dari sanalah beliau menunjukkan bakat seninya.Bliau juga pernah menonton sendratari yang dibawakan oleh siswa siswi KOKAR BALI yang pada saat itu pentas Di Desa Galiran Klungkung sekitar tahun 1962,  menurut beliau pementasan sendra tari itu  sanggat bagus sehingga setlah menonton pertunjukan tersebut apresiasi seni beliau semakin bergelora.

Setelah tamat di SD bliau melanjutkan ke SMP, ketika duduk di bangku SMP Di Desa Tihinggan ada pembangunan kesenian Janger moderen dan beliau ikut sebagai penari kecak, menurut penuturan beliau yang di sampaikan kepada penulis tanggal 22 oktober 2011.  Saat menarikan kecak bliau merasakan adanya wibawa, dan sangat menjiwai peran tersebut dimana hal ini di sebut dengan ketakson, masyarakat juga memiliki pendapat yang sama dengan apa yang bliau rasakan oleh masyarakat bliau dianggap berbakat dalam hal menari. Disampaing penari janger di Tihingan juga ada kesenian Drama, dalam pementasan drama beliau berperan sebagai celuluk, bliau sangat pintar membawakan peran celuluk yang kadang lucu dan kadang menyeramkan. Setelah tamat SMP tahun 1967 atas dorongan orang tua dan masyarakat Tihingan dan kebetulan juga kakak kandung bliau yang bernama I Ketut Urip Adyana bekerja di KOKAR BALI (pns) menyarankan beliau melanjutkan sekolah di sana, akan tetapi bliau masih binggung untuk menentukan pilihan atau belum mantap untuk sekolah di KOKAR BALI karena merasa sangat kurang keterampilan di bidang seni untuk melanjutkan sekolah di kokar, akan tetapi dorongan masyarakat yang begitu besar menghilangkan rasa kekawatiran beliau sehingga tidak ada keraguan lagi bliau melanjutkan sekolah di KOKAR BALI

Setelah memulai sekolah di Kokar apa yang beliau kawatirkan menjadi kenyataan, melihat keterapilan teman-teman yang begitu bagus di bidang seni membuat beliau menjadi kurang percaya diri  atau yang ngetren dibilang sekarang bliau merasa minder untuk bergaul disana. Rasa kurang percaya diri ini beliau ungkapkan dalam bahasa Bali lumrah sehingga menarik perhatian penulis untuk di tulis dalam riwayat hidup bliau yaitu “ Merase elek idewek melajah dini ninggalin timpal-timpale dueg-dueg pesan ngigel ajak megambel, idewek tune mekejang bakat masuk dini”, karena keputusasaan ini beliau pernah memiliki rancana pindah dari Kokar dan beralih kesekolah perawat akan tetapi niaat beliau diurungkan karena malu dan takut mengecewakan masyarakat, kemudian setelah belajar cukup lama dan dengan konsisten mengikuti pelajaran beliau mulai menemukan jati diri untuk terus meneruskan pendidikan di bidang seni samapae selesai pendidikan di KOKAR BALI tahun 1970.

Setelah menyelesaikn pendidikan di kokar bali  bliau melajutkan ke ASTI Denpasar tahun 1971, ketika itu sudah mulai ada kegiatan kepariwisataandan mulai berkembang di Bali sehingga banyak di perlukan penari ASTI dan KOKAR atau group-group kesenian yang lain yang ada di Bali untuk pentas di tempat-tmpat pariwisata di Denpasar dengan bayaran yang masih murah. Hampir tiap malam beliau mengikuti acara pentas di hotel yang ada di Denpasar,di samping kegiatan kampus yang begitu banyak dalam pengabdian masyarakat. Ketika itu sendratari RAMAYANA sangat di gemari oleh masyarakat di seluruh Bali dan sampai di luar bali, dalam pementasan tari Ramayana beliau bisa menarikan seluruh tokoh yang di butuhkan di setiap pementasan sendratari Ramayana, bahkan beliau menciptakan adegan raksasa krerek pada saat adegan raksasa berperang melawan hanoman. Beliau pernah menjadi pelatih di Banjar Boni Kuta dari tahun 1971 sampai 1975 untuk kepentingan pariwisata di Kuta, propesi sebagai pelatih ini beliau lakukan sambil kuliah di ASTI Denpasar (kerja sambil kuliah). Pada proses terkhir di ASTI Denpasar bliau membuat karya tuli dengan judul Tari Kecak Di Bona Gianyar, karaya seni Tari KUCING, dan penampilan tari klasik tari ARYA gaya Batuan, dengan hasil karya ini beliau berhak menyandang gelar BA atau Sarjana muda tahun 1975.

Ketika sudah mendapat gelar BA, bliau di minta mengajar ke ASTI Jogjakarta bersama rekan beliau I Wayan Senen,dan A A Putra Negara oleh ketua ASTI Jogjakarta Drs. RM Soedarsono.,M.A. bliau mengngajar disana mulai tahun 1976  sebagai pengajar honorer tentang tari Bali dan karawitan Bali pada tahun  1977 diangkat menjadi PNS di ASTI Jogjakarta.

Diluar kegiatan mengajar di kampus beliau juga mengajar menari untuk masyarakat jogjakarta, dan mengisi acara Ayo Blajar menari di TV Jogjakarta, di samping itu juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan pemuda pelajar bali yaitu (KBP) Keluarga Purantara Bali d bidang pengembangan seni budaya,beliau juga menjadi ketua kursus tari Bali di Jogjakarta, dan kegiatan pentas baik dalam kepentingan pacara Hindu daan upacara lainya.

Pada tahun 1978 beliau mulai kuliah tingkat Doktoral (S1) di ASTI Jogjakarta, proses untuk meraih gelar S1 ditempuh dengan dua tahap yaitu di sebut dengan Konser pertama dan Konser kedua. Konser pertama berbentuk tari kreasi dengan judul PENCULIKAN dengan durasi waktu 30 menit dan konser kedua Dramatari dengan judul GATOTKACA KRODHA dengan durasi waktu satu jam, dengan menyelesaikan dua tahap ini pada tahun 1982 bliau berhak menyandang gelar SST. Tahun 1986 atas permintaan ketua ASTI Denpasar beliau pindah kebali  di ASTI Denpasar sebagai dosen tari jawa sampai saat sekarang ini.

Di Desa Tihingan dan kabupaten Klungkung beliau memiliki peran yang sangat besar dalam usaha memajukan daerah. Usaha ini beliau lakukan melalui pembinaan generasi muda di bidang kesenian daerah Bali, saat ini beliau memiliki sanggar tari dan tabuh dengan nama sanggar Panji Ulangun Shanti, sanggar ini didirikan untuk mewadahi kegiatan anak-anak di desa Tihingan dalam hal yang fositip yaitu belajar menari dan menabuh gamelan Bali untuk melestarikan seni budaya yang adi luhung.

KARYA-KARYA TARI I KETUT SUMANTRA.,Sst

  1. Tari kontenforer dengan judul Tari Kucing tahun 1975
  2. Tari Tengkorak Hidup tahun 1984
  3. Pragmen tari AJISAKA dalam rangka hari raya nyepi pertama di Jogjakarta tahun 1948
  4. Tari penyambutan PANGAN JALI untuk siaran TV Jogjakarta pargelaran budaya nasional 1983
  5. Menggarap pragmentari dengan judul DUAGUNG ISTRI KANIA dalam rangka pestival gong kebyar sebali yang diwakili oleh Desa Pangi duta kabupaten Klungkung 1986
  6. Baris Sakral dengan judul  BARIS GEDE PUCANG PATI 1990
  7. Tari PUSPAKENCANA ( tari penyambutan) 1998
  8. Pragmen tari BAHULA DUTHA dalam rangka pestival gong kebyar se Bali yang di wakili oleh desa tihingan 1998
  9. Menggarap cak kontenforer untuk kepentingan film pendekar liyar tahun 1982

Demikian tentang perjalanan hidup I Ketut Sumantra  yang selalu mengabdikan dirinya untuk melestarikan kesenian daerah Bali yang berlangsung sampai saat sekarang ini, bila ada tulisan ataupun kata yang kurang berkenan di hati para pembaca saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, kritik dan saran dari para pembaca sangat saya harapkan demi kesempurnaan tulisan ini dan akhir kata saya ucapkan Trimakasih.

Comments are closed.